Matahari merangkak naik memancarkan pesonanya saat terios Dimas berhenti di muka cake shop miliknya.
Raga tegap itu menatap Shofi sebelum mengajak wanita itu turun. "Kamu siap dengan pekerjaan barumu, bukan?"
"Apa sulit?"
"Tidak! Nanti aku akan suruh Aldo mengajari dan mendampingi pekerjaanmu untuk beberapa hari ke depan." Shofi masih bergeming.
"Jangan melamum seperti itu, memang awalnya aneh mengerjakan yang bukan bidang kita, tapi dengan berjalan waktu kamu akan terbiasa dan nyaman. Lagipula hanya di sini kamu bisa bekerja tanpa identitas dan kualifikasi apapun. Bukankah kamu ingin segera pergi dari vilaku?" Shofi mengangguk.
"Good. Ayo turun!" Baru handel itu akan di tarik, Dimas memanggil. "Oh iya Shof!"
"Iya, Om?"
"Beberapa orang pasti akan heran dengan wajahmu yang mirip istriku. Di dalam nanti kamu adalah sepupu Lyra. Kamu paham?"
"Paham, Om!" Dimas mengangguk. Setelahnya keduanya masuk ke dalam.
_______________
Melewati pintu masuk, seorang pria dewasa tampak sudah berdiri menyambut kedatangan atasannya.
Beberapa saat setelahnya seluruh pekerja dikumpulkan. Dengan lugas Dimas memperkenalkan Shofi sebagai manager cake shop yang baru menggantikan Riana yang sering tidak masuk akhir-akhir ini. Semua pegawai mengangguk. Hingga setelahnya Dimas meminta Aldo dan Shofi masuk ke ruangannya.
Dimas mengutarakan pada Aldo, pria yang kini aktif di cake shop Jakarta membantu Dirga itu agar beberapa hari ke depan membantu Shofi untuk pekerjaan barunya.
Ditempat berbeda, seorang kakak tampak kesulitan membangunkan adiknya yang tertidur.
"Gaa, bangun!"
"Ahh ... kakak mengganggu tidurku saja!"
"Sampai jam berapa semalam? Maaf Kakak sudah tidur!"
"Jam 2, Ka. Aku berusaha menelepon Kakak tapi tidak di angkat, akhirnya aku masuk memakai kunci cadangan," ujar Dirga. Setelah menuntaskan pekerjaannya di Bekasi, ia yang hatinya sakit setelah sang ayah menamparnya memilih ke Jakarta ke apartemen kakak perempuannya.
"Pulang pagi? Darimana saja kamu? Tidak melakukan hal aneh-aneh, kan? Ingat ucapan Bunda dulu, jauhi dunia malam dan teman-teman yang mengajak kita pergi ke tempat-tempat itu!"
"Apa sih Kak, aku hanya minum sirop di kafe. Kakak sudah sering membahas ini, jangan membuat bunda menanggung siksa dari perilaku anak-anaknya, betul begitu kan, Ka!"
"Bagus jika kamu ingat! Tumben pulang ke sini?"
"Suntuk Kak! Kemarin pertama kalinya ayah menamparku, karena apa Kak? Karena membela wanita yang mengambil wajah bunda. Sungguh Ayah kelewatan!"
"Mbak Shofi?"
"Siapa lagi!"
"Kita harus percaya pada ayah, Ga. Ia pasti sudah mempertimbangkan baik-buruk apa yang ia lakukan!"
"Jadi Kakak setuju wanita itu tinggal di vila kita dan menumpang hidup dengan ayah?"
"Nyatanya ayah bisa kembali bersemangat setelah kehadirannya! Kita semua tau bagaimana ayah terpuruk 4 tahun itu tanpa bunda."
"Tapi semua salah, Kak. Bagaimana tanggapan orang pada ayah!" Raut kemarahan masih mendominasi wajah Dirga.
"Toh ayah saja santai, kenapa kita repot!"
"Aku sangat yakin, Kak, wanita itu pasti punya niat buruk dengan masih tinggal bersama ayah!" serius Dirga bangkit dan masuk ke kamar mandi.
"Maksudnya?"
"Kakak jangan pura-pura bodoh, wanita itu pasti mau menjerat ayah dengan memanfaatkan wajah bunda!" teriak Dirga dari dalam kamar mandi.
"Kamu fikir ayah pria bodoh yang mudah masuk perangkap wanita itu!" Mayra balik berteriak.
Dirga keluar kamar mandi. "Tidak ada yang tidak mungkin kan,Kak! Atau bahkan hati ayah kini sudah terpaut pada wanita itu, karena ia nyata selalu ada di sisi ayah!"
"Jangan-jangan kamu melontar kalimat seperti itu kemarin hingga ayah menamparmu!"
"Iya aku memang mengatakan itu!"
"Tidak heran ayah melakukannya! Kita sama-sama tau di hati ayah hanya ada bunda dan kata-katamu itu telah meragukannya!"
"Apapun itu, ayah telah menamparku karena wanita itu! Andai bunda masih ada ... hahh ... aku sedih keluarga kita jadi terpencar semenjak bunda tidak ada." Mayra menunduk mengiyakan.
"Oh ya Kak, belum ada kabar dari Diyara? Anak itu kalau sudah menginap di tempat om Bumi lupa pada keluarga kandungnya!"
"Jangan begitu, Om Bumi juga ayah Diyara! Lagipula dia di Surabaya hanya saat libur semester seperti saat ini. Dia belum mengabari kapan kembali, tapi Kakak meminta sebelum pertunagan Kakak dengan Kak Billy minggu depan ia harus sudah pulang dan ia mengiyakan."
"Baguslah!"
"Kamu sendiri menginap di tempat Kakak, berarti Qii sendiri di rumah?" Pandangan Mayra menatap Dirga.
"Aku sudah bilang pada Qii akan ke sini. Toh di rumah juga ada bik Imas, ia tidak sendiri!"
"Jangan sering meninggalkan Qii. Ingat kita berdua sudah saling berjanji menjaga adik-adik kita. Aku bersama Diyara yang memang kuliah pendidikan guru di Jakarta. Dan kamu menjaga Qinara yang menyukai design dan memilih kuliah di Bandung."
"Andai saat itu ayah tidak terpuruk! Bahkan saat ini ayah sudah kembali bersemangat tapi ia masih memilih tinggal di vila!"
"Karena di rumah kita terlalu banyak kenangan bunda, sedang di vila ayah merasa tenang. Toh ayah tidak abai dan selalu rutin mengunjungi dan mengontrol kita dari jauh! Hahh ... sudahlah, lekas bangun dan sarapan! Tadi Kakak buat roti bakar spesial kesukaanmu. Kakak harus ke rumah sakit ada operasi jantung jam 10 nanti!" Dirga mengangguk.
______________
Di cake shop daerah Dago, Shofi terlihat cepat belajar. Kini ia didampingi Aldo tampak serius di depan komputer. Diam-diam Aldo senang mencuri pandang Shofi.
"Apa laporanku benar, Pak! Pak ... Pak Aldo?"
"Oh iya, maaf ... ada apa Shof?"
"Coba cek laporan yang saya buat, Pak! Apa seperti ini benar?"
"Sebentar. Ini ... oke ... oke ... sip, semua benar. Kamu pintar cepat belajar, Shof!"
"Karena pak Aldo mengajari saya dengan teliti!" Aldo tersenyum.
"Apa aku terlihat begitu tua, Shof? Panggilan Bapak agak risih kudengar!"
"Memang Bapak terlihat dewasa! Bapak juga atasan saya!" Shofi tersenyum.
"Hahh ... begitukah? Tapi perlu kamu tau aku belum menikah, Shof!" Shofi tak menghiraukan dan tampak asik menekan tombol-tombol di hadapannya hingga tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka.
"Masih sibuk! Ayo kita makan siang!" Dimas yang menyadari sudah masuk jam istirahat keluar dari ruangannya dan menghampiri Shofi.
"Om ... oh maksud saya Bapak makan siang duluan saja. Saya belum lapar, Pak!"
"Shof, tidak ada bekerja di jam istirahat! Ayo ikut!"
"Istirahatlah dulu, Shof!" ucap Aldo melihat tatapan Dimas yang sedang tak ingin dibantah! Shofi pun beranjak.
______________
"Bagaimana? Sedikit banyak kamu sudah tau apa saja pekerjaanmu, bukan?"
"Iya, Om."
"Andai Surat Tugas Kedokteranmu tidak terbakar saat kejadian itu, aku pasti merekomendasikanmu pada rekanku yang bekerja di rumah sakit!" Shofi tersenyum.
"Terima kasih, Om. Aku akan lebih keras menyesuaikan diri dengan bidang baruku ini."
"Tapi aku akan membantu mengurusnya di universitas tempatmu mengenyam pendidikan. Bagaimana pun kamu telah bersusah payah meraihnya, jadi tidak akan kubiarkan pendidikanmu sia-sia!"
"Tidak perlu repot, Om," ucap Shofi sembari memasukkan sendok berisi ketoprak ke mulutnya.
"Aku tidak repot! Oh ya, setelah makan siang ini aku akan mengecek cabang shopku yang lain dan pulang kerja aku akan menengok putriku Qinara. Kamu pulang bersama Aldo tidak masalah, bukan?"
"Duhh ... aku bukan anak kecil, Om. Aku bisa naik angkot atau ojek online sampai ke rumah!"
"Pulanglah bersama Aldo, aku akan lebih tenang!" Sesaat Shofi tak melepas pandang itu, hati kecilnya selalu tersentuh dengan perhatian Dimas.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
⛅Happy reading😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
EndRu
dunia novel.. dunia ga selebar daun kelor...
2023-03-31
0
Mita Karolina
Biar mudeng akunya dengan jalan ceritanya,harus baca dari judul novel yg mana dulu thor?
2022-09-16
0
𝒜⃟ᴺᴮEkaE𝆯⃟🚀Alfahrizi💫HIA
waah Sofie masih punya pendukung...setidaknya Sofie tdk benar2 terlihat buruk di mata anak2 om Dimas, semangat Thor 😘😘😘😘
2021-12-29
0