Kini Cahaya berada dalam mobil mertuanya, tuan Rudi dan nyonya Andini mamanya Ryan. Cahaya tampak gugup duduk di samping mamanya Ryan karena Cahaya masih belum percaya dirinya telah menikah dengan pria yang dulu mencintainya.
Tanpa Terasa mereka telah sampai di rumah kediaman keluarga Aditama. Rumah yang sangat besar dan halamannya tampak sangat luas. Ini pertama kalinya Cahaya menginjak kakinya dikediaman keluarga Aditama. Sebenarnya selama lima tahun mengenal Mesya, Mesya selalu mengajaknya ke rumah kediaman keluarga Aditama. Tapi Cahaya selalu menolaknya dengan alasan kalau dia sedang sibuk dengan pekerjaannya. Sebenarnya alasannya adalah dia sangat tidak nyaman kalau bertemu dengan orangtuanya Ryan.
"Ayo, Aya turunlah!" ajak Andini dengan lembut.
Sebenarnya Cahaya sangat bingung dengan sikap Andini, sejak semalam Andini tampak sangat lembut padanya. Padahal dulu Andini sangat kasar padanya. Berbeda dengan Tuan Rudi yang dari awal sangat lembut dan ramah padanya.
"Bi Mumun tolong bawa Aya ke kamar Ryan. Oh, ya Cahaya ini istri kedua Ryan. Mereka baru saja menikah, jadi kalian harus menghormatinya" ucap Andini pada pembantunya. Pembantunya sebenarnya sangat terkejut, tapi dia tahu batasannya jadi hanya bisa mengangguk kepalanya.
"Nak, kalau kamu perlu sesuatu kamu bisa katakan pada bi Mumun. Kalau masalah barang-barang mu, kamu bisa minta tolong pada pak Jaka untuk mengantarkan kamu kesana." ucap Rudi dengan lembut.
"Baik, tuan!" jawab Cahaya dengan menundukkan kepalanya.
"Sayang kamu ini sudah menikah dengan Ryan, itu berarti kami adalah orang tua mu juga. Kamu pastinya tahu kan panggilan yang benar?" ucap Andini dengan tersenyum karena Andini dan Rudi tahu kalau saat ini Cahaya masih gugup.
"Emm....Ia ma, pa" jawab Cahaya dengan gugup.
"Ya, sudah kamu istirahat saja dulu" ucap Andini.
"Mari non bibi antar ke kamarnya tuan Ryan!" ucap bibi Mumun dengan sopan.
-
-
Setelah semuanya pulang, Ryan terus menggemgam tangan Mesya. Mesya mengambil amplop dari balik bantalnya.
"Apa ini sayang?" tanya Ryan saat mengambil amplop surat dari Mesya.
"Ini surat yang ku tulis untuk mu, mas. Tapi kau bisa membacanya setelah aku pergi. Didalam surat itu mas akan tahu kenapa aku bisa memilih Cahaya menjadi istri mu. Aku harap setelah mas membacanya, mas bisa memaafkan ku..." ucap Mesya dengan sendu.
"Sayang...."
"Berjanjilah, mas! Kamu akan memaafkan ku!" ucap Mesya. Ryan hanya langsung mengangguk kepalanya karena tidak ingin membuat istrinya banyak berpikir.
-
-
Tidak terasa sudah seminggu Ryan dan Cahaya menikah. Selama menikah, Ryan tidak pernah datang ke rumah orangtuanya untuk melihat keadaan Cahaya. Kalau dia ingin mengganti bajunya, Ryan pulang kerumahnya, rumah yang selama ini dimana dia dan Mesya tinggal.
Cahaya yang sangat mengerti kalau pernikahannya hanyalah kontrak tidak pernah menuntut pada Ryan untuk menemuinya. Setiap malam, Cahaya selalu menangis dalam tidurnya dan menuliskan tentang isi hatinya di dalam buku diary nya.
"Aya apa tidak sebaiknya kamu kerja di kantor papa saja? Kamu bisa jadi sekretaris Ryan dikantor" ucap Rudi saat mereka sedang sarapan.
"Benar apa kata papa, sayang. Dari pada kamu bekerja di perusahaan milik orang lain" timpal Andini.
"Maaf, pa, ma. Bukankah mas Ryan sudah punya sekretaris pak Bisma?"
"Memang, tapi kamu bisa membantu Bisma disana!" ucap Rudi.
"Tapi, pa..."
"Sudah sayang kamu ikuti apa yang dikatakan papa saja. Kamu tenang saja papa pasti yang akan mengurusnya semula. Kamu hanya perlu mengurus surat pengunduran diri mu saja ke perusahaan tempat kamu bekerja!" ucap Andini dengan lembut.
Cahaya hanya bisa diam saja, dia tidak tahu bagaimana caranya untuk menolak permintaan kedua mertuanya.
-
-
Kini Ryan tengah sibuk dengan pekerjaannya, Ryan harus memimpin rapat penting di perusahaannya. Didalam rapat Ryan selalu memperhatikan jam tangannya. Entah kenapa saat ini perasaannya tidak tenang, pikirannya selalu ke Mesya.
Bisma yang baru saja masuk dan langsung membisikkan sesuatu pada Ryan. Ryan langsung bangkit berdiri dan meninggalkan rapatnya tanpa bicara.
"Maaf untuk saat ini rapatnya kita tunda. Karena istrinya pak Ryan tengah kritis." ucap Bisma, setelah itu Bisma langsung menunduk kepalanya sebelum dia meninggalkan ruangan rapat itu.
Sesampainya di rumah sakit Ryan melihat kedua mertuanya dan adik iparnya yang bernama Naina di depan ruangan istrinya sambil menangis.
Ryan langsung berlutut di hadapan kedua mertuanya dengan menundukkan kepalanya. Ryan meminta maaf pada kedua mertuanya karena merasa gagal menjaga istrinya.
"Sudah lah, nak. Ini semuanya kehendak dari yang di atas!" ucap pak Bimo mertuanya Ryan.
Saat pintu ruangan Mesya terbuka, mereka semua langsung berhamburan menghampiri dokter.
"Maaf tuan kami sudah berusaha" ucap sang dokter.
Mendengar itu Ryan langsung berlari masuk kedalam dan melihat wajah istrinya sudah tampak sangat pucat. Suster yang ada disana sudah melepaskan alat-alat medis yang selama ini membantu istrinya untuk bertahan.
Setiap kelahiran pasti ada kematian dan setiap pertemuan pasti ada perpisahan. Kematian bukanlah bencana terbesar dalam hidup ini. Bencana terbesar dalam hidup adalah ketika ketakutan kita kepada Allah sudah mati saat kita masih hidup. Setiap jiwa pasti akan merasakan yang namanya kematian.
Ryan memeluk tubuh istrinya yang sudah terbujur kaku, sedangkan mertuanya perempuan menangis dalam pelukan papa mertuanya. Naina juga menangis sambil memeluk kaki kakaknya.
-
-
Setelah pemakaman Mesya, kini semuanya tengah berkumpul di kediaman Keluarga Aditama.
Naina sangat bingung tentang keberadaan Cahaya di kediaman keluarga Aditama. Apalagi semua pembantu yang ada dirumah mertua kakaknya, mereka tampak hormat pada Cahaya. sebenarnya bukan hanya Naina saja yang penasaran tentang Cahaya. Kedua orangtuanya Mesya juga ikut penasaran.
"Aya kemari sayang..." Andini memanggil Cahaya dengan lembut.
"Aya perkenalkan mereka adalah orangtuanya Mesya." ucap Andini, dengan sopan Cahaya mencium tangan kedua orangtuanya Mesya.
"An, ini siapa?" tanya mamanya Mesya yang bernama Kaira.
"Aya tolong bantu mama untuk memperhatikan makanannya sudah siap apa belum!" Cahaya hanya mengangguk kepalanya, Cahaya juga meminta ijin pada tamu mertuanya untuk ke belakang.
Setelah Cahaya pergi, Andini dan Rudi memberitahu semuanya pada besannya itu. Betapa terkejutnya Kedua orangtuanya Mesya mendengar kalau putri mereka memaksakan suaminya untuk menikah lagi. Naina yang mendengarnya sangat tidak terima gadis yang tidak tahu asal-usulnya menikah dengan pria yang sangat tampan dan kaya. Sebenarnya Naina sangat menyukai kakak iparnya, tapi dia sadar diri kalau Ryan tidak akan mungkin mencintainya. Karena Ryan sangat mencintai kakaknya. Maka karena itu Naina berusaha untuk menghilangkan rasa cintanya pada Ryan. Tapi ketika kakaknya meninggal, Naina berniat untuk membuat Ryan mencintainya.
Diam-diam Naina pergi ke dapur, saat melihat bagaimana Cahaya ketawa bersama para pembantu yang di dapur membuat Naina semakin tidak menyukai Cahaya.
"CK... Aku tidak menyangka kalau kakak ku akan menikahkan suaminya dengan wanita yang tidak tahu asal-usulnya" ledek Naina.
Mendengar ucapan Naina, Cahaya memilih tidak menanggapinya. Karena Cahaya sudah terbiasa mendengar sindiran seperti yang diucapkan Naina. Para pembantu yang mendengar itu sangat tidak menyukai kehadiran Naina di sana. Naina tidak terima kalau cowok yang diincarnya dari dulu menikah dengan Wanita yang tidak jelas. Naina bertekad untuk kali ini dia tidak akan mengalah pada Cahaya, dia ingin Ryan menjadi miliknya.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments