“Mas...” Lena menyapa Kenny saat melihatnya berjalan menghampirinya. Ia mengubungi Kenny untuk menemuinya di taman seusai sekolah.
“Len...” Kenny duduk canggung di depan Lena. Ia merasa bersalah telah melimpahkan amarahnya atas kejadian yang menimpa naskahnya beberapa hari yang lalu.
“Mas, aku beneran minta maaf atas kejadaian itu”, Lena mengeluarkan naskah Kenny dari dalam tasnya dan memberikannya pada Kenny.
“Nggak, gue yang seharusnya minta maaf. Itu semua bukan salah elo,” Kenny menerima naskah yang diberikan Lena, “semua ini gara-gara gue Len. Elo jadi target cewek-cewek yang sering jalan sama gue. Mereka pikir gue
jadian dengan sama elo, jadi mereka mengira naskah yang mereka buang adalah milik elo. Mereka tidak pernah menyangka kalau itu punya gue, maafin gue.”
Lena tertegun, kenapa rasa iri dan cemburu membuat mereka berbuat jahat pada orang lain? Apa yang dimiliki Lena adalah hasil kerja kerasnya, kenapa mereka bisa iri pada kerja keras orang lain? Lena burur-buru mengusir pikian buruknya dan kembali menenangkan dirinya.
“Nggak Mas, tenang. Lena nggak papa kok...” Lena tersenyum tulus sambil diam-diam meyakinkan hatinya sendiri, “Mas buka dulu naskah itu.”
Kenny menatap map di tangannya dan membukanya. Banyak sekali catatan dan sticky note yang ditempel Lena. Menunjukkan bahwa gadis itu sudah selesai mengkoreksinya. Kenny merasa bersalah dengan Lena.
“Lena udah berusaha sebisanya, semoga memambantu...” kata Lena sambil menatap naskah itu penuh penyesalan.
“Maafin gue ya...” Kenny menyentuh bahu Lena, “terima kasih juga Lena. Gue sangat menghargai elo...” Kenny benar-benar merasa malu melihat kebaikan Lena padanya setelah kejadian itu.
“Namanya musibah Mas, kita tidak bisa menolaknya...” Lena tersenyum tulus.
“Gue janji gue akan terus berusaha hingga naskah ini terbit. Gue mau menghargai usaha elo dengan memberikan yang tebaik...” Kenny menatap Lena dengan mantap, “gue mau kerjaan lo ini nggak sia-sia...”
“Bukan, kalau naskah itu terbit, itu semua karena kerja keras Mas...” Lena justru tidak enak dengan sikap Kenny yang berlebihan, “Lena pamit ya, Mas...” Lena hendak pergi saat Kenny kembali memanggilnya. Nama yang keluar dari mulut Kenny membuat Lena membeku.
“Elo sama Mas Renov.... ah sudah lupakan!” Kenny urung bertanya dan pergi meninggalkan Lena yang masih tak mengerti maksud ucapan Kenny. Kenapa ia menyebut-nyebut Renov? Detak jantung Lena menjadi tidak normal hanya karena mendengar nama laki-laki itu.
***
Renov duduk di pojok perpustakaan setelah menyelesaikan pekerjaannya menyapu lantai ruangan itu. Renov menawarkan tenaganya untuk membantu Pak Wahyu yang masih sakit kaki akibat kesleo beberapa waktu yang lalu. Ia berfikir mungkin ini adalah terakhir kalinya ia bisa membantu Pak Wahyu. Selama tiga tahun, Renov sering sekali merepotkan beliau.
Renov mengambil salah satu buku dari rak dan mulai membacanya. Jujur ia tidak memiliki kegiatan sehingga ia memutuskan untuk tetap datang ke sekolah untuk membantu Pak Wahyu selama masa pemulihan. Ia juga tidak memiliki teman untuk menghabiskan waktu luangnya sehingga ia memilih berada di sekolah. Ditambah lagi ia sendirian di rumah, orang tuanya juga bekerja.
“Mas...kok...” Renov menoleh kaget dan mendapati Renatta yang sedang berdiri sambil menatapnya bingung, “kok
masih ada di sekolahan? Bukannya Mas udah nggak wajib datang ya?” lanjut gadis itu. Wajahnya tiba-tiba berubah dari terkejut menjadi ketakutan. Ia seolah menyesal telah menyapa Renov.
“Suka-suka gue dong, lagian nggak ada yang ngelarang kan?” Renov kembali membaca bukunya. Ia tak menyangka akan bertemu lagi dengan Renatta apalagi di sapa seperti itu.
“Lena duduk di sini ya?” Renatta langsung duduk di samping Renov tanpa menunggu jawaban.
“Lena?” tanya Renov heran. Bukannya namanya Renatta?
“Ha?” gadis itu juga ikut bingung melihat wajah Renov yang kebingungan.
“Oh, namaku Renatta Alena Sahid. Teman-teman biasanya memanggilku Lena”, jelas Renatta.
“Ahh...” Renov mengangguk-angguk mengerti, “ngapain lo di sini?”
“Itu...” Renatta terlihat ragu-ragu, lalu ia tersenyum sambil mengaruk pelipisnya pelan, “tadi Lena ketiduran di kelas...”
Jawaban Renatta membuat Renov tersenyum. Ternyata gadis di sampingnya ini tetap manusia biasa. Ia bisa juga melakukan kesalahan seperti itu. Awalnya ia berfikir kalau Renatta sempurna seperti murid teladan lainnya. Renov lalu mengamatinya dengan seksama, wajah Renatta terlihat begitu kelelahan.
“Elo...”
“Ya?” Renatta tiba-tiba menoleh.
“Nggak, lo kerjain aja tugas lo...” Renov kembali sibuk membaca buku saat Renatta mulai mengerjakan tugasnya. Tak sampai setengah jam, Renov menoleh dan mendapati Renatta kembali tidur di sampingnya.
Ada apa dengannya?
Renov menatap lekat-lekat wajah Renatta. Terlihat jelas kantung mata yang menghitam di bawah matanya. Renov lantas menyentuh kerutan di dahi Renatta, mengusapnya perlahan. Pasti ia mengalami hal buruk yang membuatnya tidak bisa tidur dengan nyaman.
Renov melepas jaket yang menutupi kaosnya dan menyelimutkannya pada Renatta. Udara di dalam perpustakaan begitu dingin, ia pasti masuk angin jika tidur dengan posisi seperti itu. Renov lalu melirik tugas yang diberikan kepada Renatta sebelum diusir dari kelasnya. Sejarah. Renov tersenyum dan mengambil buku paket Renatta.
***
Mendadak Lena terbangun saat mendengar bel jam istirahat berbunyi. Ia lantas panik dan buru-buru meraih
buku paketnya. Bisa gawat kalau ia belum selesai mengerjakan tugasnya saat kembali ke kelas nanti. Tapi Lena lebih terkejut lagi saat melihat buku paketnya. Terdapat beberapa halaman yang ditulisi dan ditandai dengan post it berwarna-warni miliknya. Ia membuka-buka halaman itu dan menyadari bahwa bagian yang ditandai adalah jawaban soal-soal tugasnya.
“Ini pelajaran sejarah, bukan saatnya mengambar peta!
Jangan tidur sembarangan!
Lo pikir gue bukan cowok?
Lagian lo bisa masuk angin!”
Lena tersenyum melihat tulisan yang sengaja ditinggalkan di atas jawaban terakhir dari soalnya. Renov. Hanya ia satu-satunya orang di perpusatakaan yang dari tadi bersamanya. Lena juga masih menemukan jejak laki-laki itu dari jaket yang dipakainya. Beberapa saat kemudian Lena tersadar.
“Akh bodoh! Bodoh! Bodoh!” Lena mengutuk dirinya sendiri. Setelah ia kelepasan menyapa Renov, ia kini juga menunjukkan sisi buruknya pada laki-laki yang sudah masuk dalam daftar orang yang harus dihindarinya.
“Apa yang harus aku lakukan...” Lena masih mengeluh dengan sikapnya yang labil ini. Ia memang tidak senang dengan Renov namun saat ia melirik tulisan tangan Renov sekali lagi, ia tidak bisa menahan senyumnya. Ia jujur merasa bahagia mendapat perhatian seperti itu dari Renov.
“Bodo amat lah!” tanpa bisa menahan senyum di wajahnya, Lena menyalin tugas sejarahnya secepat mungkin sebelum kembali ke kelas.
Sambil merapatkan jaket Renov, Lena berjalan sambil tersenyum-senyum ke dalam kelas. Ia sudah tidak lagi memikirkan hukumannya. Saat ini, hatinya dipenuhi rasa aneh yang bertunas jauh di dalamnya. Setidaknya ia masih mempunyai satu alasan lagi untuk bertemu dengan Renov. Ya, jaket laki-laki itu masih ada padanya.
Lena tidak bisa memahami apa yang terjadi padanya. Tiba-tiba ia seolah menemukan oase yang menggenangi hatinya dengan perlahan dan penuh harapan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Panah Aksara🌼
makin suka sama karakter Renov kak🖒
tapi.. ada sedikit yang mengganjalku kak, di bab sebelumnya Lena panggil Kak Kenny, tapi di bab ini Lena panggil Mas Kenny. Hmmm.. jadi apakah karena sesuatu kak?
2020-12-25
1
Mega
ku coba pahami alur mundurnya...
2020-12-25
1
Wati_esha
Renata menyukai perhatian yang diberikan olwh Renov.
2020-09-27
1