Simbokku kemudian menceritakan rahasia hidup Mama dan diriku.
"Dulu, Aku menikah dengan bapakmu yang duda. Aku masih gadis, entah kenapa Aku mau menikah dengan bapakmu, karena aku kasian, bapakmu disia - siakan oleh istri pertamanya. Aku kemudian menikah dengan bapakmu, tapi dari pernikahan kami tidak berjalan mulus. Anak yang aku lahirkan selalu meninggal sebelum lahir. Kejadian itu terus berulang hingga 6 kali".
Flashback ke th 1940an.
"Pak, iki ngopo yo, kok anakmu mesti keguguran terus, wes ping 6 iki (Pak, ini kenapa ya, kok anakku keguguran terus, sudah 6 kali ini). Apa dosanya kita, ya Pak?" Tanya Simbok kepada Mbah Kakungku.
Mbah Kakungku bernama Harjo Driyo, seorang yang terkenal sangat sakti di wilayahku. Sambil melihat Simbok, Mbah Kakung kemudian memejamkan mata dan berkata "Kem, (nama pendek dari Simbokku yang memiliki nama lengkap Sanikem) kita harus semedi dan memohon kepada Sang Akaryo Jagad untuk kelangsungan keturunan kita".
"Opo, ono syarate? (Apa ada syaratnya?)." tanya Simbokku.
"Awake dewe kudu poso 40 dino (kita harus puasa selama 40 hari). Kamu puasa mutih dan Aku akan puasa laku. Apa kamu sanggup?" kata Kakungku.
Tanpa pikir panjang, Simbok menjawab "Sanggup, Pak, demi keturunan kita".
Puasa mutih dan niti laku pun dilakukan oleh Kakung dan Simbokku. Kakung sering ke gunung merapi dan Parangtritis dengan jalan kaki. Hingga suatu ketika Kakungku kungkum (berendam dalam air) di tempuran Kali Opak (sungai yang letaknya disamping Candi Prambanan).
Dalam tapa itu, Kakungku bertemu dengan seorang Kakek berjubah putih dan berkata "Kau hanya akan memiliki 1 anak wanita, tapi anakmu ini nanti terpilih untuk melahirkan hanya seorang wanita yang akan menjadi ratu di rumah dan akan bisa mempengaruhi negri ini. Cucu wanitamu nantinya akan berpasangan dengan seorang lelaki yang merupakan keturunan dari Wangsa Syailendra. Akan tetapi anak dan cucumu akan mengalami suatu ujian yang berat." Kakek jubah putih itu kemudian menghilang.
-----
Beberapa bulan kemudian, terlihat Simbokku mengandung. Betapa gembiranya Simbok dan Kakung karna sebentar lagi akan memiliki anak yang selama ini dinantikan. Waktu berjalan tak terasa Simbokku melahirkan seorang bayi perempuan, ya bayi itu adalah Mamaku. Bayi itu diberinama Sri Slamet. Harapannya agar senantiasa selamat sampe kapanpun.
Kelahiran mama ku membuat kebahagian terpancar dari keluarga kecil Kakung dan simbok.
"Pak, astungkare kita diberikan kesempatan untuk mempunyai seorang anak wanita." kata Simbok
"Iya mbok, ini semua anugrah dari Tuhan. Kita harus menjalani ritual yang berat untuk mendapatkan Sri." timpal Kakung.
Mama kecil tumbuh dengan baik dan sehat. Tiap pagi mama membantu Simbok jualan keliling.
"Mbok, ayo kita jualan keliling cari uang yang banyak untuk beli perhiasan." kata mama.
"Yo berangkat, kamu bawa kerupuk dan sayur ya." kata Simbok.
--
Mamaku menjalani kehidupan secara normal seperti anak - anak desa lainnya. Hingga kira-kira berumur 8th saat SD kelas 2, mamaku diserang penyakit aneh. Penyakit yang membuat seluruh kepala mamaku penuh dengan borok. Keadaan itu, membuat mamaku harus keluar dari sekolah. Simbok merawat mama dengan telaten. Akhirnya, mamaku meninggal dunia.
Simbok dan Kakung sangat sedih karna harus kehilangan anak semata wayangnya. Tetangga kami mulai berdatangan dan menghibur Simbokku. Simbokku sering jatuh bangun dalam pingsannya dan masih tidak terima jika Mamaku harus meninggal.
"Pak, pie iki?
wes pirang pirang tahun lehku nunggu pengin ndue anak, ee saiki la kok wes dpundut kersaning Widhi" (Pak, gimana ini, sudah berpuluh-puluh tahun, aku menunggu kehadiran anak, kok sekarang sudah diambil lagi sama Hyang Widhi)." suara simbokku yang dengan diiringi suara tangisan
Kakung kemudian menuju kamar sucinya dan bersemedi. Dalam semedinya Kakung ditemui oleh sosok pangeran dari Abad ke 9.
"Harjo Driyo anakmu akan kembali hidup, tapi dia hanya akan memiliki seorang anak wanita. Jika nanti anakmu hamil lebih dari sekali. Maka bayi selain anak pertama akan meninggal." kata sang pangeran
"Terimakasih pangeran, lalu kapankah anakku akan kembali bangun?" tanya kakung
"Sekarang keluarlah kamu dari kamar sucimu ini. Berikan ketisan air suci ini. Tak berapa lama anakmu akan sadar dan bangun dari kematiannya." kata pangeran
---
Kakak sepupu mama, bernama Pakde Somo Tyoso yang seorang Ulu-ulu desa bersama warga pun kemudian memandikan jenazah Mamaku. Mama kemudian diletakan di atas meja dan ditutupin dengan kain jarik. Simbok ndak kuat melihat anaknya menjadi mayat.
Mbok Temu dan keluarga besar kami pun ikut menangis. Mereka tahu bagaimana susahnya Kakung dan simbok untuk mempunyai seorang anak. Niti laku dan menjalani serangkaian ritual untuk mendapatkan anak tidaklah mudah.
"Sri bangun Sri, kasian Simbok dan bapak kalau harus kehilangan dirimu." kata Pakdhe Ulu
"Sri bangun Sri, jangan pergi ke alam surga dulu. Kasian Simbok dan bapak." kata Budhe Ulu sambil terisak.
Semua warga yang datang ikut menangis dan merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Kakung dan simbok.
Tak berapa lama, rombongan warga yang ingin mendoakan dan sembahyang untuk layu - layu berdatangan. Pandita menyiapkan ritual untuk kematian. Bunga, dupa, kemenyan, dan sesajen lainnya telah siap di atas meja. Lilin pun dinyalakan tanpa boleh mati.
Para wanita dan remaja duduk di halaman rumah dengan mengelar tikar. Mereka menyiapkan rangkaian bunga untuk di sampirkan di peti mati.
Simbok kemudian keluar dari kamarnya dan langsung masuk menuju meja tempat disemayamkan jenazah mama.
"Sri bangun Sri, jangan pergi. Jangan tinggalkan aku dan bapakmu. Kamu itu satu - satunya keturunanku. Kalau kalau meninggal, maka keturunanku akan habis dan aku tidak akan meninggalkan cerita di kehidupan selanjutnya. Bangun Sri kasihani aku." kata Simbok sambil menangis di hadapan mayat mama.
Budhe Ulu dan Mbok Temu datang menghibur Simbok.
"Sudah Mbok, kasian Sri kalau Simbok terus nanggis. Nanti Sri tidak tenang di alam sana." kata Budhe Ulu
"Tapi Sri ini menyambung hidup dan keturunanku, Lu." kata Simbok.
Tak berapa lama Kakung keluar dari kamar sucinya sambil membawa air dalam kendi pemberian sang pangeran. Kakung kemudian memercikan air ke mayat mama ku.
"Kok dipercikin, Pak?" tanya Simbok
"Iya, semoga Sri bangun kembali." kata Kakung.
Simbokku pun berujar atau berjanji yang disaksikan oleh warga desaku.
"Aku berjanji, jika anakku Sri Slamet nanti bangun dari tidurnya. Aku akan menggelar pertunjukan wayang kulit semalam suntuk. Uang untuk membayar dalang aku akan dapatkan dengan cara mengemis." kata Simbok
warga Desa Tambakan menjadi saksi akan janji dari Simbok.
"Mbok, apa kamu yakin mau menggelar wayang kulit?" tanya pakdhe ulu.
"Iyo, Lu ... Aku berjanji, aku akan mengemis kepada semua orang di desa ini." kata Simbok
*
Episode ini cukup dulu ya.
Terimakasih sudah mampir.
With love
Citralekha
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments
Kristi Yani
iyyyyyaaaa ampyunnnn kenapa nazarnya aneh banget masak mau ngemis buat nyewa pertunjukan wayang kulit semalam suntuk????
2022-09-25
1
mamah shafa
mantap bagus ceritanya, baca di beranda lupa ngga di favorit, di cari cari ngga ketemu, sampai akhirnya ketemu di cari di genre istana. aku suka karyamu Thor lanjut.
2022-04-11
1
Sagara Banyu
mulai bikin kepo nih 😀
2022-01-31
1