persiapan pentas

Seperti biasa aku selalu menghabiskan senja sore di rumah sahabatku ini. Bagiku rumah mereka adalah rumah kedua ku,jangan ditanya seberapa akrab aku dengan orang tua mereka ya? sangat akrab deh pokoknya.

" Risma,,,udah makan belum lu? " Tanya mamake ( ibu dari Sari) seraya melahap sepiring nasi,balado jengkol dan teri asin

" Udah mak,emang masak apa? " aku balik nanya. Penasaran dengan hidangan yang beliau tawarkan aku pun mengintip keatas meja makan. Aku menelan ludah,melihat hidangan yang mamake sajikan.

" Banyak ini ada jengkol sama ikan teri." Jawab mamake secara tertawa terbahak-bahak padahal beliau tau kalau aku itu tidak suka jengkol dan kawan-kawan nya.

" Giliran jengkol aja nawarin." Aku membalas seraya melemparkan pandanganku kepada Sari yang ketawa cekikikan di sudut ruangan.

" Girang banget,,,,girang,,," Ucap ku dengan nada acuh tak acuh. Entah mengapa mereka senang sekali menggodaku,padahal mereka tau aku tidak suka jengkol! Bukan karena bau nya tapi aku pusing setiap kali mencoba untuk memakan makanan surgawi tersebut.

" Marah mulu ah,,,,beneran noh ada ayam goreng sepotong lagi makan gih." Ucap mamake lagi sambil melahap jengkol yang ada di dalam piring makannya.

" Udah kenyang mak,,,,makasih ya? " Ucap ku

" Emang ibu masak apa? " Tanya mamake ingin tau

" Telor balado." Jawabku singkat

" Telur mulu,ntar bisulan lu?" Ucap Sari yang datang menghampiriku

" Kaga,,,,,aman dah itu mah." Jawab ku sejadinya.

Aku dan orang tua Sari memang sangat akrab mereka selalu menganggap aku ini anak baik dan penurut! Padahal dibalik semua itu aku punya sisi buruk yang mereka tidak tau. Aku dan Sari meninggal kan mamake menuju lapangan bulu tangkis. Seperti yang sudah-sudah setiap bulan Agustus selalu ada kegiatan panggung gembira. Semua berantusias menyambut acara yang akan berlangsung minggu depan

" Lu nari nggak? " Tanya Sari

" Nggak ah,lu aj bertiga (Sari,Yanti,Evi)."

" Emang kenapa sih,lu ngga.pernah mau ikut kalau diajak nari? " Sahut Yanti datang menghampiri

" Nggak pede ah. " Aku berucap sejadinya sambil melenggang pergi meninggalkan mereka. Aku memang tidak suka tampil di hadapan umum,aku lebih suka berada di balik layar saja. Pada akhirnya aku sendiri yang duduk di tepi lapangan menyaksikan semua teman-teman ku latihan menari. Aku mengamati setiap gerakan mereka,bagiku gerakan sudah cukup menarik,kompak dan energik.

" Ayo ikutan nari? " Teriak Evi

Aku menggeleng seraya melemparkan senyum tidak setuju.

" Udah jangan dipaksa." Sahut Yanti meneruskan gerakan tari sesuai dengan irama musik.

Kenyamanan ku terusik ketika aku melihat sekelompok anak laki-laki datang mendekat dan aku mengenali mereka. Aku bangkit dari tempatku duduk untuk menghindari percakapan dengan mereka namun,langkahku terhenti ketika salah satu diantara mereka menghalangi jalanku.

" Mau kemana? Kita cuma numpang lewat doang kok? " Ternyata Deni lebih dahulu melihat pergerakkan ku.

" Bukan urusan lu." Jawabku sejadinya masih berusaha untuk menghindar tapi,dia terus saja menghalangi jalanku! Hingga akhirnya aku mendorong tubuhnya hingga membuatnya menyingkir dengan cara terpaksa.

" Wah,parah nih cewe." Ucap yang lain sementara Deni menatapku tanpa kata. Dia bangkit dan menghampiri ku

" Bisa nggak lu sedikit bersikap manis? " Tanya Deni dengan nada datar.

" Nggak bisa,dan nggak akan pernah bisa!" Nada bicara ku mulai meninggi membuat ke tiga sahabatku datang mendekat. Mereka sangat paham karakter sikap ku yang bisa saja meledak tanpa melihat situasi dan kondisi yang ada.

" Sabar,,,kenapa sih? " Tanya Sari yang mulai melerai perselisihan diantara kami berdua

" Gue dan yang lain cuma lewat aja kok," Tutur Deni membela diri.

" Tapi gue nggak suka lu halangi jalan gue? " Dengan nada penuh amarah

" Iya udah,gue minta maaf." Deni mengulurkan tangannya sedangkan aku enggan untuk mengulurkan tanganku. Aku masih bersikap cuek hingga Evi mengulurkan tangannya menjabat tangan Deni menggantikan tanganku yang masih enggan untuk berjabat.

" Iya udah sori,,,kita lanjutkan aja latihannya ya?" Ucap Yanti

Aku masih bisa melihat Deni sesekali menatap wajahku. Aku tak pernah bisa mengerti,entah mengapa aku tak pernah bisa bersikap baik kepadanya. Apa kesalahan nya yang membuat aku begitu membencinya pun aku tak tau? Maaf mungkin hanya itu yang bisa aku ucapkan dalam hati.

Deni POV

Seandainya saja dia tau aku mengaguminya,dan seandainya saja ia tau aku ingin lebih dekat dengannya. Aku merasa selalu saja menjadi makhluk yang paling buruk setiap kali berada didekatnya! padahal aku cuma ingin berbincang saja dengannya. Eh,,,dia malah mendorongku! Sakit di luar dan sakit juga di dalam guys😌Hem,,,semoga saja pada akhirnya Risma bisa memahami apa yang aku rasakan.

" Kenapa lu? Sakit ya?" ejek Zaki seraya melirik kearah ku dengan tatapan penuh canda. Ya,aku tau dia sedang mengejekku karena kejadian yang baru saja aku alami.

" Nggak,biasa aja! Udah tau sakit pake segala nanya? Huh keterlaluan kalian ini." Cetus ku

" Udah tau di Risma galak,masih aja lu deketin." Kali ini Ridwan pun tak mau kalah mengomentari aku.

" Susah wan,kalau urusan hati mah." Ucap Zaki

" Itu lu tau." Jawabku di barengi tawa riang kami semua.

Menghadapi cewe yang galak dan jutek itu memang sesuatu yang menantang kan ya? dan aku berjanji suatu saat nanti aku pasti bisa dekat dengannya.

Wew,,,sepertinya seru guys,,,jangan hanya di baca aja ya,,,kasih dukungan dan kasih aku semangat ya??? 😁 love-love sekebon😘

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!