Bab 3

Devan terpaku menatap foto berlatar merah yang terpajang di dinding rumah. pria berhati malaikat itu nampak tersenyum dengan pakaian putih dan senyum yang begitu berbinar.

Yusuf yurjo lebih dikenal dengan dokter spesialis anak. Pria yang begitu berhati mulia dan rela mengorbankan nyawa untuk menyelamatkan nyawa seseorang.

...******...

Yusuf menuruni tangga dengan tergesah-gesah sambil menarik pria remaja berkaus hitam dengan wajah yang pucat karena ketakutan. Yusuf dengan penuh erat menggendong gadis kecil berumur 5 tahun dengan tas Doraemon di punggungnya sambil menangis.

Yusuf melangkah masuk ke dalam toilet bersama pria remaja dan gadis kecil dengan tas Doraemonnya. yusuf menurunkan gadis kecil itu dari gendongannya dan memegang kedua pundak pria remaja tersebut dengan tatapan tegang serta wajah yang pucat.

"Buka baju mu !" Pintah Yusuf sambil membuka jas putihnya dengan cepat.

"Tapi-"

"Buka baju mu!!!"bentaknya membuat pria yang ada di hadapannya tersentak kaget. Pria remaja itu dengan cepat membuka baju hitamnya.

"Buka celana mu juga dan pakai ini !"

Yusuf menjulurkan jas putihnya lalu meraih baju hitam milik pria itu lalu dengan cepat memakainya.

Pria remaja berumur 17 tahun tersebut menuruti perintah Yusuf. ia melepas celananya dan memberikannya kepada Yusuf lalu memakai jas tersebut.

"Dok apakah mereka Masih mengejar kita ?" Suaranya terdengar gemetar.

Yusuf menarik nafas panjang lalu menghembuskan nya dengan gugup. Yusuf mengangguk pelan membuat pria remaja tersebut menangis. Yusuf melirik gadis kecil itu yang sudah dari tadi menangis ia nampak berlutut menatap gadis mungil itu sambil memegang kedua pipinya.

"Kenapa menangis ?"

Gadis kecil itu tak menjawab pertanyaannya dan menatapnya sambil terus menangis.

Yusuf berusaha untuk tersenyum namun, tiba-tiba bibirnya bergetar seakan tak kuasa menahan genangan air di sudut matanya yang sudah sejak tadi ingin tumpah.

Yusuf menangis sejadi-jadinya sambil memeluk tubuh gadis itu. ini mungkin akan jadi pelukan terakhir yang akan ia dapatkan dari gadis mungil ini.

Yusuf melepaskan pelukannya lalu menatap gadis kecil itu dengan mata yang nampak sembab.

"Sekarang kita main bareng yah !" Ucapnya, tanpa menunggu jawaban dari gadis kecil itu ia Meraih sedotan putih dari tas kecil yang ia bawa dan membuka koper hitam lebar-lebar yang nampak kosong.

"Kamu Masi ingat petak umpet kan ?"

Gadis kecil itu mengangguk .

"Sekarang dokter mau kamu sembunyi di dalam koper ini yah !, Kamu mau kan ?" Tatapnya diiringi senyuman.

Gadis itu mengangguk tanpa jawaban, tidak menangis lagi.

Yusuf membaringkan tubuh gadis kecil itu kedalam koper itu dan membiarkan gadis itu bertelungkup di dalam koper. Yusuf memasukkan sedotan putih tersebut di muluk gadis itu.

"Kamu ingatkan waktu dokter bikinin jus buah naga ?" Gadis itu mengangguk.

"Dokter mau kamu isap sedotan ini kayak kamu isap jus buah naga itu ! ok ?".

Lagi-lagi gadis itu mengangguk. suara lembut Yusuf berhasil membuat gadis itu menjadi tenang.

"Jadi, kalau kamu mau bernafas di dalam koper hisepnya pake sedotan yah !"

"Ingat yah, jangan ngomong nanti kalau kamu ngomong ketahuan deh sama si cerewet itu kalau kamu sembunyi disini !"

Yusuf menunjuk pria remaja tersebut dengan telunjuknya. Gadis itu nampak tersenyum mendengar perkataan Yusuf.

"Ok ?"

"Ok," suara mungil tersebut terdengar membuat Yusuf tersenyum.

Dengan berat hati ia menutup koper tersebut lalu menyisahkan sedikit celah kecil untuk ujung sedotan putih tersebut agar gadis itu bisa bernafas lewat sedotan itu.

Yusuf bangkit lalu menatap pria remaja tersebut yang sudah sejak tadi menangis.

"Kamu Masi ingat kan nomor kursi mu ?"

"34." pria remaja itu menghapus air matanya yang sudah dari tadi tak henti-hentinya mengalir.

"Bukan !"

"Nomor kursi mu sekarang 35 ok !" Sambung Yusuf membuat raut wajah pria remaja tersebut kebingungan.

"Saya mau kamu Masuk ke pesawat sebagai dokter Yusuf !"

"Kenapa ?" Ujarnya tambah kebingungan.

Yusuf menarik nafas panjang lalu menggenggam jari-jari tangan pria remaja tersebut.

"Tarik kopernya !"

"Tapi-"

"Tarik kopernya !" Nada suara Yusuf mulai meninggi membuat pria remaja tersebut sedikit terkejut dan dengan cepat menarik koper tersebut sembari mengikut kemana Yusuf melangkah.

Pria remaja itu menatap wajah Yusuf yang nampak tegang. ia mampu merasakan ketegangan itu lewat gengaman jari-jari yang memegang erat jari-jarinya. Ia terus melangkah dengan tergesah-gesah ke arah pesawat yang tak lama lagi akan berangkat menuju Jakarta.

"Dokter mau apapun yang kamu dengar jangan menoleh dan apapun yang terjadi jangan menoleh! mengerti ?"

"Tapi-"

"Untuk yang terakhir kalinya dokter mau kamu menuruti permintaan saya !"

Pria remaja tersebut nampak kebingungan di tambah genggaman yang begitu erat di jari-jarinya yang mengakibatkan darahnya tak mengalir dengan lancar.

Pria remaja itu mulai melirik di sekelilingnya memastikan bahwa pria jahat dan anak buahnya sudah pergi dari tempat ini.

"Berhenti !!!" suara teriakan pria itu terdengar dari belakang membuat Yusuf semakin kuat mengengam jari-jari pria remaja itu.

"Ada yang memanggil," Ujarnya menatap Yusuf.

"Ingat jangan menoleh dan jangan berhenti apa pun yang terjadi !"

"Devan alwiyora saya peringatkan kepada anda untuk berhenti !!!"

Jadi, pria remaja itu adalah Devan lalu gadis kecil itu Siapa?

Suara pria itu semakin keras sementara Yusuf tak menghiraukan teriakan itu ia tetap melangkahkan kakinya ka arah pesawat.

Yusuf menoleh menatap ke sumber suara. dari kejauhan terlihat belasan pria berseragam hitam dengan kepala botak nampak menatapnya sambil menjulurkan pistol ke arahnya.

Yusuf Kembali menatap ke arah depan ia sedikit tersenyum dan terus melangkah. jari-jarinya semakin erat mengengam jari-jari Devan yang jari-jarinya sudah mati rasa.

DOR DOR DOR!!!!

Suara tembakan terdengar membuat Yusuf terhempas ke depan. genggaman jari-jari Yusuf yang semula erat kini perlahan lepas.

Devan membulatkan kedua matanya ketika menatap dokter Yusuf yang terkapar di hadapannya. kepalanya nampak mengeluarkan darah yang cukup banyak dan tumpah ruah di atas jalan. Devan menghentikan langkahnya ketika dokter Yusuf sudah tak lagi berdiri kokoh di sampingnya.

"Pe..e...ewww..rwr...Nn..ggih!!!" Suara itu terdengar namun, tak jelas tapi Devan Masi paham apa yang di katakan dokter Yusuf.

Dengan kaki yang gemetar Devan melangkahkan kakinya meninggalkan dokter yusuf. rasanya kakinya lemas bahkan ia tak mampu untuk mengerakkan kakinya namun, di paksa oleh keadaan.

Nafas Devan tarasa sesak ia seakan tak mampu untuk bernafas lagi ketika harus menerima kenyataan bahwa pria yang sudah menjaganya selama 9 bulan itu harus meregang nyawa hanya untuk menyelamatkannya dan gadis kecil itu.

Ia kini sudah tau mengapa dokter Yusuf menukar bajunya dengannya. jika saja ia tak menukar bajunya mungkin bukan dokter Yusuf yang di tembak dan berkahir di tanah tergeletak bersimbah darah tapi, devan.

Kedua bahu Devan bergetar diguncang tangisan yang membabi-buta menyisahkan duka pilu yang tiada Tara. Devan mengigit bibirnya berusaha untuk tidak mengeluarkan suara sedikit pun lalu darah segar mengalir dari bibirnya dan berakhir menetes di dagunya berulang kali, bibirnya robek karena giginya yang begitu kuat mengigit bibirnya.

"Maafkan saya."

Terpopuler

Comments

No name

No name

Kak, ada selisih umur yang membingungkan disini.Di saat ini, umur Cia adalah 4 tahun. Sedangkan di eposode 170-an umur Cia udah 5 tahun, saat sebelum kejadian ini terjadi.

2022-01-30

1

Siska Ika

Siska Ika

sedih we

2021-12-24

0

Fa Rel

Fa Rel

nyesekk

2021-12-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Bab 106
107 Bab 107
108 Bab 108
109 Bab 109
110 Bab 110
111 Bab 111
112 Bab 112
113 Bab 113
114 Bab 114
115 Bab 115
116 Bab 116
117 Bab 117
118 Bab 118
119 Bab 119
120 Bab 120
121 Bab 121
122 Bab 122
123 Bab 123
124 Pengumuman
125 Bab 124
126 Bab 125
127 Bab 126
128 Bab 127
129 Bab 128
130 Bab 129
131 Bab 130
132 Bab 131
133 Bab 132
134 Bab 133
135 Bab 134
136 Bab 135
137 Bab 136
138 Bab 137
139 Bab 138
140 Bab 139
141 Bab 140
142 Bab 141
143 Bab 142
144 Bab 143
145 Bab 144
146 Bab 145
147 Bab 146
148 Bab 147
149 Bab 148
150 Bab 149
151 Bab 150
152 Bab 151
153 Bab 152
154 Bab 153
155 Bab 154
156 Bab 155
157 Bab 156
158 Bab 157
159 Bab 158
160 Bab 159
161 Bab 160
162 Bab 161
163 Bab 162
164 Bab 163
165 Bab 164
166 Bab 165
167 Bab 166
168 167
169 Bab 168
170 Bab 169
171 Bab 170
172 Bab 171
173 Bab 172
174 Bab 173
175 Bab 174
176 Bab 175
177 Bab 176
178 Bab 177
179 Bab 178
180 Bab 179
181 Bab 180
182 Bab 181
183 Bab 182
184 Bab 183
185 Bab 184
186 Bab 185
187 Bab 186
188 Bab 187
189 Bab 188
190 Bab 189
191 Bab 190
192 Bab 191
193 Bab 192
194 Bab 193
195 Bab 194
196 Bab 195
197 Bab 196
198 Bab 197
199 Bab 198
200 Bab 199
201 Bab 200
202 Bab 201
203 Bab 202
204 Bab 203
205 Bab 204
206 Bab 205
207 Bab 206
208 Bab 207
209 Bab 208
210 Bab 209
211 Bab 210
212 Bab 211
213 Bab 212
214 Bab 213
215 Bab 214
216 Bab 215
217 Bab 216
218 Bab 217
219 Bab 218
220 Bab 219
221 Bab 220
222 Bab 221
223 Bab 222
224 Bab 223
225 Bab 224
226 Bab 225
227 226
228 227
229 Bab 228
230 Bab 229
231 Bab 230
232 Bab 231
233 Bab 232
234 Bab 233
235 Bab 234
236 Cerita Baru Islam Belajar Puasa
237 Bab 235
238 Bab 236
239 Bab 236
Episodes

Updated 239 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Bab 106
107
Bab 107
108
Bab 108
109
Bab 109
110
Bab 110
111
Bab 111
112
Bab 112
113
Bab 113
114
Bab 114
115
Bab 115
116
Bab 116
117
Bab 117
118
Bab 118
119
Bab 119
120
Bab 120
121
Bab 121
122
Bab 122
123
Bab 123
124
Pengumuman
125
Bab 124
126
Bab 125
127
Bab 126
128
Bab 127
129
Bab 128
130
Bab 129
131
Bab 130
132
Bab 131
133
Bab 132
134
Bab 133
135
Bab 134
136
Bab 135
137
Bab 136
138
Bab 137
139
Bab 138
140
Bab 139
141
Bab 140
142
Bab 141
143
Bab 142
144
Bab 143
145
Bab 144
146
Bab 145
147
Bab 146
148
Bab 147
149
Bab 148
150
Bab 149
151
Bab 150
152
Bab 151
153
Bab 152
154
Bab 153
155
Bab 154
156
Bab 155
157
Bab 156
158
Bab 157
159
Bab 158
160
Bab 159
161
Bab 160
162
Bab 161
163
Bab 162
164
Bab 163
165
Bab 164
166
Bab 165
167
Bab 166
168
167
169
Bab 168
170
Bab 169
171
Bab 170
172
Bab 171
173
Bab 172
174
Bab 173
175
Bab 174
176
Bab 175
177
Bab 176
178
Bab 177
179
Bab 178
180
Bab 179
181
Bab 180
182
Bab 181
183
Bab 182
184
Bab 183
185
Bab 184
186
Bab 185
187
Bab 186
188
Bab 187
189
Bab 188
190
Bab 189
191
Bab 190
192
Bab 191
193
Bab 192
194
Bab 193
195
Bab 194
196
Bab 195
197
Bab 196
198
Bab 197
199
Bab 198
200
Bab 199
201
Bab 200
202
Bab 201
203
Bab 202
204
Bab 203
205
Bab 204
206
Bab 205
207
Bab 206
208
Bab 207
209
Bab 208
210
Bab 209
211
Bab 210
212
Bab 211
213
Bab 212
214
Bab 213
215
Bab 214
216
Bab 215
217
Bab 216
218
Bab 217
219
Bab 218
220
Bab 219
221
Bab 220
222
Bab 221
223
Bab 222
224
Bab 223
225
Bab 224
226
Bab 225
227
226
228
227
229
Bab 228
230
Bab 229
231
Bab 230
232
Bab 231
233
Bab 232
234
Bab 233
235
Bab 234
236
Cerita Baru Islam Belajar Puasa
237
Bab 235
238
Bab 236
239
Bab 236

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!