"Maaf, Sayang. Aku sampai melupakan kalau ada orang lain di sini. Soalnya ... tubuhmu terlalu menggoda di mataku," ungkap Floryn dengan entengnya.
"Astaga ... aku kira ada apa." Setelah mengatakan hal itu, Enrik langsung saja menutupi tubuhnya dengan selimut. Ia berpaling dari Floryn dan Ambar.
Sedikit senyum mengejek terukir di sudut bibir Floryn. Ia berpaling ke arah Ambar dan meminta wanita itu untuk mendekat.
"Iya, Nyah."
"Tolong kamu buatkan saya susu berry, ya!" perintah Floryn. Biasanya ia akan meminta Mira yang membuatkan susu itu untuknya. Namun tidak untuk malam ini. Ia ingin melakukan sesuatu yang mungkin akan membuat hatinya tertawa sekali lagi.
"Baik, Nyah," sahut Ambar tanpa berani membantah. Padahal, semua juga tahu kalau membuatkan susu berry adalah tugas Mira.
"Bar," panggil Floryn lagi sebelum sosok itu keluar dari kamarnya. "Harus kamu yang membuatnya, oke?" Floryn memastikan.
Ambar mengangguk di depan majikannya. Kemudian, ia bergegas keluar dari kamar itu.
Di luar kamar, Ambar menghentakkan kaki saat menuruni tangga. Ia kesal karena apa yang majikannya lakukan dengan Enrik.
"Cih! Dasar sombong! Kalau saja tidak ada Tuan Alvin, Tuan Enrik pasti sudah menceraikannya!" omel Ambar yang kembali mengingat pembicaraannya dengan Enrik tadi siang.
Enrik bilang, ia tidak mungkin menceraikan Floryn karena wanita itu merupakan ibu dari anak tunggalnya. Jika ia menceraikan Floryn, sudah dipastikan ia tidak akan bisa bertemu lagi dengan Alvin untuk waktu yang lama. Sayang sekali, Enrik begitu mencintai putra tunggalnya itu.
"Coba saja, aku bisa dekat dengan Tuan Alvin. Pasti ceritanya akan berbeda!" sambung Ambar.
Kakinya terus melangkah hingga ia sampai di dapur. Di sana, Ambar langsung saja mengambil kotak susu yang ada di dalam lemari.
Setelah hampir lima menit membuatnya, segelas susu berry siap diantarkan. Dengan sebuah nampan, Ambar membawa gelas itu naik ke atas.
"Eh, kok kamu yang buatin susunya? Kamu tidak salah? Nanti Nyonya marah, loh ...," kata Mira yang baru muncul dari arah depan. Pada jam-jam segini biasanya Mira akan duduk-duduk di pos sekuriti setelah mengantarkan segelas kopi untuk satpam di rumah itu.
"Ck! Ini lagi satu! Udahlah, Bik! Saya lagi kesel! Gak usah ditambah-tambahin!" tukas Ambar tanpa rasa hormat sedikit pun. Padahal, usia Mira jauh lebih tua daripada dirinya.
Untung saja Mira adalah sosok yang cuek dan tidak terlalu mempedulikan mulut jelek Ambar. Prinsipnya hanya satu, anjing menggonggong kafilah berlalu. Selama wanita itu tidak merugikannya, Mira akan mengabaikan setiap ucapan ketus yang ia dengar.
Mira tersenyum kecut dan pergi dari sana. Sudah cukup larut dan ia memilih untuk tidur. Besok pagi ia harus kembali bangun pagi dan menyiapkan segala keperluan majikannya.
***
Saat ini Floryn tengah mengusap lembut punggung Enrik yang sepertinya telah benar-benar tidur. Ia sendiri sudah mengganti pakaiannya yang tadi, dengan gaun tidur semi transparan (Bukan lingerie karena Floryn tidak berani mengenakannya).
"Mas Sayang ... beneran sudah tidur? Padahal aku merindukanmu, loh ...," bisik Floryn tepat di samping telinga sang suami.
"Hhhmmm ...," lirih Enrik yang hanya menjawab pertanyaan itu dengan berbalik menghadap sang istri.
Belaian tangan Floryn beralih ke otot lengan Enrik yang semakin kekar. Maklum, anak orang kaya. Walaupun pergi ke kantor hanya untuk duduk-duduk, perusahaan tidak akan bangkrut. Enrik lebih suka mengangkat barbel ketimbang membuka map file yang diberikan padanya.
Keluarga Enrik memang bukan keluarga kaya raya jaya yang tidak perlu takut miskin, tapi tetap saja, Enrik bukanlah sosok penentu atas kemajuan perusahan. Tuan Edward-lah yang memegang kuasa penuh.
"Kamu bisa apa tanpa ayahmu, Mas?" batin Floryn mengejek.
Tok tok tok.
Suara ketukan pada pintu mengalihkan fokus Floryn.
"Masuk!" sahut Floryn agak nyaring.
Pintu kamar itu terbuka dan Ambar muncul dari sana. Floryn bisa melihat jika wajah Ambar mulai kesal dengan apa yang dilihatnya saat ini.
"Ini susunya, Nyonya ...," kata Ambar yang sudah ingin meletakkan nampan tadi di atas nakas.
Floryn mengangguk. Setelah Ambar meletakkannya di atas nakas, ia beranjak pergi.
Sebelum Ambar benar-benar keluar dari kamarnya, Floryn mengambil gelas itu dan menjatuhkannya di samping tempat tidur. Gerakan Floryn begitu rapi hingga Ambar sendiri terkejut dengan hal tersebut.
"Aaww!" pekik Floryn seraya menutup mulutnya sendiri.
Hal itu membuat Ambar terkejut dan Enrik terbangun dari pembaringan.
"Ada apa, Sayang?" tanya Enrik yang sudah mendekati Floryn dan memegangi kedua bahunya. Untuk sejenak, Floryn tersentuh dengan perhatian itu. Namun, kenyataan menyadarkannya kembali.
"Susunya panas banget, Mas ...," lirih Floryn dengan suara samar. Ia menutupi mulutnya dengan punggung tangan kanan.
Kini tatapan Enrik beralih kepada Ambar. Ia seperti tidak percaya dengan kinerja Ambar.
"Apa kamu tidak tahu cara membuat susu?!" tukas Enrik yang sedang membela Floryn.
Ya, Enrik harus melakukannya atau hubungan dekat di antara ia dan Ambar akan terlihat jelas.
"Ta-tahu, Tuan. Sa-saya yakin ... susunya tidak panas," bela Ambar menatap yakin pada keduanya.
Netra Floryn berkaca-kaca.
"Mari kita lihat isi hatimu, Mas ...," batin Floryn penuh harap. "Apakah dia hanya pemuasmu ... atau sudah lebih dari itu ...."
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Nurul Lailla
lanjutkan ryn.... keluar kan semua jurus agar mereka mbongkar sendiri perselingkuhannya..
2022-07-19
1
Mpok Nana
Dassar,, babu gak tau diri,,!!
2022-02-07
1
Kiki Sulandari
Floryn bermain cantik untuk membongkar perselingkuhan Erik & Ambar...
2021-12-05
1