Makan malam kali ini Tio mengajak istrinya makan bersama berdua,"Besok malam, ada undangan pernikahan dari teman bisnis ku!"
"Kamu ngajak aku?"
"Ya iyalah, sama kamu memangnya istri ku ada yang lain,"jawab Tio kesal.
"Oh,"jawab Sarah polos."Tapi aku gak punya gaun ?"lanjutnya.
"Besok siang orang butik dan penata rias akan datang,aku harap kamu dandan yang cantik jangan buat aku malu!"ujar Tio mengelap bibirnya dengan tisu.
Esoknya disiang hari pegawai butik dan penata rias datang membawa beberapa gaun yang akan digunakan oleh Sarah.
"Siang Nona,kami diperintahkan tuan untuk merias anda !"ucap salah satu pegawai butik tersenyum
"Oh iya ,saya sudah tau,"jawab Sarah ramah.
Hari itu Sarah dirias sangat cantik seperti dandanan ia sebelum menikah,ia tampil seperti saat masih gadis kaya walau dia sekarang menikah dengan pria kaya raya tapi hidupnya seperti upik abu.
Sore harinya Tio pulang dari kantor ia berpapasan dengan salah satu pegawai,"Apa kalian sudah meriasnya ?"
"Sudah, Tuan!"jawabnya dengan kepala menunduk.
"Kalian harus dandan ia dengan cantik!"
"Baik ,Tuan!"
Tio berlalu kekamarnya, membersihkan diri untuk bersiap menghadiri pesta pernikahan teman bisnisnya.
Tio menunggu Sarah di bawah tangga dan para pegawai butik serta penata rias sudah pulang."Sarah!"
teriaknya.
"Iya..!"Sarah menuruni anak tangga secara perlahan takut jatuh karena ia memakai gaun panjang berwarna coklat muda berlengan panjang dengan anting berlian. Rambut bawahnya dibuat bergelombang.
"Lama seka.."Tio membalikkan badannya."Cantik!gumamnya.
"Kamu bilang apa?"
"Tidak ada!"jawab Tio ketus.
Mereka pun menuju ke tempat undangan. Sesampainya semua mata memandang seseorang disebelah Tio karena berita pernikahannya sudah tersebar tapi resepsi tidak kunjung dilaksanakan.
"Kamu tunggu disini sebentar!"
Sarah menganggukan kepalanya.
"Lihatlah,itukan Sarah yang selalu menjadi idola dikampus kita!"ucap Rina yang sedari tadi sudah melihat kedatangan mereka.
"Iya,yuk kita samperin!"ujar Sinta wanita berambut pendek.
"Kamu Sarah, putri dari pemilik Setya grup?"tanya Rina
"Iya benar,ada apa ya?"Sarah mulai menatap tidak senang.
"Kabar yang beredar kamu sudah menikah karena perusahaan ayahmu akan bangkrut."ucap Rina dengan nada menyindir.
"Suami dia cucu pemilik Jaya grup,"tambah Sinta.
"Pantes saja,siapa sih gak mau orang kaya raya."ucap Rina yang mulai menyudutkannya
"Si..siapa yang berkata begitu?"Sarah mulai bingung mau menjawabnya.
"Kabar itu semakin luas,idola kampus wanita yang paling banyak disukai para lelaki ternyata menikah karena terpaksa!"Sinta berkata dengan senyum mengejek.
Mata Sarah mulai berkaca-kaca karena ucapan dua wanita dihadapannya tanpa mereka sadari Tio memperhatikannya, melihat wajah Sarah bingung dan sedih ia mendekati istrinya.
"Sayang!" ia memeluk pinggang istrinya."Mereka ini siapa?"
"Mereka teman kampusku dulu,"jawab Sarah.
"Oh begitu,kamu tidak pantas bergaul dengan mereka!"ucap Tio menyindir dan mengajak istrinya pergi.
Rina sudah mulai tersulut emosi tapi ditahan Sinta,"Kamu jangan cari masalah dengan dia,kamu mau perusahaan ayahmu juga hancur dibuatnya!"ucapnya berbisik.
Sarah hanya bisa terdiam karena kata kata diucapkan teman kampusnya itu menyakiti hatinya hingga lamunannya buyar karena sapaan salah satu teman bisnis suaminya,"Ini istri anda, Tuan Tio?"
"Iya Tuan Prama,maaf saya tidak mengundang anda diacara pernikahan kami ."
"Tidak apa-apa, tidak jadi masalah mungkin ada sebab dan lainnya hingga kalian tidak mengadakan resepsi."
Tio dan Sarah hanya tersenyum, ditengah tengah obrolan mereka Sarah izin mengambil minuman.
Seseorang mengejutkan Sarah yang baru saja mengangkat gelas.
"Sarah?"
"Devan?"
"Iya aku Devan,kamu apa kabar?"sapa dengan antusias.
"Baik baik saja,kamu?"
"Sama,aku baik baik saja.Kamu sendirian disini dengan siapa?"
"Hmm...suamiku,"Sarah berusaha tersenyum mengatasi kegugupannya bertemu dengan mantan kekasihnya waktu sekolah.
"Kamu sudah menikah?"
"Hmm..iya , ngapain juga lama pacaran tapi ujungnya tidak jadi menikah,"Sarah tersenyum sinis ia sengaja begitu, selama berpacaran dengan Devan ia tidak menemui keseriusan didalam diri mantan kekasihnya.
"Apa benar kamu menikah karena terpaksa?"tanya Devan yang penasaran.
"Haha..ya gak lah,mana mungkin aku menikah karena terpaksa kami saling mencintai ,"Sarah berusaha tersenyum .
"Aku kesana ya, udah ditunggui suami!"menunjuk Tio yang sedang mengobrol dengan rekan bisnisnya
"Tunggu Sarah!"Devan memegang lengan Sarah.
Sarah melihat tangan Devan yang memegang lengannya,Devan lantas melepas genggamannya.
"Aku masih mencintaimu!"bisik Devan.
"Sudah terlambat!"Sarah menekankan kata katanya.
Acara telah usai Tio dan Sarah kembali pulang."Kamu kelihatan bahagia sekali ?"ucap Tio menyetir mobilnya.
"Iya karena tadi aku bertemu dengan papa!"karena tadi diacara pesta Sarah bertemu dengan papanya yang juga kebetulan menjadi tamu undangan.
"Oh ya, bukan karena mantan?"
"Maksud kamu apa?"Sarah menoleh menatap wajah suaminya.
"Tadi aku lihat kamu asyik mengobrol dengan pria itu!"
"Kami hanya sekedar mengobrol tidak lebih,"jelas Sarah.
"Jika lebih kamu akan tau akibatnya!"Tio menegaskan ucapannya.
Sarah yang mendengarnya bersikap masa bodo.
"Mulai besok kamu,aku izinkan keluar rumah dengan syarat seluruh pekerjaan rumah harus beres,"ucap Tio didepan pintu kamarnya.
"Benarkah?"Sarah begitu antusias mendengar ucapan suaminya.
"Iya tapi hanya boleh dua jam saja,jika lebih kamu aku hukum!"
"Terima kasih,"Sarah tanpa sadar memeluk Tio sangking bahagianya diizinkan keluar rumah dua bulan ini ia berada dalam penjara berwujud rumah mewah.
Tio yang terkejut berdehem lalu berucap,"Aku lagi menyetir !"
"Maafkan aku,"ucap Sarah yang malu karena memeluk Tio.
Pagi harinya Sarah begitu ceria karena ia sudah mengantongi izin dari sang suami keluar rumah walau tidak bisa lama itu tidak masalah yang penting dia begitu bahagia sekali.
"Ceria banget !"ucap Tio yang menggeser kursi.
Sarah hanya tersenyum, menyodorkan segelas susu dan roti panggang di hadapan suaminya.
Tio sudah pergi bekerja waktunya ia berberes rumah rencananya hari ini ia akan kekantor papanya.
Tapi ia ingin berangkat tiba-tiba teringat kalau uang yang dimilikinya tidak cukup,"Bagaimana aku kekantor papa,ini sih uang cukup untuk pergi saja ?"gumamnya.
Akhirnya ia berangkat juga ke kantor papa,"Aku bisa minta papa untuk ongkos pulang,"batinnya.
Sesampainya dikantor, papanya lagi keluar kota itu di dapat dari sekretarisnya Wisnu.
"Papa kapan pergi keluar kota?"tanya Sarah yang kecewa.
"Tuan pergi keluar kota tadi pagi dengan adik laki-lakinya Tuan Fajar ,"jelas Wisnu yang sudah lima tahun menjadi sekretarisnya papanya karena ia anak sahabat papanya. Usia Wisnu dan Sarah terpaut lima tahun, Wisnu tiga puluh tahun dan Sarah dua puluh lima tahun.
"Kapan papa pulang?"
"Kemungkinan besok sore Nona,apa ada pesan yang harus saya sampaikan?"
"Tidak ada!"Sarah kembali duduk disofa depan ruangan kerja ayahnya dan Wisnu juga kembali mengerjakan pekerjaan kantornya.
Wisnu melihat Sarah begitu gelisah dari tadi duduk berdiri mondar mandir,"Nona!"panggilan Wisnu menghentikan langkah Sarah
"Eh..iya."Sarah menatap Wisnu.
"Ada yang bisa saya bantu?"tawar Wisnu.
"Hm..saya boleh minta tolong!"ucap Sarah ragu ragu.
"Minta tolong apa, Nona?"
"Saya bisa pinjam uang!"
"Apa!"Wisnu terkejut putri atasannya dan istri dari orang kaya raya minjam uang.
"Ma.. maaf jika ini membuatmu salah paham,"jelas Sarah.
"Boleh Nona,anda mau minjam berapa ?"
"Saya cuma butuh ongkos pulang saja,"ucap Sarah.
"Bagaimana saya antar saja, Nona pulang?"Wisnu menawarkan diri.
"Bagaimana dengan pekerjaanmu?"
"Tidak masalah Nona,saya akan mengantar anda tidak terlalu lama!"Wisnu menjelaskannya.
"Oh ,ya sudah terima kasih!"
Akhirnya Wisnu yang mengantar Sarah pulang,"Maaf Nona saya tidak tau alamatnya?"
"Saya akan menunjukkannya,"jelas Sarah. "Wisnu saya minta maaf sudah merepotkan mu!"
"Tidak masalah, Nona."
Perjalanan pulang tidak ada obrolan penting yang ada hanya keheningan hingga suara cacing diperut Sarah mengalihkan pandangan Wisnu.
"Apa Nona lapar?"
Sarah menganggukan kepalanya,ia baru ingat tadi pagi tidak makan nasi ia hanya meminum segelas jus alpukat saja,karena ia begitu bahagianya ia melewatkan makan siangnya.
"Kita singgah makan saja, Nona!"
"Tapi.."
"Saya yang bayar!"
Wisnu dan Sarah singgah sebuah warung.
"Kamu tidak makan?ia melihat Wisnu tidak memesan makanan.
"Saya sudah makan ,Nona!"
Sarah memakan makanannya dan duduk dihadapannya Wisnu,hal ini sudah biasa karena sepulang kuliah jika ia dijemput oleh Wisnu mereka sering makan bersama begini diluar.
"Dari awal kita bertemu,saya sudah menaruh hati pada Nona tapi karena demi menyelamatkan perusahaan dan kami semua, anda rela menikah dengan lelaki yang tidak anda cintai,"batin Wisnu ia teringat saat awal pertama mereka bertemu,Sarah curhat masalah kekasih dengannya padahal mereka baru saja bertemu.
"Kamu tau ,aku tuh sedih katanya dia hanya keluar kota rupanya dia ke luar negeri mana lagi sayang sayangnya,"ucapnya sambil mengelap ingusnya.
"Mana tau 'kan Nona yang jatuh cinta,"kata Wisnu cuek
"Iya sih,kami tuh baru jalan enam bulan tapi dia begini. Kalau begitu aku juga ke luar negeri untuk melanjutkan kuliah,"ujarnya yang masih terisak.
"Jangan dong, disini sepi tak da Nona!"mohon Wisnu .
"Biarin daripada aku disini galau teringat dia ,mending aku pergi saja,"lanjut Sarah.
"Ya terserah Nona ,jika itu yang terbaik!"
"Wisnu,hei!"Sarah menepuk pundak sekretaris papanya itu.
Wisnu tersadar dari lamunannya,"iya, Nona!"
"Kamu melamun aja,saya sudah selesai makannya. Ayo kita pulang!"
"Baik Nona,saya akan antarkan pulang!"
Wisnu mengantarkan Sarah pulang kerumah suaminya, sesampainya ia membuka pintu mobil Sarah tapi insiden kecil terjadi Sarah terpeleset saat kakinya hendak keluar dari mobil hingga tubuhnya hampir terjatuh tapi Wisnu sigap menolongnya,"Anda tidak apa-apa?"Wisnu memeluk tubuh Sarah yang hampir terjatuh.
Sarah langsung membenarkan posisi berdirinya,"Sa..saya tidak apa-apa! Terimakasih sudah mengantar saya pulang!"
"Sama sama Nona,saya pamit dulu!" ujar Wisnu .
Sarah membuka pintu pagarnya setelah ia tidak melihat lagi kendaraan Wisnu. Namun ia tidak menyangka bahwa suaminya sudah berada di rumah.
"Jam berapa ini?"tanya Tio dengan wajah penuh marah.
"Jam empat lewat lima belas ."
"Jam berapa kamu keluar rumah?"
"Jam dua siang!"
"Itu artinya kamu sudah melewati batas waktu yang saya tentukan!"bentak Tio.
"Maaf!"
"Kamu bilang maaf! "
Sarah mulai ketakutan,Tio menarik tangannya dan menyeret ia kekamarnya dan menghempaskan tubuhnya di atas kasur.
"Mulai hari ini ,kamu aku kurung!"
Sarah berdiri menarik tangan Tio ia menangis meminta maaf,"Tolong, jangan kurung aku !"
"Itu pantas untukmu!"ucap Tio penuh penegasan.
"Aku janji gak akan ulangi,aku janji akan tepat waktu,"ia mulai terisak.
Tio menatap wajah Sarah dan mencengkeram wajahnya penuh amarah,"Aku gak suka dibantah,aku gak suka dengan wanita pembohong seperti mu,aku gak suka dengan wanita liar seperti mu dan aku gak suka dengan mereka yang tidak bisa menepati janji!"ia kemudian melepaskan cengkramannya secara kasar hingga membuat Sarah memegang dagunya.
Tio tidak peduli dengan tangisan Sarah,ia meninggalkan istrinya begitu saja dan menutup pintu kamarnya. Sarah terus menerus menggedor pintu kamarnya.
"Papa!"ia terus menyebut papanya ."Aku takut!"
Pagi harinya ia masih tergolek lemas karena semalaman terus menangis dan melewati makan malam,suara pintu terdengar ia bergerak bangkit melihat siapa yang datang ternyata seorang wanita separuh baya yang mengantarkan makanan dan minuman.
"Pagi Nona, saya disuruh tuan mengantarkan sarapan!"
Sarah hanya diam tanpa menjawab.
"Saya permisi ,Nona!"ujar pelayan karena tidak ada sahutan dari nonanya.
Pelayan keluar kamar, Sarah melempari bantal kearah pintu dan menarik selimut ia terus menangis dan teriak,"Aku benci kamu! kamu tak lebih seperti penjahat!"
Teriakan Sarah terdengar kelantai bawah,para pelayan melirik majikannya karena mendapat tatapan para pelayannya,"Biarkan saja dia! saya peringatkan kepada kalian semua jangan ada yang membukakan pintu untuknya!"
"Baik ,Tuan !"jawab serempak para pelayan dan segera membubarkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments