Zionel Cruise

Gedung PT. Raya Cruise Kontruksi di kota D terpampang megah. Seorang pria tampan berjalan menuju ruang meeting bersama asisten dan beberapa staf direksi yang mengikuti langkahnya. Setiap karyawan disana dengan sigap dan rapi menyapa kedatangan pria itu. Ia adalah Zionel Cruise pemilik perusahaan konstruksi tersebut.

Pria itu masih sangat muda dan sangat tampan, namun karena kesibukannya. Ia tak sempat mencari pasangan hidup. Bahkan beberapa wanita yang sudah diatur oleh ibunya untuk melakukan kencan buta pun selalu ditolaknya.

"Siang pak Zio..."

"Siang pak Zio..."

"Siang pak Zio..."

Itulah sapaan mereka pada pria tersebut, namun hanya anggukan yang mereka dapatkan. Mereka segera menuju ruangan meeting untuk membicarakan proyek di kota X yang sedang bermasalah.

Setelah duduk di ruang meeting, salah satu staf pun mulai melaporkan masalah proyek tersebut. Alex Rudiart asistennya menyerahkan berkas berkasnya pada Zionel Cruise. Zionel melihat lihat berkasnya.

"Pembebasan lahan? Bukankah kita sudah membayar lahan tersebut dengan kompensasi yang tinggi." ujar Zionel.

"Masalahnya ada beberapa warga yang meminta dua kali lipat dari harga yang sudah disepakati sebelumnya." jawab Alex.

Zionel membanting berkasnya. "Apa kalian tak ada satupun yang bisa menyelesaikan masalah ini?"

"Masalahnya bukan hanya ada satu warga yang meminta itu. Setidaknya ada lima belas warga pak." sahut salah satu staf.

Zionel menatap Alex dan mendapatkan anggukan.

"Berapa dana yang tersisa untuk pembebasan lahan tersebut?" tanya Zionel.

"Sekitar satu triliun pak." jawab staf tersebut.

"Alex...apa ada jadwal kerjaku yang sangat penting minggu ini?" tanya Zionel.

"Tidak ada masalah perusahaan pak kecuali ibu Presdir yang meminta anda..."

"Batalkan itu." potong Zionel. "Kita ke kota X selama seminggu, atur keberangkatan kita besok pagi Lex." sambungnya.

"Baik pak." jawab Alex.

"Rapat selesai, aku yang akan turun langsung kesana." ujar Zionel seraya beranjak dari sana lalu keluar tanpa menunggu persetujuan dari siapapun.

Keputusan yang diambil Zionel Cruise selalu tak bisa dibantah. Ia keluar dari ruangan meeting diikuti Alex Rudiart menuju ruang kantornya. Pria itu masuk ke dalam ruang kerjanya lalu menatap kaca jendela dengan nanar.

"Apa belum ada informasi soal Haena Cruise?" tanya Zionel tanpa menatap asistennya.

Haena Cruise adalah adiknya yang hilang, sudah berbagai macam cara telah ia lakukan untuk mencari keberadaan adiknya tersebut namun tetap tak bisa menemukannya.

"Semuanya masih nihil pak." jawab Alex.

Zionel menghela nafasnya lalu membalikkan tubuhnya. "Ya Tuhan... dimanakah ia berada? Mommy seringkali menangis jika sedang merindukannya. Daddy sudah berusaha menghiburnya tapi itu tak pernah berhasil."

"Ibu Presdir akan tenang jika anda juga mau menerima wanita..."

"Berhentilah membahas masalahku Lex. Aku tidak akan menikah sampai adikku ditemukan." potong Zionel.

"Pak Zio...ini demi kebaikan anda juga. Sudah saatnya ada yang mengurus anda. Anda lebih memilih tinggal di apartemen daripada rumah besar keluarga Cruise. Ibu Presdir selalu mengeluh karena kesepian pak. Ia sudah kehilangan putrinya, setelah itu anda justru meninggalkan rumah." ujar Alex.

"Aku menggila jika berada di rumah besar itu, aku selalu mengingat tawa Haena, tingkahnya jika berada di rumah itu. Itulah alasanku meninggalkan rumah Lex." jawab Zionel.

"Aku tak bisa menyalahkan anda pak. Tapi aku juga tak tega jika mendengar keluhan dari ibu Presdir."

"Siapa suruh kau terus ke rumahku untuk menemuinya."

"Permintaan ibu Presdir." jawab Alex.

"Mommy sepertinya akan terus mengawasi gerak-gerikku. Aku bukan anak kecil lagi Lex." ujar Zionel.

"Ibu Presdir hanya ingin anda segera menikah pak."

"Daddy saja tidak terlalu berisik seperti mommy."

"Itu karena pak Presdir menyerahkan semuanya pada bu Presdir."

"Lupakan itu...aku tetap tak mau."

"Tapi pak, minggu ini bu Presdir mengatur pertemuan anda dengan putri dari pemilik perusahaan PT. Yudistira Fashion. Bagaimana aku harus membatalkannya?" tanya Alex.

"Lakukan Lex jika kau masih betah menjadi asistenku." ancam Zionel.

Alex menghela nafas panjang, lagi lagi ia harus berurusan dengan Falera Cruise. Wanita itu akan berteriak dan memaki makinya jika tidak berhasil membawa putranya melakukan kencan buta.

"Begini saja pak, bagaimana jika anda menemuinya setelah kembali dari kota X?" tanya Alex.

"Tidak...aku tak ingin menemuinya ataupun wanita lain, titik." jawab Zionel.

"Pak Zio... Anda membuatku kesusahan."

"Ck... bukankah itu memang tugasmu Lex."

"Wanita wanita yang diatur oleh bu Presdir sangat cantik cantik. Anda masih normal kan?" ejek Alex.

Zionel mengumpat. "Apa kau ingin membuktikan jika aku normal atau tidak? Kemarilah... biar aku menciummu."

Seketika Alex mengedikkan tubuhnya. "Anda sudah tidak waras." jawabnya membuat Zionel melepaskan tawanya.

"Atur perjalanan kita besok, aku ingin pesawat yang paling pagi. Tanpa penolakan lagi Lex." perintah Zionel.

"Baiklah, mau aku berbicara apapun sudah tidak mempan lagi." jawab Alex.

Zionel menarik sudut bibirnya mengejek. "Keluarlah...aku ingin sendirian sekarang." usirnya.

"Dan selalu dibuang setelah tak dibutuhkan." keluh Alex.

Zionel kembali melepaskan tawanya. Alex terlihat semakin kesal, pria itu akhirnya pamit keluar ruangan. Tawa dan senyum Zionel seketika menghilang setelah asistennya keluar dari ruang kerjanya. Ia kembali menuju jendela dan menatap pemandangan dari atas gedungnya dengan nanar.

"Aku bahkan sudah menyewa detektif terbaik di kota ini, namun tetap tidak berhasil menemukanmu Haena. Pihak kepolisian sudah berupaya mencarimu juga, tapi tetap tak membuahkan hasil. Mengapa kau menghilang saat di sekolah? Dan yang lebih mencengangkan, tak ada satupun saksi mata yang melihatmu. Sebenarnya kau pergi kemana, kenapa tega meninggalkan mommy, daddy dan abangmu ini. Apakah kau baik baik saja di luar sana?" pikir Zionel sedih.

Zionel mengambil dompetnya dalam saku celananya. Ia membuka dompet tersebut dan kembali bersedih saat melihat foto cantik adiknya yang sedang tersenyum disana. Saat itu adiknya baru berusia 7 tahun. Dan jika Haena masih hidup, usianya sudah 12 tahun saat ini.

"Jangan tersenyum seperti itu jika akhirnya kau meninggalkan kami. Kau sangat jahat sayang. Seharusnya kau katakan jika membutuhkan sesuatu, kami pasti akan menurutinya. Bukan malah seperti ini. Apa kau tak merindukan mommy? Mommy selalu menangis saat merindukanmu. Haena... Abang yakin kau masih sehat sampai sekarang. Jadi pulanglah...sudah cukup lama kau meninggalkan kami." gumam Zionel sambil menatap foto adiknya.

"Sebenarnya apa yang kau butuhkan sayang? Selama ini kami selalu menuruti apapun yang kau inginkan." sambung Zionel seraya menutup dompetnya lalu melemparkannya begitu saja ke atas meja.

Ia menuju meja kerjanya, lalu duduk disana. Zionel Cruise kembali pada mode profesional saat bekerja. Ia mulai melihat berkas berkas laporan yang sudah menumpuk di mejanya. Satu persatu ia buka lalu menandatanganinya. Sebagai seorang CEO ia harus tetap bekerja secara profesional di tengah pikiran dan masalah pribadinya.

*****

Happy Reading All...😘😘😘

Ilustrasi Zionel Cruise...👇🏻👇🏻👇🏻

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***