Bab 4 Hari pernikahan dan Kepergian Nadia

Hari pernikahan telah tiba. Hari ini di rumah keluarga Wijaya terlihat ramai. Banyak para kerabat yang telah tiba untuk menyaksikan pernikahan Nadia.

Ya mereka masih mengira jikalau Nadia yang akan menikah, entah bagaimana pendapat mereka setelah tau bahwa malah Alia yang menikah dengan Riko yang mereka ketahui kekasih dari Nadia.

Waktu sudah menunjukkan pukul 8. Dan mempelai pria sudah di depan pintu. Ia bersama keluarganya masuk ke dalam rumah dan duduk di tempat yang sudah di sediakan. Penghulu pun sudah siap di tempatnya.

Lalu datanglah sang pengantin wanita dengan tudung menutupi wajahnya yang diantar oleh mamanya. Ia duduk di sebelah Riko. Degg... jantungnya berdegup. Ia tak menyangka hari ini ialah yang akan menikah. Ia sedih karena menyakiti kakaknya, tapi ia juga senang akan menikah dengan pria yang di cintai nya. 'Entahlah haruskah aku seegois ini' gumamnya dalam hati.

"Bagaimana, apa acara sudah bisa di mulai?" ucap pak penghulu.

"Mulai pak" ucap papa Bima. Pa Bima ialah papa Nadia.

"Baiklah mari kita mulai, silahkan tuan jabat tangan mempelai pria" ucap penghulu.

Papa Bima pun menjabat tangan Riko.

"Saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan putri saya Alia Ayudia Wijaya dengan maskawin 100 gram emas dibayar TUNAI" ucap papa tegas.

"Saya terima nikah dan kawinnya Alia Ayudia Wijaya dengan maskawin tersebut TUNAI" ucap Riko tegas.

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya penghulu.

"Sahhhh" ucap mereka serempak.

Lalu di lanjutkan dengan doa doa.

Beberapa kerabat pun saling berbisik, mereka heran kenapa malah Alia yang menikah. Lalu bagaimana dengan Nadia. Mereka tidak ada yang di beri kabar jika Alia lah yang akan menikah. Dan mereka juga tidak melihat Nadia berada di sana. Lalu dimana Nadia?

Di sebuah kamar di lantai dua.

Nadia masih bergelung di bawah selimut. Sudah 5 hari sejak kejadian waktu itu ia tak pernah keluar kamar dan hanya tidur dan tidur saja. Ia seperti enggan membuka matanya. Makan pun ia tak berselera karena hatinya yang baru saja patah. Lalu mata dengan bulu mata lentik itu mengerjap menyesuaikan cahaya yang mulai masuk ke dalam kornea matanya.

Ia bangun dari ranjangnya. Seharusnya hari ini adalah hari kebahagiaannya. Tapi malah menjadi hari yang menyakitkan baginya. Tentu saja siapa yang tak sakit hati, hari pernikahan yang ia impikan hancur seketika karena perbuatan sang kekasih dan adiknya itu.

"Heuh" Nadia mendengus dingin.

"Sudahlah Nadia. Waktunya bangkit dari keterpurukan" ucapnya pada dirinya.

Lalu ia melangkah kan kakinya ke kamar mandi dan melakukan ritual membersihkan diri.

20 menit berlalu ia keluar dengan menggunakan bathrobe dan handuk kecil di kepalanya. Lalu ia duduk di depan meja rias. Ia mengeringkan rambutnya dengan hairdryer dan memakai aneka skincare di wajahnya yang cantik. Ia juga memakai make up tipis dan polesan di bibirnya yang penuh. Ia pergi ke walk in closet dan mengambil pakaiannya.

Ia mematut dirinya di kaca.

"Perfect" ucapnya sambil menyunggingkan senyum dingin.

Setelah memastikan penampilannya rapi ia bergegas turun dengan membawa kopernya.

Tak tak tak . Suara langkah kaki menuruni tangga.

Semua orang yang sudah berada di dalam rumah pun melihat ke arah tangga. Terlihat semua orang memandang Nadia.

"Nadia sayang, akhirnya kamu keluar juga" ucap mama Resti itulah nama mama Nadia.

"Iya ma" ucap Nadia dengan senyum tipis.

"Ayo sayang, pasti kamu lapar kan, ayo kita makan" ucap mama senang karena Nadia akhirnya mau keluar kamar.

"Hmm" ucap Nadia mengangguk.

Di meja makan hanya ada dua keluarga besar. Papa Bima, Mama Resti, Riko dan Alia, Pak Wahyu Saputra dan istrinya Dina Safira. Sedangkan para kerabat makan di prasmanan taman belakang.

Nadia duduk di sebelah kiri papanya. Mama mengambilkan makanan kesukaan Nadia, ada udang balado dan sayur capcay.

"Ini sayang, makan yang banyak" ucap mama tersenyum.

"Terima kasih ma" ucap Nadia dengan senyum tipis nya. Lalu mereka mulai makan.

Terlihat Riko mencuri pandang pada Nadia. Ia masih diliputi penyesalan. 'Harusnya hari ini aku menikah denganmu' ucapnya dalam hati dengan senyum sendu.

Nadia makan dengan tenang dengan raut wajah datar.

10 menit kemudian.

"Aku sudah selesai. Terima kasih makannya ma" ucap Nadia.

"Aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian" tambahnya.

"Bicaralah" ucap papa.

"Aku pamit pergi ke Amerika, aku akan memulai karir ku disana. Papa dan mama jangan khawatir. Jangan mencegah ku pergi. Karena aku akan tetap pergi. Tolong hargai keputusan ku Pa, ma" ucapnya.

Mama terlihat kaget.

"Kenapa sayang? karir mu disini juga sudah bagus" ucap mama.

"Aku butuh waktu sendiri ma" ucap Nadia datar.

Papa memijat pelipisnya.

"Pergilah jika kau ingin. Papa mendukung mu. Kembalilah jika sudah merasa baik" ucap papa dengan senyum lemah.

Sebenarnya ia tak ingin putrinya pergi jauh. Tapi mau bagaimana lagi ia tak boleh egois. Ia tahu Putrinya butuh waktu untuk menata hatinya yang hancur.

"Baiklah jika papa mengizinkan mama bisa apa" ucap mama dengan senyum sendu.

"Terima kasih pa ma" ucap Nadia. Lalu bangkit berdiri dari kursinya. memeluk papa dan mamanya sebelum pergi.

"Kakak, maafkan aku. Aku bersalah padamu" ucap Alia dengan meneteskan air matanya.

Nadia tak menjawab ia hanya menatap adik perempuan nya itu.

"Aku pamit" ucapnya.

Mereka mengantarnya ke depan pintu.

Sebelum Nadia masuk mobil mama Riko menyekal lengannya.

"Nadia sayang" lalu memeluknya.

Nadia membalas pelukannya.

"Maafkan tante yang tidak bisa mendidik Riko dengan baik sehingga ia bisa mengkhianati gadis baik sepertimu nak" ucapnya sambil menangis.

"Sudahlah tante jangan menangis. Ini bukan salahmu" ucap Nadia datar.

"Aku harus pergi sekarang pesawat ku sebentar lagi take off" tambahnya.

"Baiklah. Hati hati di jalan sayang" ucap mama Riko.

"Hmm" ucapnya.

Lalu ia masuk mobil dan berangkat menuju bandara internasional Soekarno-Hatta.

Tiba tiba Riko berlari mengejar mobil Nadia.

"Nad tunggu Nad. Tolong maafkan aku. Aku menyesal" teriaknya lantang.

"Nad. Nadiaa aku masih mencintaimu. Maafkan aku" teriaknya.

Dan mobil pun melaju cepat tak terkejar lagi.

"Akkhhhh" teriak Riko frustasi sambil menjambak rambutnya kasar.

selamat membaca readers.🥰

tekan tombol 💙 nya ya.

Terpopuler

Comments

Sulati Cus

Sulati Cus

ambil hikmah aja mungkin jodoh terbaik nadia sdh menunggu

2021-11-05

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Penghianatan
2 Bab 2 Ini menyakitkan
3 Bab 3 Kemarahan papa
4 Bab 4 Hari pernikahan dan Kepergian Nadia
5 Bab 5 Menikah Kontrak
6 Bab 6 Kabar pernikahan
7 Bab 7 Pernikahan Nadia
8 Bab 8 Malam, Setelah Pernikahan
9 Bab 9 Malam pertama, salah paham
10 Bab 10 Kepulangan keluarga Wijaya dan hukuman Nadia
11 Bab 11 Nikmat yang berbeda
12 Bab 12 Malam Pertama
13 Bab 13 Pagi Hari Yang Panas
14 Bab 14 Perlakuan Al yang Manis
15 Bab 15 Menyukai Masakanmu
16 Bab 16 Cepat tumbuh anak anak Daddy
17 Bab 17 Awal hubungan baru keduanya
18 Bab 18 Kehamilan Alia
19 Bab 19 Berita yang mengorek luka
20 Bab 20 Tak ada kata Lelah
21 Bab 21 Kedatangan besan
22 Bab 22 Resepsi Pernikahan
23 Bab 23 Nadia berubah manja
24 Bab 24 Keheranan Al
25 Bab 25 2 bayi
26 Bab 26 Semakin tak terkendali
27 Bab 27 Alia melahirkan
28 Bab 28 Alana Oneta Saputra (pendek)
29 Bab 29 Nadia melahirkan
30 Bab 30 Kabar bahagia
31 Bab 31 Aldian dan Aluna
32 Bab 32 Kebahagiaan
33 Bab 33 menyusui 2 bayi
34 Bab 34 Menyeret Katty
35 Bab 35 Kesal
36 Bab 36 Tuan dan nona muda kecil
37 Bab 37. Bagaimana caranya?
38 Bab 38. Terdiam?
39 Bab 39. Kau mirip istriku?
40 Baba 40. Memberikannya servis.
41 Bab 41. Tes DNA.
42 Baba 42. Menemui mama dan papa Wijaya
43 Bab 43. Jadi papa Bima ?
44 Bab 44. Undangan makan malam.
45 Bab 45. Suasana haru.
46 Bab 46. Perbincangan hangat
47 Bab 47. POV masa lalu.
48 Bab 48. Aku hamil..
49 Bab 49. Sedikit gelisah.
50 Bab 49. Sedikit gelisah.
51 Bab 50. Kekhawatiran keluarga Hugo
52 Bab 51. Let's play the game
53 Bab 52 Kenapa harus terjadi lagi?
54 Bab 53. Di jebak.
55 Bab 54. Sedikit titik terang
56 Bab 55. Ke rumah Wijaya
57 Bab 56. Apa Alasannya?
58 bab 57. Bernard vs Albern
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Bab 1 Penghianatan
2
Bab 2 Ini menyakitkan
3
Bab 3 Kemarahan papa
4
Bab 4 Hari pernikahan dan Kepergian Nadia
5
Bab 5 Menikah Kontrak
6
Bab 6 Kabar pernikahan
7
Bab 7 Pernikahan Nadia
8
Bab 8 Malam, Setelah Pernikahan
9
Bab 9 Malam pertama, salah paham
10
Bab 10 Kepulangan keluarga Wijaya dan hukuman Nadia
11
Bab 11 Nikmat yang berbeda
12
Bab 12 Malam Pertama
13
Bab 13 Pagi Hari Yang Panas
14
Bab 14 Perlakuan Al yang Manis
15
Bab 15 Menyukai Masakanmu
16
Bab 16 Cepat tumbuh anak anak Daddy
17
Bab 17 Awal hubungan baru keduanya
18
Bab 18 Kehamilan Alia
19
Bab 19 Berita yang mengorek luka
20
Bab 20 Tak ada kata Lelah
21
Bab 21 Kedatangan besan
22
Bab 22 Resepsi Pernikahan
23
Bab 23 Nadia berubah manja
24
Bab 24 Keheranan Al
25
Bab 25 2 bayi
26
Bab 26 Semakin tak terkendali
27
Bab 27 Alia melahirkan
28
Bab 28 Alana Oneta Saputra (pendek)
29
Bab 29 Nadia melahirkan
30
Bab 30 Kabar bahagia
31
Bab 31 Aldian dan Aluna
32
Bab 32 Kebahagiaan
33
Bab 33 menyusui 2 bayi
34
Bab 34 Menyeret Katty
35
Bab 35 Kesal
36
Bab 36 Tuan dan nona muda kecil
37
Bab 37. Bagaimana caranya?
38
Bab 38. Terdiam?
39
Bab 39. Kau mirip istriku?
40
Baba 40. Memberikannya servis.
41
Bab 41. Tes DNA.
42
Baba 42. Menemui mama dan papa Wijaya
43
Bab 43. Jadi papa Bima ?
44
Bab 44. Undangan makan malam.
45
Bab 45. Suasana haru.
46
Bab 46. Perbincangan hangat
47
Bab 47. POV masa lalu.
48
Bab 48. Aku hamil..
49
Bab 49. Sedikit gelisah.
50
Bab 49. Sedikit gelisah.
51
Bab 50. Kekhawatiran keluarga Hugo
52
Bab 51. Let's play the game
53
Bab 52 Kenapa harus terjadi lagi?
54
Bab 53. Di jebak.
55
Bab 54. Sedikit titik terang
56
Bab 55. Ke rumah Wijaya
57
Bab 56. Apa Alasannya?
58
bab 57. Bernard vs Albern

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!