Aku menang lagi.
tubuhku lelah, istirahat ditempat duduk . mengucurkan minuman ke arah muka sendiri, terengah - terengah, berdiri sosok laki -laki dihadapan ku.
" Bang, Anto " sapa Nera
" Permainan nya cukup menarik, kamu banyak menerima point. Keren. "
puji Anto pada pada Nera.
" Sama . Abang juga di akhir bisa jatuhin lawan. itu juga keren . Selamat ya atas kemenangan nya! " jawab Nera tersenyum.
Setelah proses pembagian tropi pemenang .
Anto mengajak pulang bareng Nera ikut nebeng dimotornya.
" Ner, pulang bareng yuk. Ikut motor abang aja! " ajak Anto.
" Maaf bang, aku gak biasa dibonceng oleh orang lain selain keluarga ku atau teman perempuan ku. Jadi aku naik angkot aja. maaf ya bang " tolak halus Nera.
" Ner , mau bareng ke terminalnya?. Yu cabut sekarang, takut kemalaman " kata Dito mengajak Nera.
" Iya bro, kita bareng, lagi nunggu Dinda dia masih ganti baju " sahut Nera pada Dito.
Anto masih ada disamping Nera.
" Ehmm, ner . Suratnya dah dibaca belom ,kadonya gimana ? " tanya Anto penasaran.
" Ouh ,ya ampun. maaf aku lupa nanyain ke Astuti ,insyaa Allah besok ya bang. Mudah-mudahan Astuti ngasih balasan suratnya. mudah-mudahan dia, balas cinta nya abang " jawabnya dengan sumringah.
" Bang, aku pulang duluan ya, Dinda dah selesai. Dah abang sampai ketemu lagi " kata Nera sambil merangkul Dinda.
" Ner, maksudmu surat itu dibaca astuti? bukan sama kamu? " tanya Anto.
" Ner, aku perlu bicara Ner, ada waktu sedikit aja? " tambah Anto memohon.
" Insyaa Allah besok ketemu ya bang, entar Nera kasih surat balasannya. Aku buru-buru takut kemalaman "
Anto menarik napas dan mengusap tengkuknya bingung. Tapi ya sudahlah
-----------------------------------------------------------------------
Sepulang sekolah di rumah Astuti,
Nera sengaja main dulu ke rumah Astuti, berharap surat yang Anto berikan padanya sudah ia buat surat balasannya.
" As, bang Anto minta balasan surat cintanya dari kamu. kemarin akau ditanyain mulu "
sahut Nera memulai obrolan.
" Udah ah, jangan bahas - bahas Anto. aku gak mau dan gak suka sama dia " ketus Astuti.
" Mana aku lihat suratnya, romantis gak, As? "
tanya Nera.
" Kamu mau kadonya? " tanya Astuti.
" Lah, itu kan punya kamu dari Anto, kalo Anto tahu hadiahnya dikasihin ke aku. Disangkanya aku dah nikung " tolak Nera.
" Ner, kayanya kamu keliru deh ?, aku balikin lagi deh hadiahnya ke kamu atau ke Anto "
ketus Astuti.
" Kenapa?, jelek hadiahnya? atau mungkin murah? " Tanya Nera aneh pada Astuti.
" Udah deh, nih aku balikin surat ama hadiahnya. aku titip pesan buat bang Anto, kalau laki-laki itu harus Jentle, jangan bulak - belok kalau cinta katakan langsung. Keburu diambil orang " kata Astuti kesal.
" Ya sudah, aku pulang dulu ya. yakin ini hadiah balikin lagi? gak bakal nyesel nih? "
Ancamnya kepada Astuti.
Astuti menggelengkan kepalanya, yakin.
Nera izin permisi pulang pada Astuti.
------------------------------------------------------------------
Diperjalanan menuju pulang, Nera terus memikirkan bagaimana bisa ketemu sama Anto, kalau harus ke rumahnya Nera malu.
Masa anak gadis bertamu ke rumah laki-laki.
apalagi anak kiayi ternama. Tapi bagaimana ini kado dan suratnya?
Kalo sudah bertemu dengan Anto, ia ingin berhenti menjadi kurir cinta Anto.
Lelah dia rasa , ribet banget.
" Mba Neraaaa.........." ada yang berteriak memanggil Nera.
"Haaah, si Idam. Apa Dam?" tanyaku.
" Mba di tunggu bang Anto di sawah pak mahfud " jawab Idam.
Ouuh semoga menjadi kurir cintanya Anto segera berakhir. Gerutu hati Nera.
" Bang Anto, ada apa? " sapa Nera.
"Ner,kayanya abang perlu ngomong sesuatu deh, sama kamu. Perihal Astuti " kata Anto.
" sebetulnya, saya juga ingin segera berakhir jadi kurir cinta abang sama Astuti. Soalnya gak enak saja sama adik abang, Idam. Maaf ya bang, bukannya gak mau nolongin, tapi saya itu enggak bisa kalau terus - terusan kaya gini. Lagian Astuti titip pesan buat abang, katanya kalau cinta mah jentle bilang atau ungkapin sendiri ke orang nya langsung. ouh iya ini surat dan kado dari Astuti ,maaf dia mau ngembaliin ini semua bang. Maaf juga saya belum bisa nolong sesuai harapan abang ". jawab Nera menjelaskan sambil memberikan semuanya kepada Anto.
Deg, wajah Anto memerah seketika .
" Idam, waktu ngasih surat dan kado ini bilang apa ke kamu, Ner ? apa dia bilang suruh kasih ke kamu atau ke Astuti ?"
jelas Anto kesal.
" Adik abang, cuman bilang ini dari bang Anto saja. Yaa saya pikir ini semua buat Astuti, jadi tanpa pikir panjang ini semua saya kasih ke Astuti " Jawab Nera polos.
" Tahu enggak sih, Ner? itu semua buat kamu!" gerutu Anto dalam hati penuh dengan kekesalan yang tak terungkap.
" Ouh ya udah, surat dan kadonya aku kasih buat kamu aja. Di buka dan di baca kalau enggak keberatan hadiahnya entar di pakai "
jelas Anto lirih.
" Ihh, yaa enggak bisa lah. Masa surat cinta orang saya baca? nih saya kembalikan suratnya ,kadonya saya bawa pulang "
" Bang saya pulang duluan ya, takut di cari ibu, makasih ya bang " kata Nera polos dengan aksen tomboynya.
Saat membalikkan badannya, tas gendong yang digendong Nera di pegang erat Anto,
" Tunggu dulu, maaf sebulan lagi saya akan ikut pelatihan ke kota. Karena besok pengumuman kelulusan anak kelas 3, kemungkinan besok saya langsung pergi ke kota Jakarta untuk ikut ujian beasiswa universitas ke Mesir dan Madinah. Saya akan tinggal bersama kakak saya yang nomer dua. Sekalian saya mau izin pamit "
mendengar Anto berpamitan pada Nera, ada gejolak sakit tak mau ditinggalkan. Ada rindu sebelum dia pergi. Nera berbalik ke arah Anto,
" Abang mau berangkat ? semoga abang bisa, semoga abang sukses, semoga abamg diterima " Nera meracau sambil tertunduk sedih. Ada rasa kecewa ditinggalkan, ada rindu entahlah rasa apa itu?
Anto pun tertunduk, lirih
" Insyaa Allah , saya akan setia menunggu sampai saya mampu bilang sama abah, untuk bisa mempersunting kamu kelak"
Mendengar kata-kata lirih di balik wajah tertunduk Anto, Nera mencoba mengangkat wajahnya yang dari tadi tertunduk. Apa dia tak salah dengar, bang Anto mengatakan hal tersebut?
ingin mulutnya berkata, abang tolong ulangi sekali lagi. Kau mencintaiku atau untuk siapa kau setia? Siapa yang akan kau sunting abang?
" Bacalah surat itu, aku telah menyimpan nomer telpon dan alamat rumah kakakku yang di Jakarta. Aku izin pamit Nera, assalamualaikum "
kami melepas pertemuan kami, dengan berbalik satu sama lain menuju arah rumah masing-masing.
Nera masih berpikir, ini mimpikah?, benarkah dia akan setia padaku? Padahal aku belum mengucapkan akan setia pula padanya, dia akan berusah bilang ke orang tuanya untuk mempersuntingku. Hahahaha mimpi kamu Nera.
Sesampai di rumah, Nera tak sabar membuka surat yang dipikirnya untuk Astuti. Pas surat itu dibukanya, mata Nera berkaca - kaca, berderai air matanya . Dia menyesal dan sesak di dadanya. Dia mencoba membuka kado-kado itu, di dalam kadonya ada secarik kertas,berderai lagi bola matanya. Kado satu nya lagi dia buka, lagi-lagi dia menemukan secarik kertas dan jam tangan kecil.
dia memeluk surat dan tulisan-tulisan di secarik kertas itu dengan haru.
sesak dan menyesal, andai Anto jujur sedari awal. Mungkin tak seperti ini? andai astuti langsung mengatakan bahwa surat itu jelas - jelas untukku, mungkin sekarang aku sudah bisa membalas surat Anto .
next..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Najwa_auliarahma
kyak nya ni novel akan banyak menguras air mata deh
2021-02-24
0
Neneng Aca
😂😂😂lucu aneh jga ya kyax seru bnget deh
2020-12-12
3
Aghnia Warda
aku udah baca 2 kali mash aj penasaran
2020-12-01
1