Floryn merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur queen size yang merupakan tempat tidur lamanya saat ia masih sekolah.
Ya, saat ini Floryn sudah berada di rumah ibunya lagi. Di sana juga masih ada Alvin, yang kata ibunya sudah terlelap sejak satu jam yang lalu.
Sebenarnya, ia menyesal karena telah memilih untuk tidak langsung pulang saja. Hal ini membuat suami dan selingkuhannya memiliki waktu lebih banyak untuk berduaan. Pembantunya yang satu lagi tidak mungkin bisa mengetahui apa yang Enrik dan Ambar lakukan. Ia terlalu sibuk dengan pekerjaan rumah. Pun dengan satpam dan tukang kebunnya.
Tinju Floryn mengepal. Tiba-tiba saja hatinya kembali terasa sakit. Dengan cepat, ia duduk di tepi tempat tidur dan mengambil HP-nya.
"Sudah jam sepuluh ... biarlah! Aku tidak mau mereka bebas melakukan apa saja di rumah kami. Bagaimanapun juga, aku ikut menyumbang saat kami membeli rumah itu," kata Floryn kepada dirinya sendiri.
Floryn memutuskan untuk berpakaian kembali dan pulang ke rumahnya sendiri. Sebelum pergi dari sana, ia tidak lupa menyampaikan izin kepada sang ibu. Floryn tidak mau ibunya kebingungan karena ia tidak ada di rumah keesokan harinya.
***
Setelah perjalanan yang tidak begitu jauh, saat ini Floryn sudah berada lagi di depan rumahnya dan Enrik.
Di depan pintu rumahnya yang cukup luas dengan dua lantai dan empat kamar tidur, Floryn menekan bel sebanyak lima kalikali tanpa jeda. Floryn sengaja melakukannya karena ia tidak mau masuk dan kembali melihat tubuh telanjang dua orang yang bukan suami istri sedang bergelut manja.
Tidak lama kemudian, seorang pembantu rumah tangganya yang bernama Mira terlihat terburu-buru menghampiri pintu utama.
Pintu rumahnya terbuka. Floryn melangkah masuk ke dalam rumah tanpa ragu sedikit pun.
"Di mana tuan?" tanya Floryn tanpa menghentikan langkah kakinya menuju ke lantai dua.
"Tuan ada di kamar, Nyah. Tadi dari bawah sepertinya mengambil minum," jelas Mira.
"Wah wah wah ... rupanya masih meneruskan permainan tadi siang, ya? Sudah kuduga," batin Floryn yang menjadi semakin kesal.
"Koper saya tertinggal di rumah ibu saya." Floryn meninggalkan Mira yang berhenti di bawah tangga.
Sesampainya di lantai atas, Floryn melihat Ambar yang baru saja keluar dari dalam kamarnya dengan Enrik.
Ingin sekali ia menarik rambut panjang wanita itu dan melemparnya dari lantai dua. Pasti puas sekali rasanya.
"Nyonya ...," sapa Ambar yang berhenti di depannya dengan kepala tertunduk.
"Ambar. Kamu ngapain di dalam sana? Apa Tuan Enrik sudah tidur?" tanya Floryn seperti tidak mengetahui apa-apa.
"Iya, Nyonya. Tuan sudah tidur. Saya hanya menyiapkan pakaian kerja untuk esok pagi. Saya kira Nyonya belum pulang hari ini," sahut Ambar dengan sangat meyakinkan. Tidak ada sedikit pun keraguan terdengar di sana. Floryn tidak menyangka, pembantunya itu pandai sekali berlakon.
"Oh."
"Saya permisi, Nyonya ...," kata Ambar yang sudah bersiap untuk pergi.
Namun, Floryn menahan lengan Ambar sehingga wanita itu tidak bisa pergi ke mana-mana.
"Tunggu sebentar. Aku ingin kamu melakukan sesuatu. Coba ikut," kata Floryn dengan tegas.
Mau tidak mau, Ambar mangikuti majikannya yang berjalan terus menuju kamar utama.
Floryn membuka pintu kamar tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Semerbak aroma terapi langsung menerpa indra penciumannya. Enrik memang menyukai aroma terapi. Tapi tidak pernah menyalakannya saat akan pergi tidur.
Di atas tempat tidurnya, ia bisa melihat sang suami yang sedang terlelap tanpa atasan. Floryn sendiri ragu, apakah suaminya itu mengenakan celana di bawah selimutnya.
Dengan sangat anggun, Floryn duduk di samping Enrik. Ia mengelus lembaran rambut yang terlihat acak-acakan. Lalu menyentuh dada bidang sang suami tepat di hadapan Ambar. Floryn sengaja melakukan semua itu untuk memanas-manasi pembantunya.
Akan tetapi, tiba-tiba saja tangan nakal Floryn ditangkap oleh Enrik. Hal itu membuat Floryn memekik kaget.
"Mas ...," lirih Floryn kemudian. Kini, ia mulai merasa jika nafsvnya perlahan naik. Padahal di sana ada orang lain, yaitu Ambar.
"Sayang ... kamu sudah pulang? Aku kesepian dan merindukanmu," ungkap Enrik yang langsung saja menarik wajah Floryn agar lebih dekat dengannya.
Dengan sangat lembut, Enrik menyentuh bibir lembut Floryn dan mulai menjelajah di dalam sana. Mengabsen setiap rongga yang menyisakan ruang.
Sesungguhnya, Floryn merasa begitu jijik tapi bernafsv di saat yang bersamaan. Tangannya tidak bisa untuk tidak menyentuh tubuh Enrik yang selalu berhasil memuaskannya selama ini.
"Ma-maaf, Nyah ... se-sebaiknya sa-ya pe-pergi ...," lirih Ambar yang terdengar susah payah untuk menyelesaikan kalimatnya.
Floryn tersenyum. Ia merasa telah menang dari pembantu kurang ajar itu. Akan tetapi, saat mendengar suara Ambar, Enrik menyudahi permainannya dan berusaha untuk duduk. Rupanya ia tidak menyadari kehadiran Ambar di sana sejak tadi.
"Ambar? Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Enrik ketus.
"Ma-maaf, Tuan. Tapi Nyonya yang meminta saya untuk mengikutinya," jawab Ambar dengan kepala tertunduk.
Enrik merasa aneh. "Sayang?"
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Nurul Lailla
rasain kamu ember, floryn kini menunjukan siapa pemilik enrik sebenarnya tanpa harus berkata2, walaupun jijik kasih dia pelajaran ryn... sip.
2022-07-19
1
Nines Windia Anggaraeni
Semoga floryn bisa mandiri dan sukses tampa bantun sang suami biar nyesel
2022-02-10
1
Mpok Nana
Ihh,, jdi pembantu mau aja d obok",,, hiih,, gelleh,.
2022-02-07
2