Saat baru saja tiba dari luar kota, Andi tidak mendapati istri maupun anak tirinya, saat masuk ke dalam rumahnya.
"Ke mana mereka? Kenapa rumah terlihat begitu sepi?" kedua kaki lelaki berusia senja itu, mulai langsung menyusuri tangga menuju pada lantai dua rumahnya.
Mengedarkan pandangannya ke segalah arah, dan dari jauh dia nmendapati Rati istrinya, tengah menelpone. Melukis senyuman di wajah, dan mengambil langkah panjangnya menghampiri pada sang istri.
Melukis senyuman, saat istri sama sekali tidak menyadari kedatangannya. Dan mendapati wajah terkejut Rati, membuat lelaki tua itu hanya mengukir tawa kecilnya.
"Sa..Sayang! kapan kau datang?" Kenapa tidak mengabariku?" raut wajah gugup, dan juga pucat seketika menyeimuti wajah wanita paruhbaya itu kala mendapati keberadaan suaminya.
Menautkan kedua alisnya, dengan tatapan penuh selidik.
"Kenpa kau seperti melihat, hantu begitu? Melihat kedatanganku saja! wajahmu jadi terlihat pucat."
Pucat pasih semakin saja terlihat di wajah Rati, hingga saliva yang tertelanpun serasa tercekat, pada tengggorokannya dengan apa yang ditanyakan suaminya.
"Ha...ha... Sayang! mungkin itu hanya perasaanmu saja." tertawa, agar berusaha menghilangkan rasa gugup yang tengah mendera diri.
Mengedarkan pandanganya kembali, kala mencari keberadan putri tirinya.
"Dimana Adisty? Saat aku masuk, aku sama sekali tidak mendapatinya." tanya Andi dengan menatap penuh istrinya.
"Ntahlah, Sayang! mungkin saja dia sedang ke luar bersama temannya. Dan katakan padaku. Untuk apa kau datang kemari? Bukankah, ini baru hari rabu? Dan apakah kau mempunyai urusan di sini? hingga kau pulang lebih awal, Sayang!"
"Apakah kau belum mendengarnya? kalau menantu dari Tuan Ifan Wijaya meninggal karena kecelakaan. Dan.." menjeda kalimatnya sejenak, hingga membuat wajah Rati seketika dilanda penasaran.
"Dan apa, Sayang?" wajah yang terlihat begitu penasaran, kala suaminya tak melanjutkan kalimatnya.
"Dan polisi menduga, kalau dia dibunuh. Karena mereka menemukan tali rem, mobilnya dalam keadaan putus."
"Ohh... begitu!"
"Iya. Dan aku akan menjenguk Kiran di rumah sakit, setelahnya. Aku tidak tahu, bagaimana keadaan putriku saat ini? Aku sudah mencari orang untuk mendonorkan jantungnya, tapi sampai sekarang aku belum mendapatkan juga." raut wajah Andi seketika terlihat sendu, kala memikirkan penyakit yang diderita putrinya.
"Tapi ingat, Sayang! kau juga harus memikirkan kesehatanmu! aku tidak mau kau sakit, hanya karena memikirkan penyakit putrimu."
"Tentu,"
****
KEDIAMAN RANGGA WIJAYA
Suasana duka masih menyelimuti kediaman Rangga Wijaya. Raut wajah tampan pria berusia dua puluh delapan tahun itu, terus saja menumpakkan airmata, kala melihat tubuh istrinya yang terbujur kaku di dalam peti mati.
"Aku sangat mencintaimu, Rani! sangat mencintaimu. Kenapa kau pergi meninggalkan aku? Kenapa?" tetesan bening itu terus saja tumpah, kala menatap jenasah istrinya.
Sebuah tangan kekar merangkul penuh pundaknya, hingga membuat wajah tampan itu, seketika berpaling dari jenasah istrinya.
"Papa!" gumam Rangga, dengan tatapan sendu pada wajah sang Ayah.
"Papa yakin! kamu pasti kuat." Ucapnya dengan menekan kata-katanya, guna memberi kekuatan pada putra tunggalnya.
"Ntahlah, Pa! aku tidak tahu. Aku tidak tahu, bagaimana menjalani kehidupanku? setelah ini tanpa Rani."
Ifan semakin mengeratkan pelukan itu, berusaha menyemangati putranya dari keterpurukan.
"Relakan dia! agar dia dapat pergi dengan tenang. Papa tahu ini sangat berat buatmu, tapi Papa yakin kamu pasti kuat."
Saat tengah berbincang serius dengan sang Ayah, tiba-tiba saja salahsatu pelayan rumah menghampiri kedua pria itu,
"Permisi, Tuan Rangga!"
"Ada apa?" dengan tatapan intensnya, pada pelayan muda itu.
"Ada polisi yang sedang menunggu anda."
Mengusap cepat cairan bening itu, dan segera beranjak dari duduknya.
"Maaf, Pa! aku temui tamuku dulu."
"Bailklah,"
****
Rangga mengambil langkah panjangnya, menjauh dari kerumunan orang-orang yang datang melayat. Dan di sudut ruangan, dia mendapati dua sosok pria. Yang tak lain, Brigadir Anto, dan salahsatu anak buahnya.
"Selamat malam, Brigadir Anto!" Rangga memyapa pada anggota polisi itu, yang sama sekali tidak menyadari kedatangannya.
Membalikkan tatapan, dan membalas sapaan sang Tuan rumah.
"Malam! maaf kalau kami mengganggu waktu anda."
"Tidak! sama sekali tidak."
" Oh, iya. Kami datang, untuk memeriksa rekaman CCTV di mana hari kejadiannya. Dengan begitu kami yakin, kalau kita bisa menemukan pelaku utamanya. Karena ada kemungkinan, kalau pelayan rumah anda, bekerja sama dengan pelaku untuk membunuh istri anda."
"Baiklah. Kalau begitu, ayo! kita ke ruang kerjaku sekarang." dengan ayunan kaki melangkah menyusuri ruang kerja, yang diikuti oleh dua anggota polisi itu.
Ketiga pasang mata itu menatap dengan intens, pada layar datar laptope. Di mana berisi semua kegiatan, yang terjadi di rumah milik Rangga. Dan pria itu memutar rekaman, di mana hari kejadian naas itu terjadi.
Dan ketiganya menatap dalam kebingungan, kala tidak mendapati hal yang mencurigakan di rumah itu.
"Apakah anda yakin? ini rekaman yang terjadi di rumah anda pada hari itu!" Anto sang anggota polisi, bertanya dengan tatapan begitu intens pada Rangga Wijaya.
"Saya sangat yakin. Bahkan sangat yakin, kalau ini rekaman di mana hari kejadian istri saya mengalami kecelakaan.
Menghembuskan napas kasar, dengan raut wajahnya yang mulai berpikir keras dalam diri polisi muda itu.
"Bisa jadi, pelaku melakukan ini di luar rumah anda. Mungkin sebelum menuju rumah sakit, istri anda masih singgah di tempat lain. Dan bisa jadi, pelaku sudah merencanakan ini."
"Jadi menurut anda! orang yang menghuni rumahku ini, tidak terlibat?"
"Ya saya sangat yakin." Anto menegaskan kata-katanya, kala menjawab apa yang ditanyakan Rangga Wijaya.
Larut dalam dunianya sendiri, saat diri itu mulai berpikir keras akan apa yang terjadi pada istrinya.
"Terus! siapa yang melakukan ini pada istriku? Siapa?" gumamnya dalam hati, dengan rasa yang begitu berkecamuk.
****
Siti terlihat begitu gelisah, dan juga tidak tenang. Tapi ada juga rasa penasaran dalam dirinya, kala dia tahu kalau kematian Nyonyanya karena kecelakaan.
"Tadi aku menonton tayangan di televisi, kalau kematian Nyonya , bukan sepenuhnya karena kecelakaan. Bukankankah, aku tidak jadi memutuskan tali remnya? Lalu siapa yang melakukan ini? Apakah Tuan Jack yang melakukan ini?" raut wajah penasaran, dan juga gelisah yang teramat sangat terlihat jelas di wajah pelayan muda itu, saat memikirkan kematian sang Nyonya.
Kala tengah larut dalam lamunannya, tiba-tiba saja terdengar dentingan pesan pendek pada ponsel miliknya.
Membuka aplikasi WAnya, dan mendapati sebuah pesan yang di kirim Jack.
Pesan
Aku ingin bertemu denganmu."
Untuk apa, Tuan Jack?"
Ada hal penting yang ingin, aku bicarakan."
Tapi di sini, sedang banyak orang. Bagaiamana aku bisa ke luar?"
Kau pasti bisa mencari alasan."
Baiklah,"
Rasa penasaran yang tadi memikirkan tentang, kematian Nyonyanya! kini berpindah pada Jack, yang memintanya untuk bertemu tiba-tiba.
"Untu apa, dia mengajakku bertemu malam-malam begini? Dan alasan apa yang aku cari, agar dapat bisa keluar dari kediaman ini? Sementara orang begitu banyak yang datang ke rumah ini." gumam Siti resah.
Gelisah, dan juga bingung. Hingga membuatnya bak seterikaan, kala memikirkan alasan yang tepat, agar dia dapat ke luar dari rumah mewah itu.
"Aku akan memakai alasan, alau aku akan membeli pembalut saja." gumam Siti, kala mendaoatkan ide yang tepat agar dia dapat keluar dari dalam rumah.
Membalut tubuhnya dengan sweater merah, sebelum berlalu dari dalam kamar.
Saat akan melangkah menyusuri rumah mewah, Siti berpapasan dengan pelayan lainnya yang membuatnya sedikit kaget.
"Kamu mau ke mana, Siti?" tanya salahsatu pelayan, dengan tatapan penuhnya pada Siti.
"Aku mau ke luar sebentar."
"Bukankah kita sedang sibuk! apakah kamu tidak melihat? Kalau lagi banyak orang yang datang melayat,"
"Aku hanya sebentar saja, Ijah! hanya sebentar. Aku hanya membeli pembalut." ucapnya dengan berlalu begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
Sulastry Hutabarat
Makin sulit ketahuan kalau Siti nurbaya dibunuh
2021-09-24
0
yanti auliamom
kalau siti di bunuh, malah bikin jalan untuk menelusuri pelaku
2021-09-14
0
Ika Sartika
rupanya ada orang dalam
2021-09-13
0