Melihat Cahaya memeluk kedua lututnya sambil menutup wajahnya dengan kedua tangan, Ryan tampak biasa saja. Tidak ada sedikitpun rasa kuatir, dan penasaran apa yang terjadi pada Cahaya.
"Apa kau mimpi buruk?" tanya Ryan dengan dingin pada Cahaya.
"Bisakah kau meninggalkanku sendiri? Maaf, aku telah menggangu istirahat mu" ucap Cahaya dengan posisi yang tetap.
"Baiklah...." Ryan pergi begitu saja, tanpa penasaran dengan apa yang terjadi pada Cahaya.
Setelah mendengar suara pintu tertutup, barulah Cahaya menegakkan kepalanya dan mengunci pintu kamarnya.
-
-
Sudah satu bulan Cahaya bekerja sebagai sekretarisnya Ryan. Tapi hubungan mereka tidak mengalami perubahan. Mereka juga tidak pernah sekalipun untuk berangkat bersama ke kantor.
Saat Cahaya ingin pergi untuk makan siang, Naina adik dari Mesya datang dan menghampirinya.
"CK... Ngapain kau disini?" tanya Naina dengan sinis pada Cahaya.
"Maaf, nona. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Cahaya dengan lembut, tanpa berniat untuk menjawab pertanyaan Naina.
"Apa kak Ryan didalam?" tanya Naina kesal.
"Maaf nona apa anda sudah buat janji?"
"Aku tidak perlu buat janji untuk bertemu dengan kak Ryan. Dasar wanita ja****!" Naina langsung pergi masuk kedalam ruangan Ryan setelah menghina Cahaya.
Cahaya yang tidak terima dengan hinaan dari Naina, langsung mengejar Naina keruangan Ryan.
Cahaya tidak memperdulikan tatapan mata Ryan yang tajam padanya karena masuk tanpa mengetuk pintu. Naina yang lagi menyiapkan makanan yang dibawanya untuk Ryan langsung bangkit berdiri.
"Sedang..."
Plak....
Ucapan Naina langsung terpotong karena Cahaya menamparnya. Ryan yang melihat itu langsung menarik Cahaya untuk menjauh dari Naina.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau menampar Naina?" tanya Ryan dengan emosi, sampai-sampai wajahnya sangat merah karena emosi.
"Aku tidak akan pernah membiarkan orang lain menghina ku tanpa tahu tentang ku!" ucap Cahaya dengan emosi juga. Cahaya semakin kecewa dengan Ryan karena membentaknya didepan Naina.
Cahaya melepaskan tangannya dari genggaman tangan Ryan. Dengan tatapan dingin Cahaya berjalan mendekati Naina kembali.
"Aku tidak menyangka wanita yang berpendidikan tinggi dan dari keluarga terhormat bisa menghina orang lain tanpa tahu bagaimana orang itu sebenarnya. Maaf kan saya nona Naina, saya tidak akan marah kalau anda menghina saya anak yang tidak jelas asal-usulnya karena itu adalah kenyataannya. Tapi saya tidak akan pernah membiarkan Anda menghina saya seperti yang anda ucapkan tadi! Jika anda mengucapkan kata-kata itu, mulut anda akan saya robek" ucap Cahaya.
Naina tampak sangat terkejut karena Cahaya berani menamparnya didepan Ryan, apalagi mengancamnya. Naina sebenarnya ingin membalas Cahaya tapi karena ada Ryan ada disana, dia berusaha untuk menahan dirinya supaya tidak bersikap kasar.
Setelah mengatakan hal itu Cahaya keluar dari ruangan Ryan. Sesampainya di mejanya Cahaya mengambil paper bag yang dibawanya tadi pagi, lalu pergi ke tempat dimana dia bisa menikmati waktunya sendiri.
Ternyata paper bag yang dibawa Cahaya berisi makan siangnya. Cahaya sebenarnya membawa makan siangnya, dia tidak pernah sekalipun bergabung dengan para pegawai yang lainnya untuk menikmati makan siang yang selalu disediakan perusahaan.
"AH....." Teriak Cahaya tiba-tiba.
Saat lagi menikmati makanannya, tiba-tiba ucapan Naina terngiang terus dalam ingatannya. Cahaya merasa dadanya seperti ditekan, apalagi Ryan membentaknya didepan Naina. Cahaya terus memukul dadanya karena dia merasa sulit bernafas.
-
-
Didalam ruangan Ryan memeluk Naina, karena setelah Cahaya pergi Naina menangis. Ryan yang dari dulu sudah sangat menyayangi dan memanjakan Naina seperti adiknya sendiri tentu saja merasa bersalah. Tapi dalam hatinya Ryan sangat penasaran hinaan apa yang dikatakan Naina pada Cahaya.
"Aku mau pulang saja!" ucap Naina yang pura-pura ngambek.
"Baiklah...."
Naina pun langsung mengambil tasnya, sedangkan kotak nasi yang dibawanya tadi, tidak dibawanya pulang. Karena Ryan belum makan makanan yang dibawanya tadi.
"Kakak harus makan semuanya. Aku pergi dulu, karena aku ada urusan penting lagi..." Ryan hanya mengangguk kepalanya. Setelah Naina pergi, Ryan terus memperhatikan meja Cahaya dari dalam ruangannya.
-
-
Cahaya yang melihat waktu istirahatnya habis, tanpa semangat Cahaya kembali ke bawah. Sesampainya di mejanya, Cahaya melanjutkan pekerjaannya.
"Nona Cahaya, satu jam lagi kita akan ada rapat tolong bantu saya untuk susun materi rapat hari ini..." ucap Bisma sambil menyerahkan berkas yang dibawanya.
"Baik, pak!"
Dengan penuh cekatan Cahaya melakukan pekerjaannya. Hanya dalam tempo setengah jam Cahaya sudah menyelesaikan pekerjaannya. Bisma yang melihat hasilnya tampak sangat kagum dengan kepintaran Cahaya.
Bisma juga meminta tolong pada Cahaya untuk memeriksa ruangan rapat apa sudah dipersiapkan dan apa saja yang diperlukan selama rapat.
Saat Rapat dimulai, Cahaya duduk di samping Bisma. Semua hasil dari rapat, Cahaya lah yang mencatatnya. Cahaya tidak memperdulikan tatapan orang padanya, saat ini. Cahaya sangat menyadari kalau saat ini pegawai pria yang ada dalam ruangan rapat tengah meliriknya.
"Baiklah untuk rapat hari ini kita akhiri. Saya harap semuanya akan berjalan dengan baik seperti bulan ini" ucap Ryan dengan dingin.
"Baik, Pak!" jawab serentak para pegawai semuanya.
Para pegawai pria tampak sangat terpesona dengan kecantikan Cahaya. Meskipun saat ini tampilan Cahaya tidak seperti gadis-gadis yang lainnya, Cahaya masih tampak sangat cantik. Kecantikannya yang sangat alami, karena Cahaya tidak memakai make up sama sekali. Hanya menggunakan bedak yang tipis dan lipstik yang tipis saja membuat Cahaya cantik.
-
-
Saat Cahaya menunggu taksi didepan halte yang di seberang kantor, salah satu pegawai pria datang menghampiri Cahaya.
"Nona, bukannya anda sekretaris baru pak Ryan?" tanya Pria itu dengan lembut, Cahaya hanya mengangguk kepalanya saja tanpa memandang wajah pria yang menyapanya.
"Apa kita bisa berkenalan?" ucap pria sambil mengulurkan tangannya. Cahaya yang tidak berniat untuk berkenalan dengan pria itu memutuskan untuk pergi.
"Awas nona..." Pria itu langsung menarik Cahaya yang hampir saja ditabrak mobil.
Saat Cahaya ingin menghindari pria itu, dia tidak mempermasalahkan sekelilingnya. Cahaya tidak menyadari kalau dari sebelah Kirinya ada mobil yang sedang berlaju dengan kecepatan tinggi.
Cahaya yang menyadari dalam pelukan seorang pria langsung mendorong tubuh pria itu.
"Maaf nona saya tidak bermaksud..."
"Tidak apa-apa. Terimakasih..." Cahaya langsung memotong ucapan pria itu. Mendengar ucapan terimakasih dari mulut Cahaya, pria itu tampak sangat bahagia.
"Sama-sama, nona!" ucap Pria itu dengan tersenyum. Setelah merapikan rambut, Cahaya menatap pria itu dengan dingin.
"Kalau begitu saya permisi dulu." ucap Cahaya dengan sedikit menunduk kepalanya sebelum menyetop taksi untuk dia naikin.
Pria itu hanya mengangguk kepalanya dengan tersenyum bahagia. Setelah Cahaya naik taksi, Pria itu langsung melompat bahagia sambil berteriak. Pria itu bertingkah seperti orang yang lagi menang lotre. Orang-orang yang melihatnya tingkahnya hanya geleng-geleng kepala saja. Tapi pria itu tidak memperdulikan tatapan orang padanya.
-
-
Cahaya memutuskan tidak langsung pulang ke rumah Ryan. Cahaya memilih pulang ke tempat kostnya dulu, karena dia masih ingin menenangkan pikirannya tentang kejadian tadi siang. Kalau dia pulang ke rumah Ryan, dia akan teringat bagaimana Ryan membentaknya didepan Naina, gadis yang telah menghinanya.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments