Tak
kertas itu mendarat di atas meja kayu lalu mengelinding cepat dan terhenti ketika menyentuh siku gadis berkacamata yang nampak sibuk dengan kertas ulangan.
Matanya nampak membulat melihat kertas itu. dengan cepat dia menatap Bu Lia yang nampak sibuk dengan handphonenya. Untung saja Bu Lia tak melihat kertas itu jika, saja Bu Lia melihatnya ia pasti akan di tampar dengan seribu pertanyaan. Ia sudah tau siapa pemilik kertas tersebut, siapa lagi jika bukan si cia si gadis terlambat itu.
Syafika Sulastika lebih akrab dipanggil Fika, lebih tepatnya si kutu buku, itu kata-kata murid-murid lain. Hobinya hanya satu yaitu membaca jadi, julukan kutu buku itu memang tidak salah. Fika mulai membuka kertas tersebut yang bertuliskan
Ready
"Huh." Fika menghembuskan nafas berat, Cia memang selalu sangat menyusahkannya.
"Uhuk, uhuk, uhuk," suara batuk yang di buat-buat oleh Fika membuat cia tersenyum di bawah jendela.
Fika menarik nafas panjang lalu menghembuskannya lewat bibir mungilnya.
"Semoga ini yang terakhir," gumam Fika.
Fina menoleh, menatap Bu Lia yang masih sibuk dengan handphone nya.
"Siapa tuh yang berantem ?!!!" Teriak Fika sambil menunjuk keluar kelas. sontak semua orang yang ada di ruangan kelas berlari keluar kelas.
Cia melompat ke dalam kelas di tambah Fika yang menyambut tas cia yang di julurkan untuknya. Cia berlari dengan cepat ke meja guru lalu mengubah daftar hadir namanya di absen lalu keluar kelas memasuki kerumunan murid-murid yang nampak mencari orang yang kata fika berantem itu.
"Kok nggak ada?"
"Mana nih orang yang berantem?"
"Apa sih?"
"Iya kok nggak ada?" Ujar mereka sambil menatap ke sekitarnya. Tak ada sesuatu di sana.
"Iya, yah nggak ada," tambah Cia sok polos, tak berdosa dan tak tau apa-apa .
Tatapan terpusat menatap Cia. Cia terdiam apakah semuanya sadar jika, ia baru ada di dalam kelas.
"Sudah semuanya masuk!" Pintah Bu Lia membuat murid-murid lain bergegas masuk ke dalam kelas.
"Gimana sih lo, Fik? katanya ada yang berantem, mana?" Tanya Loli sinis.
"Bener kok tadi gue -"
"Iya nih, si Fika makanya kalau liat tuh pakai mata," tambah Cia.
"Iya, gue minta maaf" ujar Fika sambil tertunduk lebih tepatnya pura-pura menyesal.
...*****...
"Kampret lu, Ci." kesal Fika memukul meja dengan keras.
"Ingat yah! lain kali gue nggak bakalan nolongin Lo lagi! pake marah-marah segala tadi di kelas," Oceh Fika sambil menatap Cia yang sibuk dengan bakso yang ia pesan tadi .
"Lo juga harusnya berterima kasih sama gue karna udah ngerjain ulangan lo!" Fika terdiam menanti jawaban cia yang masih sibuk dengan baksonya.
"Ci lo dengar gue nggak sih?"
"Ci!!!"
"Cia!!"
"Berisik lo, Fik, udah lah makan ajah!!!" Teriak Cia membuat semua orang yang ada di kantin menatapnya bahkan dua orang pria yang melangkah untuk memesan makanan di kantin langsung terdiam menatap Cia dan Fika.
Fika nampak cemberut lalu meraih mangkok bakso yang sudah dari tadi di antar oleh Mang Adang.
Cia yang berniat memasukan bakso ke mulutnya langsung terdiam menatap semua orang yang sudah dari tadi menatapnya.
"Apa? ngapain liat-liat? kalian kira kalian kenyang kalau ngliatin gue?!!!" Bentak Cia membuat semuanya kembali dengan kegiatannya masing-masing.
Cia melirik Fika yang menyantap baksonya dengan lahap, sepertinya dia begitu lapar setelah marah-marah tadi.
"Kok, lo telat lagi?" Tanya Fika.
"Biasa lah"
"Mama lo lagi?" Tebaknya.
"Em." Cia mengangguk lalu meneguk habis segelas air.
"Lo nggak bisa telat kayak gini terus Cia, nih yah Lo pikir ajah misalnya lo lempar kertas dan nggak ada gue terus siapa yang nolongin lo ci?"
"Emang lu mau kemana?" Tatap Cia heran.
"Ya... Ya terserah, bisa ajakan gue honeymoon sama si Jungkook atau kawin lari sama si Kim taehyung."
"Ini nih banyak ngehalu lo, Fik." Cia tertawa cekikikan sambil menjambak rambut Fika dengan pelan.
"Ogi!"
"Hay Ogi!"
"Hay Ogi!"
"Mau makan yah?"
"Ogi, makasi yah udah balas chat aku!"
"Ogi!"
Suara ricuh terdengar di depan sana sambil mengerumuni 3 orang pria yang melangkah masuk kedalam kantin.
Ogi Yefano Sanjaya pria tampan yang melangkah paling depan itu merupakan pria tampan yang pernah ada disekolah ini. semuanya tergila-gila dengan ketampanannya terutama cia.
Cia dari kejauhan sudah menganga dan menatap Ogi dengan tatapan kagum.
"Gila." Cia menyenggol Fika cepat dengan sikunya.
"Apa sih, Ci?"
"Si Ogi ganteng banget yah, Fik," bisik Cia.
"Ganteng sih tapi, Fuckboy."
"Fuckboy dari mana sih?"
"Ya ampun Ci, lo nggak tau? semua udah pada tau kali kalau si Ogi itu Fuckboy, buktinya hampir setiap Minggu dia itu ganti pacar."
"Namanya juga orang ganteng, yah wajar lah banyak yang mau."
"Tapi nggak sampai tiap minggu juga kali gonta-ganti pasangan," Bisik Fika membuat Cia terdiam lalu menatap Ogi yang nampak duduk di bangku bersama ke dua sahabatnya Bastian dan Dirga.
...______********_______...
Tatapannya terpusat menatap ikan-ikan warna warni di dalam akuarium yang berenang dengan begitu lincah. Bibir pria tampan itu nampak tersenyum seakan terbawa dengan suasana yang begitu menyejukkan.
Rumah baru ini cukup menyenangkan walaupun ia lebih suka dengan rumahnya yang lama. Adelio Dzakiy Aruf pria tampan dengan tinggi 180 cm itu lebih akrab di panggil Adelio.
"Adelio!" Panggil seseorang.
Seseorang melangkah masuk kedalam kamar Adelio sambil membawa beberapa pakaian yang telah dilipat. sontak membuat Adeliao dengan cepat duduk di pinggir kasur menghadap ke jendela kamarnya yang memperlihatkan pemandangan kota Jakarta.
Julia menghembuskan nafas berat ia memang sudah berhasil membuat hati anaknya sakit. selain ia telah memisahkan Adelio dengan ayahnya ia juga berhasil memisahkan Adelio dengan kampung halamannya.
"Kamu sudah makan?" Julia mulai menyusun pakaian putra satu-satunya itu kedalam lemari.
"Aku mau pulang Bu."
Julia terdiam. kalimat itu lagi-lagi terlontar dari mulut putranya.
"Tempat kita di Makassar bukan di Jakarta" ujarnya lagi.
"Ibu tau." Julia mengangguk cepat.
"Ayah ada di sana."
"Adelio! ibu harap kamu bisa mengerti."
"Ayahmu di sana tapi, keinginannya bukan yang ada di sini. ibu harap kamu bisa mengerti," tegas Julia.
Julia melangkah pergi meninggalkan Adelio yang masih menatap pemandangan kota jakarta. Ia tau jika, Ayahnya memang sudah salah karena memiliki wanita lain makanya ibunya pulang kembali ke kota kelahirannya.
Adelio menghempaskan tubuhnya ke kasur lalu menghembuskan nafas berat. Rumah baru, suasana baru, pemandangan baru, orang-orang baru dan sekolah baru. Hal yang paling Adelio benci adalah ketika ia harus berhadapan dan beradaptasi dengan sesuatu yang baru. Entah bagaimana keadaannya di hari senin nanti di sekolah barunya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 239 Episodes
Comments
Siska Ika
semangat
2021-12-24
0
Fa Rel
masih meraba crita nya awalan ok aja sih
2021-12-11
0
mintil
masih raba2
2021-09-19
1