Sofie pun melangkahkan kakinya memasuki rumah itu. Rumah itu sangat besar sekali. Perabotan rumahnya begitu indah dan pastinya sangatlah mahal.
Ia tak menyangka rumah Shane sebesar itu.
Bibi Janet menunjukkan kamar Sofie. Begitu melihat kamar itu, Sofie sangat terpukau. Kamarnya begitu besar dan sangat luas sekali.
" Nak, ini kamar kamu. Semoga kamu senang disini ya ? Bibi berharap, kamu betah disini. Kadang Bibi merasa kesepian, nak. Ga ada teman cerita."
Sofie tersenyum..
" Ia, Bi. Makasih banyak ya..!"
" Istirahatlah, kalau butuh sesuatu, kamu bisa panggil Bibi."
" Baik, Bi."
Bibi Janet meninggalkan Sofie seorang diri. Sofie kembali menangis. Bagaimana mungkin ia bisa tinggal dirumah itu. Sebab, Shane adalah orang jahat dan telah menodainya.
Sofie berniat ingin pergi dari rumah itu, jika keadaan sudah membaik. Sofie membuka isi kopernya. Sungguh ia sangat terkejut sekali. Ia melihat semua pakaiannya rusak akibat ulah Paman dan Bibinya. Pakaiannya dikoyak - koyak, ada yang kena gunting juga.
Sofie kembali menangis. Bagaimana mungkin ia memakai pakaian yang rusak begini. Sofie keluar dari kamarnya. Ia mencari Bibi Janet.
" Bibi Janet..bibi Janet...!" Panggil Sofie.
Bibi Janet tidak mendengarnya, sebab rumah itu sangatlah besar. Shane mendengar suara Sofie sedang memanggil Bibi Janet.
" Kenapa teriak - teriak ? ini sudah malam." Kata Shane.
" Saya ada perlu dengan Bibi Janet. "
" Perlu apa?" Tanya Shane penasaran.
Sofie menangis. Tak mungkin rasanya ia mengatakan semua pakaiannya rusak.
" Tidak." Sofie kembali masuk kekamarnya.
Shane tahu kalau Sofie butuh sesuatu. Ia turun dari lantai atas. Ia menuju kamar Sofie. Kamar itu tidak dikunci, sehingga Shane bisa mengintip apa yang terjadi.
Sofie terus menangis. Ia menatapi semua pakaiannya yang rusak. Shane pun masuk ke kamarnya.
" Kenapa nangis? kamu bisa ga sih jadi wanita itu jangan cengeng. Sikit - sikit nangis, sikit - sikit nangis. Manja banget kamu."
Sofie terdiam.
" Kamu kalau di ajak bicara, kamu dengarkan, jangan cuek begitu."
" Saya pinjam benang dan jarum." Kata Sofie
" Untuk apa? kamu mau bunuh diri lagi?"
Sofie menunjukkan semua pakaiannya yang rusak.
" Saya mau menjahit pakaian ini. Semua rusak. Tidak ada yang bisa saya pakai."
" Emangnya kenapa pakaian kamu?"
Sofie menunjukkan pakaiannya, semua koyak terkena guntingan.
Shane terdiam. Ia tidak tahu harus berbuat apa.
" Siapa yang melakukan ini?"
" Mungkin Bibi Mary."
" Itu semua karena kesalahan mu, makanya jangan suka mencampuri urusan orang." Kata Shane
" Malam ini saya ga mau berdebat sama kamu. Kamu keluar....!" Kata Sofie sambil merapikan pakaiannya yang rusak.
" Keluar ? kamu ga ingat ini rumah siapa? kamu bisa aja saya usir dari rumah ini. Kamu mau?"
Sofie kembali menangis. Ia harus tetap sabar menghadapi pria yang paling ia benci ini.
" Saya tahu kamu punya segalanya, sesuka hati mu menghina saya, memarahi saya. Baiklah, besok saya akan pergi dari rumah mu ini." Air matanya kembali mengalir.
" Bagus kalau kamu ngerti. Saya juga ga mau memberikan tumpangan pada orang seperti kamu. Wanita bodoh....!"
Shane pun pergi meninggalkan Sofie. Malam semakin larut. Sofie belum juga ada makan. Ia sangat kelaparan. Memanggil Bibi Janet di jam segini tidaklah mungkin.
Sofie terus menangis. Tangisan Sofie mengganggu Shane. Shane tidak bisa tidur. Shane kembali turun.
" Kamu bisa diam ga sih?"
" Saya mau pergi.."
" Kamu mau pergi kemana?"
" Terserah saya."
" Ya uda, silahkan kamu pergi. Ayo...silahkan...!!"
Sofie pun membawa kopernya dan biolanya, ia mencoba pergi dari rumah itu.
......Kruk..kruk..kruk..kruk...terdengar perut Sofie kelaparan.
" Kamu lapar? kamu kalau ditanya dijawab?"
" Apa perdulinya kamu sama saya?"
Shane menarik tangan Sofie dan membawanya ke ruang dapur. Shane membuka kulkas dan mengambil semua makanan yang ada di kulkas.
" Ini...makanlah."
" Saya ga mau."
" Makanlah ...!"
Perut Sofie semakin lapar.
" Selesai makan, kamu bisa pergi."
Sofie menatap wajah Shane. Ia kembali menangis. Shane pun pergi meninggalkannya. Sofie mengambil beberapa roti dan ia pun memakannya perlahan - lahan. Lagi - lagi Sofie menangis.
Ia jadi ingat ketika tinggal bersama Bibinya, ia selalu makan roti sisa dari mereka. Begitu malang mu Sofie.
Perut Sofie pun sudah kenyang. Ia membersihkan dapur itu dan menyimpan makanan dikulkas. Ia sangat lelah sekali. Ia pun tertidur di dapur.
Shane melihat kearah pintu, Sofie tidak juga keluar. Ia kembali turun dan pergi kedapur. Ia melihat kalau Sofie sudah tertidur pulas.
..." Ahh...anak ini suka buat masalah. Katanya mau pergi, ini malah tidur didapur."...
...Gerutu Shane....
Shane menggendong Sofie, ia membawanya ke kamar. Ia menyelimuti Sofie.
***
Keadaan Rumah Bibi Mary.
Suasana pagi harus membuat bibi Mary kewalahan. Biasanya ada Sofie yang menyiapkan semuanya. Hingga mengantar anaknya kesekolah.
Kali ini, Bibi Mary lah yang mengantar Jesi dan Jason. Mau tak mau Bibi Mary harus pergi , tapi kali ini dengan menaiki mobil mewahnya.
" Jesi kangen sama Tante Sofie, kalau ada pr matematika siapa yang akan bantu Jesi, Ma?"
" Nanti Mama akan panggil guru privat kerumah biar kamu bisa mengerjakan tugas - tugas mu. "
" Jason bagaimana, Ma? Tanya Jason menimpali.
" Ia, kamu juga. Nanti Mama akan carikan guru privat. Kalian tenang saja."
Setelah Jesi dan Jason pergi ke sekolah, Paman Sammy pun pergi ke markas tempat dimana senjata - senjata itu disimpan. Setiap hari, ia harus pergi ke markas untuk melihat situasi.
****
Keadaan Rumah Shane...
" Tuan, sarapannya uda selesai. Silahkan Tuan...!" Tawar Bibi Janet.
" Ya. Terimakasih, Bi. "
Shane pun mengambil sepotong roti untuk sarapannya.
" Bi, Sofie kenapa jam segini belum bangun?"
" Ehhmm..saya ga tahu, Tuan. Saya lihat dulu ya kekamarnya."
Bibi Janet memasuki kamar Sofie.
" Sofie, bangunlah nak, ayo sarapanlah." Bibi Janet mencoba memegang tubuh Sofie.
" Sofie, badan kamu panas sekali. "
Bibi Janet langsung keluar dan memberitahukan pada Shane, kalau Sofie sakit.
" Sofie demam. Badannya panas sekali, Tuan."
" Apa ? Sofie demam? anak itu memang selalu buat kacau."
Shane pergi melihat keadaan Sofie. Ia pun memegang dahi Sofie.
" Badannya panas sekali. Bi, tolong ambilkan obat - obatan ya...!"
" Baik, Tuan....!"
Bibi Janet mengambil obat - obatan. Dan memberikannya pada Shane. Bibi Janet pun kembali bekerja.
" Bangunlah, kamu harus minum obat ini. Badan mu panas sekali." Shane mencoba membangunkan Sofie.
Sofie belum juga sadarkan diri. Ia membalikan tubuh Sofie. Dan ia sangat terkejut, ia melihat darah segar keluar dari hidung Sofie.
" Sofie....?? hidung mu kenapa?" Shane pun panik. Ia mencoba menelpon dokter supaya datang kerumahnya.
Wajah cantik Sofie semakin pucat. Ketika dokter memeriksanya, dokter hanya mengatakan jika Sofie baik - baik saja, Sofie hanya kelelahan, tekanan darahnya turun.
Mendengar Sofie baik - baik saja, Shane sangat lega. Shane memberikan minyak kayu putih ke hidung Sofie. Tak berapa lama Sofie pun siuman.
" Kamu sudah bangun, syukurlah." Kata Shane sambil merapikan selimut yang Sofie pakai.
" Ibu......! "
" Ini saya Shane. Bukan ibu mu."
Sofie menangis.
" Sudah jam berapa ? saya harus mengajar."
" Mengajar ? mengajar apa?"
" Saya sudah terlambat. Ijinkan saya pergi. "
" Kamu baru aja siuman. Badan kamu panas sekali. Hidung mu juga berdarah. "
" Mungkin saya kelelahan. Saya permisi, saya harus buru - buru. "
" Sofie, kamu masih sakit, jangan pergi dulu."
" Ga, saya harus mengajar. Kasihan anak - anak, kalau saya ga masuk. Tolong ijinkan saya. Kali ini aja."
" Baiklah, saya akan antarkan kamu."
Sofie terdiam dan ia hanya menganggukan kepalanya.
" Terimakasih."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Baihaqi Sabani
aduhkyy g prng dengger shofie mandi🤣🤣🤣🤣
2022-08-25
1
👑Meylani Putri Putti
komen pertama
2022-03-24
0