"Gimana?" tanya Rio menatap Kamila.
"Gak bisa di hubungi lagi, sepertinya kak Salma lagi ada masalah deh. Batin gue ini ... gak enak!" nada lebay Kamila kumat lagi, Rio mencibir.
"Lebay Lo, ayo kerumahnya sambil bawa ini." Ide dari Salma memang selalu membuahkan hasil, sebenarnya Rio dan Kamila lebih tua dari Salma namun karena kecerdikan Salma lah yang merubah predikat sopan santun di antara ketiganya itu bahkan dengan yang lain.
Salma memang pintar mengelolah bisnis ini, banyak orang yang berperan tapi tidak semua ada dalam genggamannya hanya beberapa cecunguk yang sedikit bodo* yang jadi bawahan setianya.
Salma sedang menikmati hidupnya sehari yang tidak berkerja, tidak ke club' malam paginya tidak ke pasar. Semoga dagangannya gak ada yang rugi jika dirinya tidak datang.
Dari dandanan pasti semua orang mengira jika dirinya preman pasar sebab ia juga jago bela diri saat ada pencopet atau orang yang sedang menggangu orang-orang pasar.
Jika di club' malam juga sama dia akan menjadi pahlawan bagi gadis yang tertindas, memang sosok Salma lebih cocok jadi laki-laki gentleman bukan perempuan. Salma hanya sedikit investasi di club' malam itu, hanya untuk uang jajan anak-anak yang membutuhkan meski ia juga tertekan sebenarnya memberi sesuatu tapi dari investasi dunia malam.
Alga menatap ponsel milik Salma dan akan menghidupkan lagi layarnya namun ponsel di saku celananya berdering.
Dret
Dret
Dret
Ia mengangkat telpon dari ponselnya sendiri, seorang wanita yang sudah lama ia nantikan.
📞 "Iya sayang." Alga berubah jadi lemah lembut dan tidak bermulut petasan dan cabai.
Alga dan sang kekasih berbicara banyak sebelum ia pergi keluar dari rumah Salma, Salma tidak peduli laki-laki itu mau pergi kemana yang jelas sekarang ia hanya menanti kedatangan prajuritnya untuk menyelamatkan dirinya dari belenggu rumahnya sendiri.
Setelah berhasil kabur, langsung menuju TKP.
Salma tidak masuk ke dalam ia hanya di luar biar Rio dan Kamila saja yang membereskan kekacauan, baru juga tadi malam tidak ia kontrol tempat ini sudah ada yang buat ulah dengan mengancam akan menutup club' tersebut, Salma tidak masalah yang jadi masalah duitnya ada di dalam dan ia terlanjur investasi tidak sedikit hampir 1 M.
Kalau di tanya dapat uang dari mana, Salma orangnya hemat saat pengeluaran sebab ia belum berumah tangga jadi uang pemberian dari Papanya tidak ia gunakan sebab semua kebutuhan mulai dari makan, minum dan biaya lainnya ia tidak pernah mengeluarkannya kecuali pakaian yang ia gunakan di luar rumah, jika di dalam rumah dan kampus ya tetap mengenakan pakaian yang uangnya dari Papa bukan uang jajannya perbulan.
"Kak beli baju lagi?" tanya Kamila yang sudah selesai membersikan orang yang membuat ulah.
"Iya, terpaksa. Mau enggak?" menawarkan.
"Ya maulah, kita-kita juga buruh suntikan dana juga!" jawab Kamila yang memang setiap bulannya meminta ceperan.
Saat berbelanja mata Salma tidak sengaja melihat si Alga yang tengah di rangkul seorang wanita dengan mesranya, bahkan Alga juga terus menerus melempar senyum dan candaan pada gadisnya itu.
"Kalian terserah mau pilih apa, tapi satu orang gak lebih dari tiga ratus ribu." Ketus Salma, jika tidak di ancam seperti ini pasti Kamila dan Rio bisa khilaf sampai jutaan, rugi dong jika di biarkan cari duit seratus ribu saja harus berantem dulu dengan orang(merayu pembeli).
"Yah ... ko gitu sih kak, pelit amat," Kamila keceplosan dan mulutnya langsung di bungkam Rio.
Salma yang terlanjur mendengar langsung berubah pikiran, memang ya orang datang bulan emosinya naik turun bahkan curamnya lebih parah dari jurang dan adrenalin nya lebih parah dari roll coaster dan rumah hantu.
"Bayar sendiri belanjaan kalian dan bonus bulanan gak jadi." Ketus Salma langsung mengambil kunci motor dari tangan Rio.
"WOY, motor gue jangan Lo rusak," meratapi nasib, moga-moga motornya gak kenapa-kenapa bisa-bisa ia gagal meraih hati pujaannya di salah satu restoran Jepang.
Salma melajukan motor milik Rio, motor trail warna hitam itu membelah kota. Pikirannya kacau sekali, hidupnya seperti ini dan ia merasakan kesepian sejak ibunya tiada.
Sedangkan di mall sebenarnya tadi Alga tau jika Salma ada di tempat itu, tapi entah mengapa mendadak pergi atau dia takut ketahuan dan memutuskan pulang ke rumah.
"Tunggu dulu, sepertinya dia gak pulang. Sial ... gagal dapat duit ini jika aku gak bisa merubah nona judes itu." Gumam lirih saat selesai membayar total dari makanan yang di pesan sang kekasih. Ia menatap bon pembayaran tadi sedikit kesal dengan Riska yang borosnya melebihi lajunya kereta api yang jalannya lurus.
***
Bunga dan kopi di luncurkan biar Emak semangat gitu ngetiknya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments