Sekretaris Pribadi

Setelah Aurel membersihkan diri, wanita itu segera memakai setelan kantor berupa rok pendek dan blouse lengan panjang serta dikuncir rambutnya yang panjang dan hanya menyisakan poninya yang dikesampingkan ditelinga.

Setelah memoleskan wajahnya dengan make up yang tipis, Aurel segera masak untuk kedua anaknya yang sangat manis dan menyukai makanan yang dibuatnya.

Selesai sarapan Aurel membereskan piring-piring serta gelas yang ada dimeja untuk ditaruh di wastafel tempat cuci puring.

"Mommy segeralah berangkat, nanti telat. Biarkan nanti Kak Aydin aja yang cuci piring"ucap Alev dengan polosnya yang mendapatkan tatapan tajam oleh Aydin yang duduk disebelahnya.

Alev yang merasa dilihat oleh abangnyapun menengok dengan rasa tidak bersalahnya dan tidak mengerti sama sekali.

"Kenapa?"tanya Alev dengan wajah polos.

"Kamu itu ya, kalau mau bantu mommy itu kamu yang cuci piring, kenapa aku?!"ketus Aydin pada Alev yang hanya memberikan senyumnya.

"Kamukan kakakku"ucap Alev dengan santainya yang hanya membuat Aydin menghela nafasnya.

Sedangkan Aurel hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya melihat situasi kakak beradik ini yang tiap pagi ribut dan sudah langganan.

"Yaudah Mommy berangkat ya sayang, jangan nakal ya"ucap Aurel mengecup dahi putra putrinya secara bergantian satu sama lain.

"Iyaa Mom"ucap Aydin dan Alev dengan kompak.

Aurel berjalan keluar apartemennya dengan menghelakan nafasnya karena harus bertemu kembali dengan laki-laki di masa lalunya setelah 5 tahun lalu yang ternyata seorang CEO dari Cullen Group.

Saat ingin memasuki kantor kerja ruang presdir, entah kenapa hatinya terasa deg-degan dengan begitu kencang dan cepat, bahkan dia berdoa didalam hati sambil membuka ruang presdir itu yang ternyata belum ada sama sekali laki-laki itu.

'Ehem!'deheman itu membuat tubuh Aurel kehilangan keseimbangan, namun dengan cepat tangan kekar itu melingkar dipinggang ramping miliknya.

Ternyata yang menolongnya itu adalah Axel yang sekarang menatapnya dengan mata yang tajam dan gelam hingga membuatnya sekilas terpesona pada laki-laki yang memegangnya, apalagi dengan tubuh laki-laki itu yang tegap dan sempurna.

"M-makasih"ucap Aurel dengan gugup dan langsung menjauh dari pria itu untuk menetralkan deguban yang berdebar sangat kencang dijantungnya.

Aurel hanya mampu menundukkan wajahnya dan sama sekali menatap laki-laki yang kini berjalan dengan santainya menuju kursi besarnya, melewatinya begitu saja.

Sedangkan Axel merasa kesal karena wanita itu sangat berbeda saat awal pertama dengannya, saat awal wanita itu yang sangat berinisiatif dalam hubungan walaupun akhirnya ternyata perempuan itu ternyata menganggapnya sebagai laki-laki bayaran dengan harga 50 Euro.

"Saya menggajimu bukan untuk diam berdiri disitu"tegas Axel yang membuat Aurel mengangkat kembali wajahnya dan berjalan sedikit mendekat ke arah meja bosnya. "Rendy beri tau tugas dia"

"Baiklah, saya hanya akan menjelaskan sedikit, kamu saat ini diterima menjadi sekretaris pribadi Pak Axel, dan disini adalah tempat dudukmu"ucap Rendy dengan santainya yang tidak mengetahui sama sekali hubungan antara keduanya.

"Seruangan?"tanya Aurel terkejut.

"Iya"ucap Rendy.

"Berdekatan?"tanya Aurel lagi yang membuat laki-laki berjas hitam yang duduk geram dengan sikap wanita dihadapannya.

"Apa anda keberatan?"tegas Axel yang membuat Aurel hanya menggelengkan kepalanya dan langsung duduk ditempat kerjanya.

"Jika tidak ada yang dimengerti bisa tanya saya atau Pak Axel, kalau begitu saya izin keluar"ucap Rendy dengan sopan yang berjalan ke luar ruangan kerja Axel dan Aurel, karena bosnyalah yang meminta ruangan serapih mungkin dan tertata sedemikian rupa.

2 jam berlalu, Aurel sudah menyelesaikan beberapa dokumen dan dia bingung dengan satu dokumen yang tidak dimengertinya tentang bisnis yang dikelola oleh Perusahaan Cullen yang sangat banyak. Entahlah sudah 15 menit dia membolak balikkan 1 dokumen itu namun sama sekali tidak mengerti.

Matanya melirik ke arah Axel yang fokus dengan laptopnya dan dengan beberapa dokumen ditangannya, membuat memberanikan diri untuk bangkit dari duduknya dan berjalan pelan ke arah pintu untuk tidak mengganggu konsentrasi laki-laki itu.

"Apa seperti itu juga caramu 5 tahun yang lalu kabur begitu saja?"ucap Axel dengan santainya yang sudah menatapnya dengan tajam.

Aurel terkejut dan spontan menjatuhkan dokumen itu ke lantai, dengan cepat Aurel memunguti satu persatu kertas penting yang berceceran dilantai itu.

"Apa lebih penting kertas yang dilantai itu dibanding menjawab pertanyaanku?"tegas Axel yang membuat Aurel kembali berdiri dengan dokumen yang sudah tersusun rapih.

'Tentu saja lebih penting kertas ini karena 1 kontrakmu aja bernilaian milyaran'batin Aurel

"Aku tidak bermaksud itu, aku hanya tidak mengerti dengan isi-isi dokumen ini"ucap Aurel dengan santainya, dan berjalan ke arah pintu.

"Mau kemana?"tanya Axel.

"Ke depan mau tanya Rendy"ucap Aurel dengan santai.

'Apakah Rendy lebih cerdas dibanding aku?!'batin Axel kesal mendengar penuturan dari mulut wanita itu.

"Kemari!"ucap Axel dengan dingin yang membuat Aurel berjalan mendekat ke arah laki-laki itu namun berdiri dengan menjaga jarak.

Axel yang menyadari wanita itu mencoba menjaga jarak dengannyapun sengaja menarik pergelangan tangan wanita itu, hingga membuat Aurel jatuh dipangkuannya.

"Lepaskan aku!"ketus Aurel yang mencoba melepaskan diri dari Axel namun sia-sia tangan kekar pria itu melingkar dengan sempurna dipinggangnya.

"Diamlah kalau kamu tidak ingin membangunkan adikku"ucap Axel setengah berbisik ditelinga Aurel.

Aurel yang mendapatkan hembusan nafas milik bosnya dekat telinga, rasanya seluruh tubuhnya membeku seketika dan dia memilih membuka dokumen itu untuk lebih cepat terbebas dari laki-laki yang memangkunya.

"Ini pak, tolong"ucap Aurel membuka isi map yang berisikan kertas-kertas yang tidak dimengertinya dan dengan santainya Axel menjelaskan dengan singkat, padat dan jelas namun dapat mudah dipahami.

Setelah 30 menit Aurel memahami isi yang berada didokumen penting itu, akhirnya dia mengerti bahwa kekayaan laki-laki yang dihargainya hanya 50 Euro itu ternyata sangat banyak dibandingkan harga apartemennya saat ini.

"Saya sudah mengerti pak"ucap Aurel yang ingin bangkit dari pangkuan laki-laki itu namun tetap tertahan.

"Terima kasihnya?"ucap Axel dengan santai.

"Terima kasih Pak Axel Putra Cullen"ucap Aurel dengan sengaja menyebut nama laki-laki itu secara lengkap.

Bukannya melepaskan, justru tangan laki-laki itu secara sengaja mendorong dan menekan kepala Aurel mendekat kearahnya dan menciumnya dengan penuh gairah dan semangat.

Bahkan Aurel sudah sangat kehabisan nafas dan memukul-mukul dada bidang milik laki-laki itu, namun tidak dilepaskan. Hingga Aurelpun pasrah dan sama sekali tidak memberontak membuat Axel melepaskannya.

"Ini yang aku mau"ucap Axel dengan santainya memegang dagu milik Aurel.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!