"Jangan harap, kamu bisa menggodaku dengan pakaianmu begini!"
"Siapa pula yang menggodanya," batin Sarah.
Tio memalingkan pandangannya dan berlalu meninggalkan Sarah yang masih sedikit syok.
"Uh..untung saja!" Sarah mengusap dadanya. "Lagian siapa juga yang menggodanya kalau tahu dia pulang cepat tak mungkin aku mau turun ke bawah dengan pakaian seperti ini!" gumamnya. "Aku harus ganti pakaian," Sarah berlari ke kamarnya. Dia mengganti pakaiannya jika suatu waktu Tio menyuruhnya dia tidak berpakaian seperti tadi lagian juga Tio belum tidur pasti ada saja yang diperintahkannya.
"Sarah!" teriak Tio dari jauh.
Sarah berlari mendekati Tio, "I...iya ada apa?"
"Aku mau lemon tea hangat, cepat kamu buatkan!"
"Baiklah!" Sarah bergegas menuju dapur membuatkan minuman Tio.
Tak lama kemudian, "Ini lemon tea ya!" Sarah meletakkan tehnya diatas meja kerja suaminya.
"Kamu bisa pergi," Tio melambaikan telapak tangannya menyuruh keluar.
Sarah menundukkan kepalanya tanda pamit keluar kamar.
...****************...
"Selamat pagi, Nona!" sapa Seno.
"Pagi, ada apa ya? Tuan Tio sudah pergi kerja," ujar Sarah menatap wanita yang berada disebelah Seno.
"Saya kemari atas suruhan Tuan Tio!"
"Ada apa?"
"Saya membawakan Nona seorang koki!"
Wanita koki tersenyum memperkenalkan diri, "Nama saya Yuli, Nona!"
"Oh..iya!" Sarah membalas senyumannya.
"Yuli akan mengajari Nona untuk memasak, Nona akan belajar dengannya selama dua jam tiap pagi kecuali hari libur!" jelas Seno.
Sarah menganggukan kepala tanda setuju.
"Baiklah , Nona saya pamit. Hari ini, Nona sudah mulai bisa belajar!" pamit Seno.
Sarah mulai belajar memasak dengan koki, dia belajar mengenal nama-nama bumbu dapur lalu dia memperhatikan cara kerja sang koki lalu mencicipi hidangan yang dibuat oleh wanita itu.
Yuli menghidangkan nasi goreng seafood dihadapan Sarah dan ia mulai menikmati hidangan tersebut.
"Bagaimana rasanya , Nona?"
"Enak sekali!" Sarah mengacungkan dua jempolnya.
"Terima kasih, Nona!"
"Selesai Nona makan, kita akan praktekkan !"
"Oke siap!" ucap Sarah semangat.
...**...
"Kamu, sudah kirim koki itu ke rumah !"
"Sudah Tuan, Nona begitu semangat untuk belajar!"
"Bagus, ya sudah kembalilah berkerja!"
"Baik Tuan, saya permisi!"
Tio kembali menatap laptopnya, matanya mulai berkaca-kaca memandang foto yang ada di laptopnya.
"Aku akan buat wanita itu benar-benar menderita secara perlahan!" gumamnya.
Tepat jam dua belas siang, Sarah sudah menyelesaikan belajar memasak dan sebelum koki pengajar pulang Sarah memasak makanan untuk makan siang semua masakan diajari langsung oleh koki handal.
"Semoga, dia suka!" gumamnya penuh harap.
Namun orang yang ditunggu tak datang, jam dua siang akhirnya ia baru makan, "Lebih baik aku makan saja, untuk apa dia menyuruhku belajar masak tapi tidak pulang," Ia mulai menggerutu.
...****************...
Seminggu sudah pernikahan mereka tapi Sarah tetap tidak diperbolehkan keluar rumah bahkan gawainya masih ditahan suaminya.
"Hmm...a..aku boleh ngomong sesuatu?"nSarah ragu untuk bertanya.
"Cepat katakan!" Tio yang masih sibuk dengan gawainya di meja makan.
" Boleh minta ponselku?" pintanya hati-hati.
"Tidak boleh, selama kamu jadi istriku jangan harap aku akan memberi ponselmu!"
"Tapi aku ingin telepon papaku!" ia begitu rindu kepada orang tua satu- satunya.
"Tidak boleh!"
"Jika aku menemuinya?"
"Tetap tidak boleh!" jawab Tio tegas.
"Kenapa sih, kamu tak boleh aku menemui papaku bahkan menghubungi saja sekedar menanyakan kabar kamu larang?" Sarah setengah berteriak.
Tio menatap tajam ia bangkit dari kursinya dan menghampiri Sarah yang masih berdiri menahan emosinya, "Sudah berani ya, kamu!" Tio mencengkeram lengan Sarah hingga merintih kesakitan.
"Sa..sakit!"
"Tahu sakit 'kan?" bentak Tio.
Sarah menganggukan kepalanya.
"Jangan pernah membantah atau berkata kasar padaku jika tidak ingin aku menghukummu!" Tio melepas genggaman tangannya dengan kasar, "Merusak mood ku saja!"
Dia berlalu meninggalkan Sarah yang masih menangis memegang lengan tangannya.
"Rapat kita tunda !" ucap Tio menelepon ajudannya tanpa menunggu jawaban dari ajudannya dia menutup teleponnya, "Wanita itu sudah bertingkah!"batinnya.
Pagi itu Tio bukan ke kantor malah menuju arah pemakaman dia berdiri tegak di sebuah kuburan, "Aku sudah menikahi wanita itu sesuai permintaanmu tapi aku tidak bisa mencintainya, sulit bagiku melupakan kesalahan yang telah dibuatnya kepadamu. Entah kenapa kamu begitu mencintainya padahal ia sudah menyakitimu!" Tio menghela nafasnya. "Maafkan aku!"
Sementara Sarah terus menangis dikamarnya, "Papa, pria itu udah kasar denganku, aku gak kuat !" ia terisak
"Aku harus kabur dari rumah ini," ucapnya lirih lalu dia menggelengkan kepalanya. "Tidak,tidak,ini akan jadi beban tuk papa," Sarah mulai menghapus air matanya dan bangkit. "Aku gak boleh begini, pria itu akan menyakitiku jika tidak menuruti kata-katanya."
Sarah kembali melakukan rutinitas hingga suara ketukan pintu menghentikan pekerjaannya.
"Selamat pagi , Nona! maaf saya terlambat!"
Sarah melihat ke arah dinding ternyata sudah pukul sepuluh lewat biasanya jam sembilan pagi ia sudah mulai belajar memasak,"Tidak masalah, silahkan masuk!"
"Nona, Tuan meminta saya untuk mengajari anda membuat mi kari ayam karena ia ingin anda memasak dan menyiapkan makanan untuk makan siang!"
"Apa waktunya terkejar?" Sarah ragu.
"Semoga saja tepat waktu, Nona!"
"Ya sudah, ayo kita mulai!" ajak Sarah.
Mereka mulai memasak, Yuli seseorang yang tidak banyak bicara entah karena takut dengan Tio atau memang dia orangnya pendiam. Sarah memulai bertanya, "Kamu sudah menikah?"
Yuli berhenti sejenak lalu melanjutkan aktivitasnya, "Saya sudah bercerai."
"Oh maaf!"
"Tidak apa-apa , Nona!"
"Apa kamu punya anak?"
Yuli menggelengkan kepalanya, "Anak saya meninggal saat di kandungan," ucapnya dengan wajah sendu.
"Sekali lagi, maafkan aku!" Sarah bersalah bertanya begitu.
Yuli hanya tersenyum
"Jika kamu ingin cerita, kamu bisa cerita ke aku!"
Yuli hanya tersenyum, "Nona, waktu kita cuma sedikit, saya takut dimarahin Tuan karena lama menyajikan hidangannya."
"Oh ya ya, saya lupa !"
Mi kari ayamnya sudah siap dihidangkan,Yuli pamit pulang karena waktu mengajar memasaknya selesai.
Tepat pukul 12 siang Tio pulang. Sarah menyambutnya dengan senyuman.
"Kamu mau, aku buatkan mi kari ayamnya nanti atau sekarang?" Sarah sedikit gugup untuk bertanya.
Tio mendudukkan tubuhnya di kursi dan memandang malas istrinya,"Buatkan sekarang!
Sarah membuatkan mi kari kesukaan Tio, ia melihat suaminya itu memakan dengan lahap. Bagaimana dengan rasanya?"
"Biasa saja!" jawabnya ketus.
"Masa sih, biasa aja makan kayak orang kelaparan!" Sarah membatin.
"Aku mau istirahat, sore nanti aku akan rapat. Aku harap kamu tidak menggangu istirahatku!" jelas Tio.
Sarah menganggukan kepalanya tanda mengiyakan.
...****************...
"Seminggu ini aku di luar kota, jadwalmu belajar memasak tinggal dua hari lagi aku berharap kamu udah mahir memasak, jangan kecewakan aku dengan masakanmu!" jelas Tio di tengah-tengah sarapan paginya.
"Kamu ,mau ke mana?" Sarah ragu bertanya.
"Kamu tidak perlu tau!" Tio menjawab jutek. "Kamu harus manfaatkan waktu belajar dengan sebaik-baiknya, aku gak mau uangku terbuang sia-sia!" lanjutnya.
Sarah hanya menunduk.
"Aku ingatkan kepadamu selama aku pergi, jangan buat masalah dua hari sekali akan ada yang datang mengantarkan bahan makanan!"
"I...iya," Sarah tetap menunduk.
Tio segera berlalu menuju tempat kerja, ia ragu meninggalkan Sarah seorang diri di rumah tapi ia langsung membuang rasa kasihannya,"Aku tak perlu memikirkan wanita itu!" batinnya.
"Huft.. sendiri lagi, fasilitas lengkap makanan terjamin tapi sendirian seperti di penjara," gumam Sarah.
Seperti biasanya Sarah melakukan aktivitas pagi, rutinitas yang sama sehari hari. Sepi,sedih,marah,kesal menjadi satu selama menikah Tio tidak pernah mengizinkannya keluar pagar bahkan untuk sekedar menanyakan kabar papanya pun.
"Tuan, pertemuan kita dimajukan, besok pagi kita harus sudah sampai," tiba tiba Seno datang menghampiri bosnya.
"Kita berangkat sore ini juga!" perintah Tio.
"Apa kita pulang dulu, Tuan"
"Tidak usah kita langsung saja!"
"Baik, Tuan!"
Sore hari Tio berangkat ke kota S untuk tujuan pekerjaan keberangkatan di majukan lebih awal. Sarah tidak mengetahui jika Tio sudah berangkat. Pagi hari dia mulai mencari keberadaan suaminya. Selama Tio tidak di rumah dan sesuai perintah suaminya ia semakin giat belajar memasak ia berpikir bahwa dengan ia memasak hati Tio akan terbuka.
...****************...
Tio memandang langit kota dari jendela kamar hotelnya, ada beban pikiran yang dirasakannya sedikit rindu dengan istrinya tapi rasa egois, benci dan marah mengalahkannya hingga ia tersadar dari lamunannya saat ajudannya memanggil namanya.
"Tuan, ada telepon dari Nona Mayang?"
"Mayang?tumben sekali dia menelponku!" Tio menerima gawai yang disodorkan Seno.
"Kakak aku merindukanmu!" Mayang berteriak diujung teleponnya.
"Tumben, sekali kamu menelponku terakhir enam bulan yang lalu itupun karena ingin minta tolong!"
"Maafkan aku Kakak, di sini ku benar-benar repot harus sekolah belum lagi aku lagi mencoba belajar bisnis!"
"Kenapa baru sekarang berpikir berbisnis?"
"Iya aku baru tahu jika uangku tak selancar saat di sana!" ucap Mayang tertawa.
"Dasar anak nakal!"
"Kakak bulan depan aku akan pulang karena kami libur, aku mau kakak punya waktu tuk aku jangan sibuk kerja aja!"
"Iya Adikku paling cantik Kakak akan menemanimu selama di sini!"
"Makasih Kakak, sampai jumpa!"
"Iya sampai jumpa juga!" Tio menutup panggilan teleponnya.
"Bulan depan Mayang akan pulang, aku mau kamu tutup mulut soal wanita itu!"
"Nona akan pulang," batin Seno bahagia. "Baik Tuan, saya tidak akan memberitahu Nona Mayang tentang Nona Sarah!" jelas Seno.
"Kita ke proyek sekarang!"
Proyek yang dijalankan di kota S berjalan lancar, seminggu sudah mereka di sana.Tio hanya memantau istrinya dari CCTV rumah. "Semua kelihatan baik baik saja tidak ada masalah," gumamnya.
Hari selanjutnya Tio bersiap-siap kembali ke kotanya ia berangkat menggunakan mobil karena ia ingin singgah ke rumah beberapa temannya semasa kecil.
Dia sekedar ingin tahu, bagaimana kabar teman-temannya tersebut dan malam harinya menjelang dini hari ia baru sampai di rumah. Ketika ia ingin menaiki tangga ia mendengar suara dari arah dapur .
"Hatciim!" Sarah bersin dan mulai batuk saat segelas air putih sudah menempel dibibirnya.
"Ngapain kamu?"
Suara Tio mengagetkannya, "Aku haus, aku cuma ingin minum!"
"Lain kali bawa air minum ke kamar, kamu sakit?"
"Aku cuma sedikit flu!" jelas Sarah.
"Di dalam rumah saja bisa sakit padahal tidak ada orang lain di sini!" protes Tio.
"Ta..tadi sore ada bola anak tetangga masuk ke pekarangan rumah karena dia terus merengek aku ambilkan saja walaupun hujan."
"Sudah minum obat?" tanya Tio dingin.
Sarah menggelengkan kepalanya pelan.
"Besok kamu harus berobat, aku gak mau kamu menular penyakit dirumah ini!" Tio berbicara ketus.
Sarah menganggukan mengiyakan karena berbicara pun malas .
Esok paginya Sarah pergi berobat di antar sopir pribadi Tio, hari itu juga Sarah bisa menikmati udara luar setelah sebulan menikah. Baginya tidak masalah ia hanya keluar beberapa jam hanya untuk sekedar berobat ini,"Apa harus sakit baru bisa keluar rumah," batinnya lalu ia menggelengkan kepalanya,"Tidak,tidak hanya manusia bodoh yang ingin sakit."
Pulang berobat Sarah tetap melakukan aktivitasnya membersihkan rumah karena itu perintah dari suaminya tidak ada kata istirahat selama sakit.
Sore hari Tio pulang kerumah. "Kamu sudah pulang mau aku buatkan teh atau kopi?" tawar Sarah.
"Aku tidak mau!" Tio berjalan lalu menghentikan langkahnya, "Ayah Ibuku ingin bertemu denganmu karena kamu hari ini sakit jadi aku tunda dan lusa mereka akan datang, jadi aku mau lusa kamu harus sehat!" jelas Tio dengan dingin. Tadi pagi orang tuanya menelepon Tio ingin mengajak anak menantunya makan malam diluar tapi Tio mengusulkan agar makan malamnya dirumahnya saja.
"Bagaimana mau sembuh kalau harus disuruh kerja juga, belum tentu lusa bisa sehat!" batinnya.
...****************...
Hari kedatangan kedua orangtua Tio pun tiba, ia ingin istrinya yang memasak makanannya dan ia juga memanggil beberapa orang asisten rumah tangganya karena ia tidak ingin ke dua orang tuanya menganggap ia sebagai suami yang kejam dan ia tidak mau terlihat buruk dihadapan orang tuanya sendiri.
Malamnya pun tiba,"Kamu harus selalu tersenyum bahagia, agar orang tuaku tidak curiga," Tio berbisik.
Sarah menggunakan pakaian terbaik malam itu, semua karena perintah suaminya. Ketukan pintu menghentikan pembicaraan sepasang suami istri.
"Selamat malam, Nak!" Mama Tio memeluk Sarah begitu hangat.
"Malam juga Ayah,Ibu," Sarah mencium kedua tangan orang tua Tio.
"Mari Yah,Bu!" Tio mengarahkan kedua orang tuanya ke meja makan.
"Ini semua kamu yang masak?" Ibu melihat berbagai aneka makanan terhidang diatas meja.
"Di bantu beberapa pelayan,Bu," ucap Sarah tersenyum.
"Ya sudah! ayo makan,Ayah sudah lapar!" ayah begitu antusias melihat makanan yang dimasak menantunya.
Ayah dan Ibu menyuapkan makanan kedalam mulutnya lalu berkata,"Ini enak sekali, pintar kamu cari istri!" ujar ibu melirik Tio .
Tio yang mendengarnya langsung tersedak dan mengiyakan ucapan ibunya.
Sarah hanya tersipu malu karena dipuji. "Sarah belajar masak kok Yah, Bu. Mas Tio yang mendatangkan langsung koki kerumah!" ia menjelaskan.
"Benar Tio?" tanya ayah.
"Iya Yah, Bu. Tio gak mau terus menerus makan diluar jadi Tio sengaja manggilkan koki!"
"Nak Sarah, Tio ini jarang sekali makan di rumah selama tidak tinggal satu rumah dengan kami, ia pernah masuk rumah sakit karena salah makan," jelas ibu.
"Ibu ,apaan sih. Kenapa juga dijelasin," protes Tio.
"Ya, tidak apa-apa biar tahu istrimu," ucap ibu menerangkan lalu tersenyum menatap menantunya.
"Pantes saja dia menyuruhku belajar memasak," batin Sarah.
Malam itu Sarah bahagia karena mertuanya itu enak diajak ngobrol dan bercanda dia sedikit terhibur dengan kedatangan mereka. Lain dengan Tio wajahnya sedikit jutek dan kesal karena melihat kedekatan ibunya dengan Sarah.
"Ayah dan Ibu pamit lain kali kamu ajak istrimu main ke rumah kita," ucap ibu kepada Tio.
"Iya Bu, lain waktu kami akan berkunjung. Bulan ini Mas Tio begitu sibuk!" jelas Sarah berbohong.
"Kamu jangan sibuk terus , sesekali liburan apalagi sudah beristri sempatkan waktu juga untuknya," nasehat ibu dan dijawab anggukan oleh Tio.
Ayah dan Ibu sudah pulang Tio menyuruh kembali para asistennya untuk pulang,"Kalian pulang saja!"
"Tapi Tuan, kami belum menyelesaikan tugas kami!" ucap salah satu pelayan bertubuh kecil.
"Sudah biarkan saja!"
"Baik , Tuan," pamit pelayan pulang.
Sarah yang mendengar percakapan Tio dan pelayan menghampirinya ia berkata saat para pelayan berpulangan,"Kamu, kenapa menyuruh mereka pulang, yang mengerjai ini semua siapa?" Sarah melirik piring kotor .
"Kamu!" Tio menunjuk istrinya.
"Aku!"
"Iyalah kamu, biasanya memang kamu yang melakukannya. Ingat kamu di sini bukan Tuan putri!"ia menatap tajam Sarah dengan penuh kebencian.
"Harus sabar!" batinnya Sarah.
Tio berlalu menaiki anak tangga ke kamarnya untuk beristirahat. Sarah harus menyelesaikan tugasnya malam itu juga .
Paginya Sarah kesiangan, ia terbangun karena teriakan suaminya yang ingin berolahraga pagi. "Jam segini masih tidur!"
"Maaf, aku terlalu lelah!"
"Alasan aja, ambilkan sepatu olahragaku!" titahnya dan diiyakan istrinya.
Sarah mengambilkan sepatu suaminya,"Ini Mas!"
Tio mengambil sepatu yang diambil istrinya,"Aku pergi, nanti kamu jangan tidur lagi."
"Siapa juga yang mau tidur," jawab Sarah ketus.
Tio melirik Sarah,"Udah mulai melawan!"
Sarah langsung terdiam.
"Ingat yang aku bilang!"
"Ya, Mas !" ia pun segera mengerjakan tugas rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Astirai
smp di sini aku masih nyimak thor
mampir jgdi cinta untuk ara & bukalah hatimu untukku ya...
ttp smangat....
2021-11-23
1