Episode 1 Perfect and Unperfect?

“Lagi-lagi salah satu murid kebanggaan sekolah kita berhasil mengharumkan nama baik sekolah, Lena! Mana Renatta Alena Sahid? Kemari Nak...” panggil kepala sekolah di tengah pidatonya. Lena malu-malu berdiri dari kursinya setelah mendapat dorongan dari teman-temannya.

“Lena, hem.. kalian tahu, apa prestasinya kali ini?” semua murid hanya menggeleng, tak lagi bisa menebak apa yang Lena menangkan atau penghargaan apa yang akan ia terima.

“Tahun ini, Lena dinominasikan sebagai Best Writer Award. Keren sekali bukan? Ia masih remaja namun penjualan novelnya sudah tidak kalah dengan penulis ternama. Bapak bangga sekali padamu, Nak. Kalian sudah ada yang membacanya?” beberapa murid mengangguk dan yang lain hanya bengong tak mempercayai ucapan kepala sekolahnya.

“Saya baru dinominasikan Pak, belum menang. Tak perlu melebih-lebihkan. Itu hanya keberuntungan saya saja, Pak...” Lena tersenyum tulus, menampakkan parasnya yang jelita.

“Bapak tidak melebih-lebihkan, memang begitu kenyataanya. Nah, anak-anak kalian juga harus seperti Lena ya. Jangan sia-siakan bakat kalian. Kita semua itu sama, seperti batu yang awalnya jelek dan kotor, namun kita akan menjadi batu yang cantik dan mulia jika kita menggosoknya dengan teliti dan tahan dengan perubahan. Tidak percaya? Eh jangan salah, intan itu baru terbentuk ketika ia mendapatkan tekanan dan suhu yang tinggi di dalam bumi. Maka dari itu, kalau kalian ingin jadi seperti intan kalian harus bertahan dengan kondisi sekitar, jangan takut dan mudah menyerah, apalagi terpengaruhi hal-hal yang dapat menjerumuskan kalian...” ceramah itu disambut dengan teriakan “baik, Pak!” dari seluruh murid. Lena kembali ke kursinya dan ceramah dilanjutkan dengan ucapan selamat kepada kakak kelas XII yang telah selesai menempuh ujian nasional dan ujian sekolah. Hari ini adalah upacara terakhir mereka di bangku SMA sebelum pengumuman kelulusan sebulan ke depan.

***

Renov menguap. Ia memperhatikan wajah gadis yang tersenyum canggung di atas panggung di auditorium sekolahnya. Terlihat sekali di wajahnya bahwa gadis itu tidak menyukai semua perhatian yang tertuju padanya.

Ekor mata Renov mengikuti gadis itu sampai ia kembali duduk di kursinya. Walau teman-temannya menyambutnya dengan bangga, wajah gadis itu masih saja tidak berubah. Masih menujukkan ekspresi senyumyang tidak menyenangkan.

Renov menggelengkan kepalanya untuk mengusir rasa kantuk yang kembali menyerangnya. Ia tak peduli dan kembali memejamkan matanya.

***

“Len, elo benar-benar keren deh! Gue nggak nyangka bisa temenan sama orang sehebat elo. Besok tanda tanganin novel gue ya!” Chery, sahabat Lena langsung menggamit tangan Lena begitu keluar dari auditorium. Lena tersenyum menanggapi permintaan Chery.

“Jangan sok asik deh! Sekalian sini gue tanda tanganin jidat lo…” canda Lena sambil memeluk Chery gemas. Gadis itu bersyukur dalam hatinya. Berharap kehidupan sekolahnya akan terus menyenangkan seperti ini.

Tahun pertamanya di bangku SMAsungguh di luar dugaannya. Hobinya menulis menjadikannya sebagai salah satu penulis muda berbakat di dunia tulis menulis. Baru dua novel yang ia terbitkan, tapi karena usianya yang masih muda ia mendapatkan perhatian lebih dari media dan pemberitaan nasional.

“Len, bisa bicara sebentar?” Kenny, kakak kelas XI itu memanggil Lena.

“Iya, Mas...bentar ya...” Lena berpamitan dengan Chery sebelum mengikuti langkah Kenny ke arah perpustakaan.

“Len, sebenarnya gue rada malu ngomongnya, tapi gue nggak punya kenalan lain selain elo. Ehm... bisa tolong review tulisan gue?” Kenny mengungkapkan maksud dan tujuannya memanggil Lena. Ia terlihat begitu malu dan gugup, hal itu terlihat jelas dari gerak-geriknya mengusap bagian belakang kepalanya berulang-ulang.

“Tulisan apa, Mas?” tanya Lena memastikan.

“Gue juga lagi ngarang novel, tapi jenisnya fantasi sama misteri gitu, gue butuh bantuan seseorang

buat me-review tulisan gue sebelum gue ajuin ke penerbit nih...” Kenny melanjutkan.

“Serius? Tentu saja Lena mau, Mas!” Lena bersemangat, ia sangat menyukai dunia tulis menulis jadi permintaan seperti itu justru menjadi kebanggaan sendiri baginya. Tanggapan Lena membuat Kenny

meloncat senang. Ia tak menyangka Lena mau membantunya semudah itu.

“Kalau begitu besok sepulang sekolah kita mulai ya?" usul Kenny.

"Jangan besok Mas, besok ada ekstra jurnalistik. Kalau lusa atau nanti aja gimana?" Lena teringat kalau tim jurnalistiknya harus memasikan tulisan untuk buletin sekolah sudah siap dicetak, editing terakhir sebelum naik cetak. Lena memiliki tanggungjawab yang besar atas kegiatan tim itu.

"Baiklah lusa ya Len? Thanks ya...” Kenny memegang bahu Lena sambil mengucapkan rasa terima kasihnya sekali lagi sebelum berpamitan dengan Lena. Lena memandang punggung Kenny dengan gembira. Ia selalu merasa senang ketika orang lain membutuhkannya. Lena tersenyum sendiri dan buru-buru keluar perpustakaan untuk kembali ke kelasnya.

“Aduh...” Lena mengerang ketika ia menabrak seseorang saat berjalan ke luar dari perpustakaan. Ember yang dibawa lelaki itu terjatuh dan membuat lantai di lorong perpustakaan basah.

“Kalau jalan lihat-lihat dong! Basah kan baju gue!”bentaknya dengan nada marah.

“Maaf, Mas! Beneran nggak sengaja...” Lena langsung menyambar kain pel dari tangan lelaki itu dan membersihkan tumpahan air kotor di lantai.

Lelaki itu hanya menatap Lena heran, sudut bibirnya terangkat. Masih takjub dengan sikap Lena. Ia tahu bahwa gadis itu adalah gadis yang tadi pagi dielu-elukan di upacara sekolah, tapi ia tidak menyangka gadis itu juga ceroboh dan tak pikir panjang sebelum melakukan pekerjaan. Dilihat dari caranya mengepel, gadis itu terlihat terbiasa melakukannya. Berbanding terbalik dengan pikirannya bahwa gadis tipe seperti itu tidak akan pernah berurusan dengan pekerjaan rumah tangga.

“Hey...” panggilnya membuat Lena menoleh dan menatap laki-laki di sampingnya. Tiba-tiba hati Lena berdesir. Lena tahu, ia tak seharusnya berurusan dengan makhluk adam di sampingnya itu.

“I..iya, Mas...” jawab Lena tiba-tiba gugup. Ia sedang berurusan dengan Renovaldi Anggara, salah satu siswa yang memiliki reputasi kurang baik di sekolah. Renov pasti mendapat hukuman mengepel lantai karena membolos upacara pagi ini, tebaknya.

“Lo pasti kenal gue...”Renov ikut berjongkok di samping Lena, membuat Lena terdiam. Ia sempat terkejut saat laki-laki itu menyibak rambutnya kebelakang dan mengikatnya dengan salah satu gelang di tangannya, “sana balik ke kelas, ini tugas gue, nggak sayang sama rambut dan tangan lo kalau kena air kotor begini? Ini pembersih lantai adik manis, tangan lo bisa iritasi kalau kontak langsung begitu, rambut lo juga...” Renov yang sadar masih menyentuh rambut Lena melepaskannya dengan canggung, sama canggungnya dengan Lena yang menatap Renov bingung. Katanya dia laki-laki yang harus dihindari di sekolah ini? Nggak salah? Lena mengerjapkan matanya berulang-ulang karena ia yakin melihat senyuman lelaki yang katanya belum pernah tersenyum sekalipun itu.

“Lo nggak pengen balik atau lo lebih suka gantiin gue ngepel?” tanya Renov lagi.

“Ah nggak, Mas! Maaf ya Mas sekali lagi...” tanpa menoleh lagi Lena berlari ke arah kelasnya. Saat Lena tiba di kelas ia baru sadar bahwa ikat rambut yang dipakainya adalah gelang milik Renov. Apa ia harus mengembalikannya? Biar bagaimanapun juga ia tidak mau terlibat masalah apapun dengan Renov. Preman sekolah itu.

***

Namanya Renatta.

Renov hanya tersenyum tipis melihat gadis itu berlari menjahui dirinya. Renatta pasti tahu rumor tentang dirinya. Bukan rahasia umum lagi kalau Renov adalah preman di sekolahnya.

Preman sekolah?

Renov kembali tersenyum. Menganggap semua itu hal yang lucu. Rumor ini hanya berawal dari Renov yang menolak bergabung dengan genk di sekolahnya saat dirinya masih menjadi murid kelas X. Semua siswa yang sekiranya bisa mendukung kekuatan genk sekolahnya dipanggil oleh senior-senior mereka. Requitment ini adalah kegiatan rutin tahunan. Siapa yang mau bergabung maka akan selamat, tapi kalau menolak, hidup mereka tidak akan tenang di sekolah itu.

Renov adalah salah satu yang menolaknya. Ia hampir saja menjadi bulan-bulanan oleh seniornya. Untung saja Renov sudah dilatih sejak dini. Ia adalah anak terakhir dari tiga bersaudara di keluarga Anggara. Satu-satunya wanita di keluarganya adalah ibunya. Kakak-kakaknya mengajari Renov berkelahi sejak ia kecil. Tidak heran ketika lulus SMP, Renov sudah menyandang sabuk hitam di seni bela diri taekwondo.

Renov hanya memukul pemimpin genk SMA satu kali dan langsung KO. Ia menyerang titik lemah kakak kelasnya itu dan membuatnya langsung terkapar. Renov tidak sengaja, ia bahkan melakukannya dengan tenaga yang boleh dibilang normal. Tapi sejak kejadian itu, tidak ada yang mau menganggunya. Hidup Renov terasa lebih tenang walau kadang-kadang kesepian juga menghampiri dirinya.

“Den... Aduh Den! Kan jadi kotor semua. Kan saya sudah bilang kalau biar bapak aja yang mengepel...” Pak Wahyu, penjaga sekolah itu lari terpincang-pincang menghampiri Renov. Ia lantas merebut ember dan kain pel dari tangan Renov.

“Nih, Pak! Saya kembaliin. Sudah selesai kok semuanya. Bapak tinggal istirahat aja...” Renov hanya tersenyum mendahului Pak Wahyu ke arah belakang sekolah.

“Eh Aden mau ke mana?” panggil Pak Wahyu saat melihat Renov berjalan ke area belakang sekolah yang di huni oleh Pak Wahyu. Anatara lingkungan sekolah dan rumah Pak Wahyu hanya di batasi pagar tanaman setinggi satu setengah meter. Rumah Pak Wahyu merupakan rumah yang dibuat khusus untuk penjaga sekolah. Walau terlihat kecil, tapi taman di rumah Pak Wahyu cukup luas. Taman itu ditanami rumput gajah yang dipotong dengan rapi. Renov kerap kali menyelinap ke taman itu untuk sekedar tidur siang.

“Mau nagih bayaran ke Ibu! Kan udah bantuin Bapak ngepel!” teriak Renov. Ia sudah akrab dengan keluarga Pak Wahyu dan hanya Renov yang sering mampir ke rumah Pak Wahyu. Anak-anak SMA Nusantara yang rata-rata berasal dari kelas menengah ke atas mana mau bermain ke rumah tukang kebun. Ya kan?

 

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Panah Aksara🌼

Panah Aksara🌼

suka sama karakter renov kak.. awalnya aku pikir dia bener2 preman, ternyata baik gitu🖒
terus lena, hebat dianya, masih muda tapi udah nerbitin buku, gak sombong lagi...

kakak ada kesalahan setitik kakak, typo di kata antara, tapi disana tadi tertulis anatara kakak🙈

2020-12-25

1

Mega

Mega

kisah remaja

2020-12-25

1

Kurniaty Balfas Haruna

Kurniaty Balfas Haruna

Hmm menarik ...

2020-11-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!