*Sebelum membaca yuk like, vote, dan comment*
Happy reading
"Tugasmu kui nglahirke putuku. putu tunggalku (tugasmu itu melahirkan cucuku, cucu tunggalku). Kamu hanya akan mempunyai 1 anak. Kalau kamu punya anak lebih dari 1, maka yang lainnya akan kembali lagi ke alamnya" ata Simbokku
Simbok juga membeberkan kisah kenapa mamaku menjadi wanita yang saat ini sedikit sengsara. Harus melahirkan tanpa didampingi suami dan harus merawat Aku seorang diri. Hal itu dikarenakan bapakku pergi meninggalkan kami disaat mamaku hamil aku.
"Sri, Toyo (nama bapak kandungku) pergi ninggalin kamu. Itu karena garis hidupmu harus penuh dengan cobaan, agar anak turunmu nanti bahagia. Anakmu juga harus diuji ketangguhan hidupnya, karena beban yang akan diemban dia nantinya berat, Nduk. Anakmu nanti akan dikenal oleh orang-orang di negri ini. Anakmu nanti akan mudah bergaul sama pejabat negri ini".
Kata Simbokku yang menceritakan tentang kisahku nantinya.
Mamaku tak terasa sudah meneteskan air mata jika dia mengingat tentang suaminya itu. Jujur saja sejak aku dilahirkan sampe sekarang ini, belum pernah melihat wajah dan sentuhan kasih sayang dari seorang bapak.
"Mbok, yen pancene garis uripku kudu sengsoro, dinggo anak dan turunku, ak ikhlas, Mbok. (Mbok, jika memang garis kehidupanku harus sengsara, buat anak dan keturunaku nanyinya, aku ikhlas, Mbok".
Simbok pun kemudian memeluk Mamaku dan berkata "Sri, jika nanti aku nggak bisa terus mendampingi kamu dan Nara, tulung jaganen Nara, tulung ajak lah anakmu itu untuk selalu mengunjungi Candi Roro Jongrang, dia akan nyaman dan tenang di sana".
Mamaku masih bingung dengan ucapan Simbok.
"Hla, ngopo Mbok?" (hla, kenapa Mbok?).
Mamaku masih bertanya-tanya kenapa Aku harus selalu didekatkan dengan Candi Prambanan.
"Nduk, ya memang jiwa nya dia berasal dari sana, sekuat apapun kamu nanti melarang dia ke sana. Tapi garis hidupnya memang akan selalu berdekatan dengan Candi Prambanan, bahkan candi-candi lainnya. Bapakmu ketika niti laku wes entuk petunjuk, jika keluarga kita nanti akan ada yang menjadi ratu di rumah kita". Kata Simbokku menjelaskan ke Mama.
"Tapi, dia masih kecil, Mbok. Aku tidak tega melihat dia diejek teman-temannya karena ndak punya bapak". Tangisan mamaku semakin sesenggukan ketika mengingat kalau teman-temanku bertanya dimana bapakku.
"Ya, itu yang harus dia lalui, Sri. Sejak kecil dia harus sudah diuji mentalnya, biar ketika dia dewasa nanti dia bisa mengjadapi masalah yang lebih besar lagi".
Simbokku kembali menjelaskan panjang lebar tentang perjalanan hidupku nantinya. Mamaku memang cukup menderita ketika harus mengalami pengalaman pahit ditinggal pergi suaminya untuk hal yang tidak jelas.
Mamaku ditinggal bapakku pergi dan bahkan Mama tidak tahu, dimana keberadaan bapakku sekarang. Mama menjadi single parent untukku, menjadi Mama sekaligus Bapak buatku. Tiba-tiba Mamaku berkata
"Mbok, apa Nara nggak akan pernah bertemu dan dapat kasih sayang dari ayah kandungnya ya, Mbok?".
"Aku tidak tau, Sri. Tapi meskipun begitu teruslah menjadi pelindung buat dia. Dia tidak akan terpengaruh dengan itu, aku yakin, dia anak yang sudah dibekali dengan kekuatan jiwa yang matang. Dia akan mampu menyelesaikan segala permasalahan". Kata Simbokku.
"Berjanjilah, Sri untuk terus menjaganya, kamu itu berat nantinya dalam menjaga dia, karena dia mempunyai watak pemberontak, nggeyel, dan susah diatur. Kamu harus pinter mendidiknya". Simbokku juga memperingatkan tentang watakku.
"Mbok, ini sudah larut malam banget, ayo istorahat Mbok, nanyi pagi biar nggak kesiangan kita bangun. Aku mengko kan harus ke pasar buat kulakan". Tutur Mamaku untuk menyudahi percakapan tentang rahasia hidup Mama dan diriku.
Mamaku memang seorang pedagang kecil keliling. Kegiatan berdagang memang menjadi mata pencaharian utama mamaku sejak Simbokku muda.
---
Beberapa hari kemudian, banyak lelaki di desaku yang ingin meminang mama ku. Salah satunya Pak Wiji.
"Sri, kamu kan sudah lama janda dan sebentar lagi anakmu akan sekolah butuh biaya yang besar. Apa kamu nggak mau menikah lagi untuk membantu kehidupannya?" tanya Pak Wiji
"Tidak, mas. Aku masih sanggup membiayai kehidupan Nara dan Simbok. Lagian aku masih akan menunggu suamiku, Kastoyo. Dia pasti akan kembali." kata mama.
"Ya kalau kembali, kalau tidak bagaimana?" tanya Pak Wiji
"Aku akan terus menunggu sampai dia kembali, mas." kata mama bersikekeh.
Akhirnya Pak Wiji menyerah dan membiarkan mama mengurus aku dan simbok.
Simbok sudah semakin tua, sehingga dia sudah tidak berjualan keliling lagi. Simbok istirahat di rumah sambil menjagaku.
"Sri, Kastoyoitu sudah 6 tahun tidak pulang. Juga tidak ada kabar apapun dari dia. Apakah dia sudah meninggal atau masih hidup." kata Simbok
"Menurut bapak ibu mertua, kalau Mas Kastoyo masih hidup. Dia sekarang tinggal di Padang dan sudah menikah lagi." kata Mama sambil menangis.
"Aku sudah mempunyai firasat tidak enak ketika kamu menikah dengannya dulu." kata Simbok.
"Tapi Ya sudah mbok ini sudah menjadi jalan karma yang harus aku lalui." kata mama.
Status mama menjadi tidak jelas. Antara janda atau bukan menjadi ngambang. Soalnya ketika bapakku pergi, mereka tidak bercerai. Mereka masih baik - baik saja.
"Sri, jika suatu saat nanti ada lelaki yang mau melamarmu lagi apakah kamu mau?" tanya Simbok.
"Simbok ngomong apa, aku sudah cukup punya Simbok dan nara. Jadi kita akan hidup bahagia ber tiga.
...
Aku memang belum pernah mendapat kasih sayang dari seorang ayah. Tapi kehadiran anak lelaki Mbok Temu yang bernama Mas Antong membuatku bahagia. Aku seperti mendapatkan sosok dan figur seorang ayah di dalam dirinya.
Aku sudah menganggap Mas Antong sebagai ayah dan kakakku. Dia bisa menjadi contoh untukku. Dia juga sayang padaku. Setiap hari aku diajak jalan - jalan, naik sepeda, dan aku paling suka jika Mas Antong memgendongku di lehernya.
"Nara bahagia banget ya Mbok setiap hari sama Antong." kata mama.
"Iya, karena dia sebenarnya rindu akan sosok ayah." kata Simbok
"Tapi cepat atau lambat, kamu harus menjelaskan ke Nara tentang siapa ayahnya dia. Apa kamu tidak memiliki rencana untuk mengajak Nara ke Gunung Kidul? ke rumah neneknya?" tanya Simbok
"Iya Mbok, aku memang memiliki rencana untuk mengajaknya ke Gunung Kidul. Tapi nanti kalau aku pergi, Simbok dirumah sendiri." kata Mama.
"Aku tidak apa - apa, lagian apa kamu mau menginap di sana? di rumah masih ada Temu dan Ulu - ulu." kata Simbok.
Mama kemudian merencanakan untuk pergi ke Gunung Kidul. Pergi kerumah nenek dan kakekku dari ayahku. Malam itu mama bilang padaku akan mengajakku ke rumah nenek.
"Ra, besok minggu kita ke Gunung Kidul, kerumah nenek dan kakek, ya." ajak mama
"Mas Antong ikut kan ma?" tanyaku
"Mas Antong sekolah, dia tidak ikut." kata mama
"Tapi kan minggu, dia nggak sekolah." kataku
"Tapi dia punya PR banyak." kata mamaku
Aku pun mengerti kalau Mas Antong beberapa hari ini dia sibuk dengan PR nya. Malam pun tiba, aku tidur lebih awal. Ada rasa bahagia ketika aku akan mengunjungi kakek dan nenekku. Malam yang indah karena aku sudah tidak sabar menunggu hari esok tiba.
**Episode kali ini cukup ya, terimakasih atas waktunya
With love
Citraleka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 265 Episodes
Comments
mamah shafa
aku ngga komen dulu, masih menikmati sajian ceritanya.
2022-04-11
1
veronica Mayanti park
ceritanya bagus thor ini pengalaman asli atau hanya fantasi saja sih thor?
2021-04-07
1
Kania Shuwail
thor...cerita nya seperti dejavu buat ty 🙏
2020-06-19
3