Stevani merenggangkan tubuhnya, ia membuka matanya perlahan, saat ia sadar sepenuhnya seketika ia terkesiap lalu terbangun dan nyaris terjatuh dari ranjangnya. Ia mengambil ponselnya dan terkejut saat melihat jam menunjukkan pukul 11 siang.
"Ya Tuhan...aku bodoh sekali. Apa Zaline sudah sarapan?" gumamnya lalu cepat cepat turun dari ranjangnya.
Ia baru menyadari di meja kecil sudah ada makanan dan secarik kertas. Ia menghampiri meja tersebut dan membaca pesan dari Zaline.
Kakak... jangan menyalahkan diri sendiri karena bangun kesiangan. Jangan khawatir, aku makan di kantin sekolah saja, aku masih punya uang saku. Makanlah nasinya, nanti kakak sakit. Jika kakak ingin makanannya hangat, ya hangatkanlah sendiri... 😝😝😝
Stevani tersenyum saat membaca pesan dari adiknya tersebut. "Kau sudah tumbuh dewasa Zaline, terima kasih sayang." gumamnya.
Ia segera menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Setengah jam kemudian, setelah selesai mengganti pakaiannya, ia pun mengambil makanannya yang di meja lalu menghangatkannya sebentar. Stevani segera memakannya setelah semuanya hangat. Kehidupan semacam itu baginya sudah sangat luar biasa. Setelah ia selesai makan siang, ia pun segera membereskan rumahnya. Mulai dari mencuci pakaian sampai membersihkan lantai ia kerjakan selama kurang lebih dua jam.
Stevani segera keluar dari rumah menuju warung bu Yoyoh. Karena ia tahu makanan itu pasti didapatkan oleh Zaline dari warung bu Yoyoh.
"Bu..." panggil Stevani saat sampai di warung tersebut.
"Lah neng baru kelihatan." jawab bu Yoyoh.
Stevani menyeringai. "Aku bangun kesiangan bu. Sepertinya yang aku makan tadi masakan ibu, apa Zaline kemari?" tanyanya.
"Iya neng Zaline kemari, ibu sampai kaget tidak biasa biasanya kesini." jawab bu Yoyoh.
"Itu salahku karena tidak bangun, semalam pekerjaan begitu sibuk. Apa ia sudah membayar makanannya atau hutang?"
"Tidak usah neng." jawab bu Yoyoh.
"Mana bisa seperti itu, ibu mencari uang. Aku juga mau membeli makanannya untuk makan Zaline, sudah siang begini aku malas memasak." ujar Stevani.
"Neng mau beli apa?" tanya bu Yoyoh.
Stevani menatap makanan yang ada di warung tersebut. "Ayam bakar, sayurnya terserah saja. Pisah ya bu." pintanya.
"Iya neng, ibu siapkan dulu."
Stevani menganggukkan kepalanya lalu menunggu. Dua orang wanita melewati warung bu Yoyoh lalu menatap Stevani dengan tatapan jijik.
"Kalau siang tidak laku ya." ejek salah satu wanita tersebut.
Stevani mengabaikan mereka.
"Jangan sombong kalau di sapa, kerjaan seperti itu bahkan tidak bisa membuatnya kaya tapi kenapa masih juga jual diri. Dasar wanita tidak benar gitu." sahut satunya lagi.
Tiba tiba bu Yoyoh keluar dari warung lalu membuang air cucian piring di ember ke depan warungnya. Mereka semua berteriak karena terkena cipratan air tersebut.
"Ya Allah...maaf...ibu kira tidak ada orang." ujar bu Yoyoh.
"Bu Yoyoh sengaja kan." bentak mereka.
"Mulut kalian itu lebih mirip air comberan daripada air cuci piring. Besok besok ibu ambil air comberan deh biar kalian bisa mandi." ejek bu Yoyoh membuat Stevani terkekeh.
Mereka mengumpat lalu dengan penuh amarah meninggalkan warung.
"Terima kasih bu, tapi ibu tak perlu seperti itu. Aku sudah biasa mendapat ejekan." ujar Stevani.
"Kalau ibu tidak dengar sih bodo amat neng." jawab bu Yoyoh.
"Hanya ibu yang percaya kalau aku wanita baik baik. Sebenarnya mereka wajar memandangku rendahan. Aku memang bekerja di klub malam." kata Stevani.
"Ibu tidak pernah mencium bau alkohol di tubuh neng Vani kalau ketemu subuh saat baru pulang. Sayangnya ibu tidak bisa kasih gaji besar kalau neng mau kerja di warung."
Stevani tertawa. "Aku membutuhkan gaji besar untuk pengobatan Zaline bu. Dokter bilang kondisinya akan memburuk jika tidak segera melakukan operasi. Aku sedang berusaha mencari uang lebih banyak lagi untuk biayanya."
"Neng Vani orang yang luar biasa baik. Disaat neng hidup kesusahan, neng malah membantu orang lain. Apa sampai saat ini neng Vani tidak bisa menemukan keluarga neng Zaline?" tanya bu Yoyoh.
Stevani menggelengkan kepalanya. "Aku bahkan melupakan hal itu bu. Aku semakin menyayangi Zaline. Aku berharap ia tetap bersamaku sampai kapanpun."
Bu Yoyoh menggelengkan kepalanya. "Subhanallah... wanita sebaik neng Vani selalu mendapat cobaan dari Allah. Tapi bu Yoyoh yakin, suatu saat harkat dan martabat neng diangkat sama Allah."
"Amin...puji Tuhan... Terima kasih bu."
"Sama sama neng, eh ini makanannya." ujar bu Yoyoh seraya memberikan pesanan tersebut.
"Ini bu uangnya." ujar Stevani menyodorkan uangnya.
"Tidak usah neng...simpan saja buat nambahin pengobatan neng Zaline."
"Tapi bu..."
"Sudah ambil saja...neng Vani kalau butuh apa apa datang saja kemari. Jangan sungkan-sungkan neng."
Stevani menggigit bibirnya untuk menahan air matanya. Itulah kebiasaannya lagi dan lagi.
"Semoga Tuhan memberkati ibu. Semoga warungnya semakin laris bu." ujar Stevani.
"Aamiin." jawab bu Yoyoh.
Stevani tersenyum lagi. "Terima kasih banyak bu."
"Iya neng..." jawab bu Yoyoh lagi.
Stevani meninggalkan warung tersebut, bu Yoyoh menatap wanita cantik itu. Ia merasa sangat iba pada Stevani. Bu Yoyoh sudah mengenal Stevani 10 tahun, wanita yang selalu bekerja keras mencari nafkah sendiri.
"Kasihan sekali neng Vani, sayangnya bu Yoyoh bukan orang kaya neng. Kalau saja ibu kaya, neng tidak perlu susah payah cari uang buat neng Zaline." gumam bu Yoyoh.
"Ngedumel apa sih bu?" tanya seorang pria mengejutkan bu Yoyoh.
"Tidak ada Jun." jawab bu Yoyoh.
"Tadi itu si Vani kan?"
"Ho oh...kenapa mau ikut menghina wanita baik?"
"Ya tidak atuh bu...Lebih baik aku lamar daripada dihina." jawab Juned.
"Mimpi aja kamu Jun, cewek cantik mana mau sama kamu." ejek bu Yoyoh.
"Dih bu Yoyoh mah gitu, aku gini gini juga ganteng."
"Hilih...kalau ibu belum nikah juga tidak mau sama kamu apalagi neng Vani."
"Jahatnya bu Yoyoh." ujar Juned membuat bu Yoyoh tertawa.
"Makan apa Jun?" tanya bu Yoyoh.
"Biasa bu nasi telor." jawab Juned.
"Lah setiap hari makan nasi telor, gimana mau jadi suami neng Vani."
Juned tertawa. "Justru itu bu, aku lagi irit biar uangnya bisa terkumpul buat ngelamar Vani."
"Sudah deh berhenti saja, mimpimu ketinggian nanti jatuh." kata bu Yoyoh sambil menyiapkan pesanannya.
"Dihina tidak boleh, dilamar juga tidak boleh. Bu Yoyoh seperti orang tuanya saja."
"Neng Vani memang sudah ibu anggap seperti anak sendiri. Kalau saja si Rudy anak ibu belum nikah, ibu jodohin mereka." jawab bu Yoyoh.
"Lah...Vani juga tidak mau kali sama anak ibu." ejek Juned.
"Cerewet kamu Jun, sudah makan saja." ujar bu Yoyoh seraya memberikan makanannya pada Juned.
Juned tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia pun mulai menikmati makanan bu Yoyoh. Makanan bu Yoyoh memang sangat enak, tapi karena letak warungnya berada di dalam gang sempit, membuat para pembeli malas mengunjunginya. Jadi pembeli di warung bu Yoyoh hanya ada satu, dua orang. Itupun mereka datang bergantian.
*****
Happy Reading All...😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments
☠⏤͟͟͞R𝕸y💞𒈒⃟ʟʙᴄfibarki🍅
juned bermimpi di pagi bolong
2025-01-06
0
༄༅⃟𝐐MoyMoy𝕸y💞
Aamiin 🤲 do'a yg sama untuk ibu Yoyoh juga 🤲🤗
2023-06-30
1
༄༅⃟𝐐MoyMoy𝕸y💞
be like ibu Yoyoh 🤣🤣 pura² gk sengaja, pdhl mah emg sengaja nyiram air bekas cucian piring ke wanita² yg mulutnya anuuu 🚴♀️🚴♀️
2023-06-30
1