Pagi itu ia berangkat lebih pagi ke luar dari rumah hendak mempersiapkan meeting dengan beberapa insvestor. Entah mengapa jemarinya sedang ingin melewati jalan tembus itu guna mencari panorama pegunungan dan pepohonan yang menjadi pusat oksigen.
Tak diduga mobil yang dikendarainya mogok. Rusdi sang sopir dengan cekatan turun ke bawah melewati jalan setapak mencari air untuk kebutuhan kendaraannya.
Pria itu seketika naik ke atas dan terlihat panik. Ia terus berujar hal yang tak mampu tuannya pahami. Jemarinya terus menunjuk ke arah bawah yang membuat tuannya merasa harus memastikan yang terjadi.
Ia terhenyak, seorang wanita dengan wajah terluka tersangkut di pepohonan, ia dengan jiwa sosialnya dibantu Rusdi sang sopir berusaha menyelamatkan raga yang sedang berada pada posisi pesakitan tersebut.
Setelah 10 menit berusaha akhirnya raga itu berhasil ia raih. Di telan kasar salivanya saat ia menangkap banyak luka disekujur tubuh tak terkecuali di bagian wajah wanita yang terdapat luka bakar sehingga menyebabkan wajah itu sulit dikenali.
Hal lain yang tertangkap indranya pula adalah harum parfum yang dipakai sang wanita yang sangat tidak asing untuknya. Ya, harum tubuh itu yang sama persis dengan harum tubuh mendiang istrinya.
Dibawanya raga itu ke Rumah Sakit terdekat, dengan alasan wanita itu adalah kerabat yang kecelakaan akhirnya proses operasi demi operasi dapat dilakukan.
Dokter memanggil pria itu, menerangkan kondisi pasien yang belum lama ditanganinya. Operasi di beberapa tulang rusuk dan di kaki sang wanita telah dilakukan, luka-luka di sekujur tubuh pun telah dilakukan tindakan. Namun ada satu bagian yang belum dilakukan tindakan maksimal. Wajah!
Luka bakar di wajah itu telah dilakukan tindakan. Namun sang dokter memberi pernyataan bahwa kondisi wajah itu tak akan kembali seperti semula. Selamanya wanita itu akan cacat.
Entah kekuatan apa yang merasuki sang pria hingga tiba-tiba ia menuturkan agar dokter segera melakukan tindakan operasi wajah jika luka-luka bakar itu telah mengering. Dan dikarenakan ia sendiri tak tau wajah semula wanita itu, ditunjukanlah foto mendiang istrinya yang menjadi gambar latar ponselnya.
Setelah mengalami koma 2 bulan, akhirnya netra wanita itu terbuka. Tindakan pemulihan setelahnya dilakukan, seperti mengenali orang sekitar, terapi anggota gerak seperti berjalan, menggerakkan tubuh, menggerakkan tangan, juga penyesuaian sang wanita dengan wajah barunya.
Hingga 4 bulan setelahnya ia berangsur pulih dan dapat beraktivitas normal layaknya orang lain.
Lepas dari berbagai pemulihan, awalnya sang wanita tidak banyak bicara. Ia hanya mengangguk dan menggeleng menanggapi tanya sang pria dan 2 orang pekerja di vila tersebut. Namun dengan ketulusan yang ditunjukkan sang pria yang seolah menganggapnya begitu istimewa. Hatinya terketuk, ia merasa di hargai dan memiliki nilai sebagai manusia, setelah berbagai pelik mewarnai kehidupannya sebelum peristiwa naas itu terjadi.
Kini satu tahun berlalu setelah ia pulih dari berbagai sakit di tubuh dan hatinya. Ia kembali menjadi wanita ceria. Namun di hatinya masih terselip kekhawatiran jika sosok-sosok masa lalu muncul di hadapannya. Ia belum siap bertemu mereka, walau nyatanya mereka pun tak akan mengenali dirinya lagi setelah perubahan yang terjadi di wajahnya.
_______________
Setelah perjalanan panjang, pukul 13:10 akhirnya Terios itu masuk ke pelataran sebuah Vila bertingkat dengan sebuah kolam renang di bagian kanan, juga bunga-bunga yang tertata cantik di bagian kiri.
Kedua raga turun dan langsung memasuki kamar masing-masing. Karena belum menunaikan ibadah zuhur, sang wanita segera menjalankan ibadah dan merebahkan tubuh yang letih di atas ranjang setelahnya.
________________
BRUG ...
Aaa ....
Mobil terhempas dan menabrak pohon-pohon besar, bagian depan mobil tampak dipenuhi asap, hingga seketika suara nyaring itu terdengar dari arah belakang mobil.
DUAR ...
Pintu di sisinya terbuka dan tubuh itu terpental. Terasa bebatuan turut menghujani tubuhnya. Pandangan itu samar, area wajahnya terasa begitu sakit terkena serpihan mobil yang begitu panas bercampur percikan api ... beberapa kali tubuhnya menabrak benda-benda tumpul dan tajam yang tak dapat ia ketahui dengan jelas namun rasa yang ditimbulkan sangat sakit dan perih di sekujur tubuhnya. Ia masih dapat melihat kobaran api dan kepulan asap yang begitu besar dari arah mobilnya.
Ia pun melihat raga wanita lain terpental bersebrang arah dari posisinya. Bibir itu terus memanggil nama sosok yang mengisi hatinya.
"Mas ... mas Syafiiqq ... tolong ...!" Seruan bak angin lalu hingga sekelebat di sekitarnya menjadi putih ... tampak sosok pria mengendong seorang bayi menjauh bersama seorang wanita dan kedua anak lain bersamanya.
"Jangan ... jangan pergi Mas! Jangan tinggalkan aku! Mas ... Masss ....!
"Shofi, sadarlah!"
Mata itu terbuka. Tampak seorang pria tegap dengan jemari yang masih berada di bahunya.
"Om ...!"
"Mimpi buruk kejadian itu lagi?" Wajah itu mengangguk.
Seketika netra sang wanita berkaca, satu-persatu bulir menetes mengingat kejadian naas pagi itu.
________________
"Kenapa mbak Shofi terlihat sangat terburu-buru? Kita mau ke mana sebetulnya, Mbak?" Karin sang perawat di rumah sakitnya terdahulu yang sudah ia anggap sahabat dan seperti adik itu tampak heran.
Pasalnya sekarang baru pukul 5 dan wanita semampai di hadapannya telah berdandan cantik, merapihkan barang-barang putri suaminya tersebut pula.
"Aku sudah letih, Karin! Aku akan pergi ke tempat yang sangat jauh!"
"Tapi Mbak, bukankah mbak sudah jadi wanita satu-satunya kini?" ucap Karin.
"Wanita satu-satunya yang memiliki sedikit cinta dari suaminya."
"Maksud, Mbak?"
"Bahkan mas Syafiq semalam menghabiskan waktu bersama istri pertamanya."
"Bukankah kata mbak mereka akan bercerai dan 7 bulan ini mas Syafiq tidak pernah bertemu istrinya itu?"
"Iya ... segalanya baik-baik sebelum kemarin wanita paruh baya itu datang."
"Si-apa?"
"Mertua mas Syafiq. Ia ke sini memberitahukan kebenaran bahwa dokter Billy dan Fura ternyata satu ayah. Hal yang membuat mereka tak bisa bersama. Setelahnya mas Syafiq tampak bimbang, ia seakan memiliki jalan dan bersemangat kembali untuk bersama istri pertamanya itu."
Hahh ...
Napas kasar itu keluar. "Sabar, Mbak." iba Karin. Shofi kembali mengeluarkan bulir itu.
"Lalu apa yang akan mbak lakukan setelah ini?" tanya Karin kembali.
"Aku sudah memesan tiket melalui online untuk tujuan Surabaya. Aku akan menenangkan diri di rumah teman di sana. Setelah mengantar Hana ke tempat yang seharusnya, aku akan ke Bandara dan kau bawalah mobil ini. Pakai dan rawatlah sampai aku kembali."
"Sungguh, Mbak?" Shofi mengangguk.
"Sudah sana mandi! Pesawatku jam 9, jadi kita harus bergegas! Oh ya, pakai saja bajuku di lemari ... tubuh kita kan tak beda jauh!" Karin mengangguk.
Setelah mandi, Karin melihat-lihat acsesoris milik Shofi. Shopi menangkap pemandangan itu.
"Kalau ada barangku yang kamu suka ambil saja. Toh akan kutinggalkan!"
"Ahh, Mbak Shofi kenapa begitu baik?"
"Jangan sungkan! Oh ya, Kamu juga sekarang memakai jilbab, pakai dan bawa saja jilbabku! Banyak yang sudah lama tak kugunakan!" Seketika Karin memeluk tubuh Shofi. "Terima kasih, Mbak!"
•
•
Suasana semakin terik. Setelah mengantar Hana putri suami dengan istri pertama yang beberapa bulan ini tinggal bersama, Shofi yang khawatir akan terlambat ke Bandara jika melalui jalan utama yang padat di jam itu, akhirnya memutuskan melewati jalan setapak yang sedikit terjal.
Hingga di tengah jalan, kemudi itu tak terkendali. Roda bannya bocor. Laju mobil oleng ke kanan dan ke kiri tak tentu arah hingga roda itu terpelosok dalam jurang dan peristiwa itu terjadi.
_______________
"Shof ...!"
"Ahhh ...." Ia tersadar dari lamunnya.
Ya, ia adalah Shofi sang istri kedua yang lagi-lagi menerima takdir tak mengenakkan untuk hidupnya. Bersyukur saat itu ia bertemu jiwa-jiwa tulus penuh asih yang tanpa pamrih merawat dan menyembuhkan segala lukanya.
Sosok pria matang itu hadir ... Dimas Anggoro, walau usianya lebih dari setengah abad, namun pancaran ketampanan dan tubuh tegapnya membuat yang melihat tak akan menyangka usia usia pria itu telah memasuki 53 tahun.
Jiwa kesepian itu memiliki andil besar dalam hidup kedua Shofi. Ia juga masih membiarkan Shofi tinggal gratis dalam vila itu. Ya, pria itu yang bersisian kamar dengannya lagi-lagi menyadarkan saat mimpi buruk itu kembali hadir. Mimpi buruk bayangan kejadian naas yang selalu mengganggu tidurnya.
Ditatapnya pria dengan sorot mata sayu yang meneduhkan dengan seberkas senyum tulus mengarah pada wajahnya.
"Ayo minumlah air ini dulu! Tarik napas dan buang perlahan. Yakin segalanya akan baik-baik saja! Hal buruk itu sudah terlewat. Jangan ingat!"
"Tidak bisa, Om ...! Karin! Karin yang terbaring dengan nisanku! Bagaimana aku menutup rasa bersalah ini! Andai aku tak mengajaknya bersamaku hari itu!"
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
⛅Happy Reading😘
⛅Dua bab ini diulang ya, untuk pembaca baru yang tidak membaca novel "TERNYATA AKU ORANG KETIGA" agar tau awal kisah ini❤❤
⛅Mohon jangan di skip yaa, karena akan mempengaruhi performa karya ini😊🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Bundanya Pandu Pharamadina
masih nyimak, alurnya belum paham👍❤
2023-04-11
0
Aliya Jazila
aku juga agak bingung baca nya
2023-04-09
0
EndRu
Agak bingung awalnya karena Kak Thor nulisnya Kiran di part lalu. ternyata Karin sang perawat sahabat Shofi
2023-03-31
0