Sudah melewati beberapa jam, gadis berambut panjang itu, hidup dengan jantung dari Dokter Rani. Airmata yang tadi tumpah menggenangi kedua pipinya, sudah terhenti saat dirinya di landa perasaan aneh.
Dag, Dig, Dug. Detakan jantung itu mulai bekerja, hingga menimbulkan rasa aneh seketika dalam diri Kiran. Menerawang jauh ke depan, saat rasa itu kian melanda.
Dian seketika menatap dengan intens pada sahabatnya, dengan tatapan heran kala mendapati Kiran larut dalam dunianya sendiri.
"Tadi kau menangis. Kenapa sekarang justru, kau diam? Apakah ada yang tiba-tiba mengganggu pikiranmu, Kiran?"
kedua matanya teralih pada Dian, yang tengah menatapnya dengan heran.
"Aku merasakan ada yang aneh dalam diriku, Dian!"
"Aneh!" dengan raut wajah tiba-tiba berubah serius, kala mendengar jawaban Kiran yang membuatnya seketika di landa penasaran.
"Aneh! bagaimana maksudmu? Aku tidak mengerti!" raut wajah itu semakin dilanda rasa ingin tahu, kala mendengar jawaban sahabat baiknya.
"Aku merindukan seseorang. Bahkan sangat merindukannya. Dan aku tidak tau kenapa?"
Kedua alis Dian bertaut, dengan senyuman yang nampak mencemooh pada teman baiknya itu.
"Papamu! apakah kamu merindukan dia? Bukankah kau pun tau, kalau dia itu hanya sibuk berkerja, tanpa memikirkanmu, Ran!"
Menyimpulkan senyum di wajah, dan hatinya sedikit tercubit dengan apa yang baru saja di katakan teman baiknya itu.
"Dan aku sangat beruntung memiliki teman baik seperti dirimu, Dian! dan buat apa aku merindukannya. Dia selalu saja lebih mengutamakan Kak Adisty, dan juga Mama Rati, dan sama sekali tak menganggapku."
Kian di landa penasaran, mendapati jawaban Kiran tidak sesuai dengan apa yang dia tanyakan.
"Kalau kau tidak merindukan Papamu! terus siapa yang kau rindukan?"
"Sulit untuk dijabarkan, Dian! karena akupun merasah aneh."
"Aneh! aneh bagaimana? Apakah kamu tidak dapat bernapas dengan baik?"
"Tidak. Justru aku merasakan kondisiku jauh lebih baik, setelah operasi tranpalasi jantung ini."
Pintu ruangan tiba-tiba terbuka, dan menampilkan seorang pria muda dengan jas putih, yang membalut pada tubuh atletisnya. Daven mengayunkan langkah ke dalam ruangan, dengan terus menyimpulkan senyuman pada Kiran yang tengah menatap padanya.
"Bagaimana keadaanmu, Nona Kiran? Apakah sudah jauh lebih baik, pasca operasi?" bertanya dengan menepi pada pinggiran ranjang hospital.
Melukis senyum tipis di wajah, saat tatapan matanya beradu dengan Dokter muda itu.
"Sudah jauh lebih baik Dokter, Daven! dan terima kasih."
Mengukir senyun di wajah, mendengar kata terima kasih yang di katakan gadis berambut lurus itu.
"Jangan berterima kasih padaku, karena Dokter Ranilah hingga kau bisa sembuh."
"Dokter!" panggil Kiran tiba-tiba.
"Ada apa, nona Kiran?"
"Kapan jenasah Dokter Rani, akan di makamkan?"
"Besok. Di tempat pemakaman XXX."
"Hemm...." dan diapun terlihat ragu, saat ingin menanyakan sesuatu pada Dokter muda itu.
"Apa yang ingin kau tanyakan, Nona Kiran?" dengan tatapan seketika menatap penuh pada Kiran, yang tersenyum kikuk.
"Dimana suami Dokter Rani?" wajah Kiran sedikit meronaz kala menanyakan keberadaan pengusaha kaya itu.
"Tuan Rangga sudah pulang, Nona Kiran! mungkin untuk mengurus pemakaman istrinya besok. Memangnya kenapa Nona Kiran? Apakah ada sesuatu yang ingin anda sampaikan padanya? Biar saya yang akan menyampaikan."
"Ti..tidak." jawabnya terbata. "Dokter! bolehkah saya mengikuti acara pemakaman besok?"
"Apakah kamu yakin? karena kondisimu, belum sepenuhnya pulih."
"Saya yakin, Dokter!"
"Baiklah, kalau memang kamu memaksa. Dan ingat, jangan lupa minum Obatnya. Dan kalau begitu saya permisi dulu," dengan mengayunkan langkah keluar dari ruangan itu.
"Terima kasih, Dokter!" seru Kiran, kala pria itu akan melangkah keluar.
Kiran kembali menerawangkan tatapannya, kala kerinduan kembali melanda pada Rangga Wijaya.
"Ada apa denganku? Kenapa aku merasakan hampa dalam hatiku? Aku merindukan dia! Tapi kenapa begini? Kenapa tiba-tiba aku merindukan, Tuan Rangga? Memang siapa dia? Padahal kami tidak memiliki hubungan apapun. Dan ada apa dengaku? Kenapa tiba-tiba aku merasakan hal aneh ini?" sejuta penasaran membelenggu diri Kiran, saat perasaan aneh kian membuatnya gelisah.
"Kiran.." Dian memanggil tiba-tiba, dengan menggoyang pelan tangan sahabatnya, saat Kiran larut dalam dunianya sendiri.
"Ada apa?" dengan tersenyum kikuk.
"Aku yang sebenarnya bertanya padamu. Kenapa kau melamun? Dari tadi kau terlihat aneh. Dan tadi kau menanyakan Tuan Rangga. Apakah ada hal penting, yang ingin kau bicarakan dengan dengannya?"
"Ti..tidak! memang hal penting apa yang harus aku bicarakan dengannya." dengan senyum kikuknya, berusaha menutupi hal itu dari sahabatnya.
****
Walapun sakit, dan hatinya begitu hancur tapi Rangga tetap berusaha untuk kuat. Melajukan kendaraan roda empatnya, di waktu yang sudah menunjukkan pukul dua siang.
Nada panjang terdengar tiba-tiba pada ponsel pria itu, yang seketika mengalihkan tatapannya yang tengah menyetir.
Menggapai benda pipih itu, dan mendapati nomor baru di sana.
Hening sesaat, sebelum memutuskan untuk menjawab panggilan masuk itu, setelah jemarinya dia labuhkan pada icon hijau.
"Hallo!" sapanya pada penelpone di seberang sana.
"Hallo! apakah ini dengan Tuan Rangga Wijaya?"
"Iya benar, ini dengan saya sendiri. Dan kalau boleh tau, ini dengan siapa?"
"Kami dari kantor polisi. Dan bisakah anda datang sekarang? Sebab ada hal penting yang perlu saya bicarakan, dengan anda."
Wajah serius seketika menyelimuti wajah tampan Rangga, dan segera menepihkan mobil mewahnya pada bibir jalan seketika terlibat perbincangan serius dengan anggota polisi.
"Maaf! kalau boleh tau, ada hal penting apa? hingga anda meminta saya untuk datang ke kantor polisi."
"Kami menemukan kejanggalan atas kecelakaan yang menimpah istri anda, tadi pagi. Jadi saya ingin membicarakan hal ini, dengan anda."
Wajah tampannya seketika berubah tegang, setelah mendengar apa yang di katakan oleh anggota polisi itu. Dengan segera kembali menyalakan mesin mobilnya, dan melajukan kendaraan itu dengan kecepatan tinggi.
"Baiklah. Saya akan kesana sekarang."
Bundaran setir memutar dengan cepat, dengan raut wajah gelisah semakin menyelimuti.
"Kejanggalan! tapi siapa? Siapa yang sudah tega melakukan ini pada istriku?" raut wajah gelisah sembari bolamata yang sudah berkaca-kaca, saat amarah bercampur dengan kesedihan dalam diri.
****
Memutar haluan setir, memasuki sebuah area gedung perkantoran, kala dirinya sudah tiba di tempat tujuan.
Membuka pintu mobil, dan segera mencondongkan tubuhnya keluar dari dalam, dengan melangkah cepat menuju kantor itu.
"Selamat siang! saya ingin bertemu dengan pimpinan kalian." Rangga menyapa, kala berada dekat dengan satu oknum polisi yang tengah berjaga.
"Tuan, Rangga Wijaya!" seru polisi muda itu, mencoba untuk menebak.
"Iya saya sendiri."
"Ayo masuk, Tuan! Brigadir Anto sudah menunggu." dengan kaki melangkah ke dalam kantor, yang di ikuti oleh Rangga.
Polisi muda itu segera melabuhkan ketukan pada badan pintu, saat sudah berada di depan ruangan pimpinannya.
"Masuk.."
Melebarkan daun pintu, yang menampakkan seorang pria gagah dengan seragam polisinya yang sedang sibuk dengan komputernya.
"Maaf Pak! saya mengantarkan Tuan Rangga."
"Selamat Siang! kenalkan saya Rangga Wijaya." dengan mengulurkan tangannya pada pria itu, saat sudah bertatapan dengan polisi muda itu.
"Anto." dengan membalas uluran tangan pengusaha kaya itu. "Dan silahkan duduk," ucapnya kemudian.
Rangga segera melabuhkan tubuhnya pada sebuah kursi tunggal yang berjejer rapiz di ruangan oknum polisi dengan pangkat Brigadir itu. Dan tanpa berbasa-basi, lelaki dengan tinggi 182cm itu, segera melayangkan pertanyaan, untuk menjawab rasa penasaran yang sedari tadi begitu mengusik dirinya.
"Anda mengatakan. Kalau kecelakaan yang menimpa istri saya, ada kejanggalan. Maksud Bapak? Apakah ada yang ingin membunuh istri saya, dengan membuat seperti terjadi kecelakaan?" wajah serius, dan tatapan penuh pada pria muda itu.
"Kami menemukan tali rem putus pada mobil istri anda. Dan kemungkinan, ada orang yang sengaja melakukan hal ini."
"Apakah anda yakin?" semakin memicingkan kedua matanya, untuk mempertegas ucapan pria itu.
"Kami sangat yakin, Tuan! dan pasti ini melibatkan orang yang tinggal di rumah anda."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
uma_bhie
semangat
kayakx masih banyak readers athor nunggu up banyak baru baca.
ttp smgat ych thor
2021-09-12
0
person 💁🏻♀️
seru
lanjut
2021-09-12
0
Qinoy Luchu
devan ato daven thor nama dktr y
2021-09-11
0