Angkasa
Rutinitas harian yang ia lakukan adalah bekerja dan bekerja, apalagi Kakak satu-satunya sudah memutuskan untuk menjadi seorang pengajar di kampus, melimpahkan semua pekerjaan padanya. Terhitung setelah kelahiran anak pertama sang Kakak satu setengah tahun yang lalu, ia mulai bekerja aktif di perusahaan Ayah. Tapi tetap saja masih sering konsultasi dengan Ayah dan juga Adnan.
Seperti siang ini, ia sengaja datang ke rumah sang Kakak untuk membahas beberapa pekerjaan yang belum ia kuasai, seperti biasa datang tak pernah memberi kabar terlebih dahulu, sering kali membuatnya tak bertemu dengan Adnan. Tapi masih saja di lakukan, entah karena lupa atau memang sengaja.
"Assalamualaikum," mengucap salam sambil masuk ke dalam rumah sang Kakak bahkan pemiliknya pun belum menjawab salam darinya.
"Aidan, Om kamu yang paling cakep datang," ucapnya sambil mencari di mana bayi kecil itu berada.
"Makin ganteng aja kayak Omnya, duh anak pinter." Ia mengangkat Aidan yang sedang bermain di karpet bersama pengasuhnya.
Aidan tertawa lepas, saat tubuhnya di angkat tinggi-tinggi, bahkan tidak menolak ketika dirinya mencium seluruh wajah Aidan yang menggemaskan.
"Papa sama Mamanya ke mana ya, Mbak?" tanyanya pada pengasuh Aidan karena rumah tampak sepi, hanya ada Aidan dan pengasuhnya saja yang tampak.
"Bapak ada di belakang Den, sama anak anak didiknya, kalau Ibu lagi jemput Non Cantika," jawab pengasuh tersebut.
Di belakang rumah sang Kakak memang ada gazebo yang letaknya dekat kolam renang, biasanya jika ada mahasiswa bimbingan sang Kakak, mereka sering berdiskusi di gazebo tersebut.
"Yaudah aku ke belakang, biar Aidan aku bawa," ucapnya sambil melangkah menuju tempat di mana Kakaknya berada. Menggendong Aidan yang asik menarik-narik rambutnya.
Ia mengajak keponakannya itu bermain di taman belakang, tepat di samping gazebo yang di duduki Adnan dan dua pemuda yang sepertinya memang mahasiswanya. Ternyata kedua mahasiswa itu tidak lama, baru saja ia bermain sekitar lima menit dengan Aidan terlihat kedua mahasiswa itu pamit undur diri.
"Lo enggak ke kampus, Bang?" tanyanya ketika dia mahasiswa itu sudah tak terlihat batang hidungnya.
"Biasa free kalau hari Rabu," jawab sang Abang sambil mengotak-atik laptop dihadapannya.
"Tumben enggak ngisi seminar atau apalah yang biasa Lo lakuin,"
"Enggak, jadwal kosong sampe sebulan ke depan, tau kalau ada jadwal dadakan, sih," masih setia menatap laptop dihadapannya, entah sedang mengerjakan apa.
"Papapa.. aku Papa, itut Papa," Aidan menarik-narik baju sang Papa yang mengabaikan kehadirannya.
"Mau ikut Papa ya, sini sayang," Adnan mengambil alih Aidan dari pangkuan Angkasa, menciumi pipi gembul putranya dengan gemas.
"Bang, Lo enggak ada niatan gitu gantiin gue ke Jepang, cuma sebulan, ajak deh anak dan bini Lo, gue males banget kalo harus pergi-pergi ke luar," Angkasa mengutarakan niatnya. Sejak seminggu lalu setelah mendapatkan mandat dari sang Ayah, jika ia harus ke Jepang mewakili perusahaan Ayah selama satu bulan di sana, ia selalu membujuk Abangnya itu untuk menggantikan dirinya. Entah kenapa ia malas sekali datang ke negara tersebut, ralat bukan ke negara tersebut tapi sedang malas ke luar negeri.
"Enggaklah, itu pekerjaan yang harus Lo lakuin, itu tanggung jawab Lo, belajarlah untuk bertanggung jawab dengan pekerjaan Lo saat ini,"
"Iya gue ngerti, tapi enggak tahu kenapa rasanya gue males aja gitu," keluhnya.
Di tengah-tengah obrolan mereka, tiba-tiba Cantika datang sambil membawa ponsel di tangannya, berseru riang saat mendekat ke arah Aidan.
"Onty, onty, ini dedek Aidannya. Dek dedek ini onty cantik," Cantika mengarahkan kamera ke wajah Aidan yang tergelak sambil memasukkan lima jarinya ke dalam mulut.
"Ih, jijik dedek," Cantika mencoba melepaskan jari-jari itu dari mulut Aidan, tapi kembali di masukkan lagi oleh Aidan ketika jari itu terlepas.
"Hallo gantengnya Onty, makin ganteng aja makin gemesin deh,"
Suara seseorang di seberang sana membuatnya mematung, ia seperti mengenal suara itu, ah iya bukankah itu suara gadis yang ia rindukan, tapi kenapa bisa gadis itu menelfon istri Abangnya. Tunggu, jadi selama ini mereka saling berhubungan tapi merahasiakan ini darinya, tega banget, padahal ia sudah seperti orang gila saat ingin mengetahui di mana keberadaan gadis itu.
Ia hanya bisa menahan kekesalannya, hingga Alisha datang dan mengambil alih Aidan, lalu membawa keponakannya itu ke dalam.
"Jadi, kalian selama ini tahu di mana Yesha?" tanyanya tak sabar pada sang Abang.
Adnan terlihat menghela nafas, "Baru beberapa bulan lalu, itu aja dia yang nelfon duluan, tapi tidak memberitahu di mana dia tinggal," jawab Adnan.
"Tega banget ya kalian berdua," Angkasa mendengus, ia kecewa dengan abangnya itu.
"Bukan begitu, dia yang melarang kata Alisha, gue juga enggak begitu paham,"
Angkasa berdecak, kenapa mereka berdua tega dengan dirinya.
*****
Angkasa memandangi kertas yang ada di tangannya sejak tadi, ia gusar antara ke Jepang untuk urusan pekerjaan atau Ke Jerman menemui pujaan hatinya. Ah, sepertinya hanya ia yang memuja gadis itu, entah seperti apa perasaan gadis itu terhadap dirinya, sepertinya ia tidak di anggap ada dalam perjalanan hidup gadis itu.
"Ahh, kenapa baru tahu sekarang si, coba dari seminggu lalu, pasti gue milih ke Jerman dulu, sialan banget si Adnan!" kekesalannya membuat ia mengumpat. Frustasi dengan keadaan sekarang, jika ia memilih ke Jerman sudah pasti Ayah akan murka, tentu ia tidak mau itu terjadi, jika ia ke Jepang, itu artinya ia harus menunggu sebulan lagi baru bisa bertemu dengan gadis itu. Ah, sialan memang.
Ya, Angkasa baru saja mendapatkan alamat tempat tinggal Yesha dari Alisha, tentu saja dengan susah payah ia mendapatkannya, bahkan ia sampai hampir putus asa karena Kakak iparnya itu tak kunjung memberikan alamat tersebut. Jika saja sang Abang tidak membujuk istrinya, maka sudah di pastika ia tidak akan mendapatkan alamat tersebut.
Bukannya bahagia, setelah mendapatkan alamat itu ia justru tidak tenang, apalagi ia tidak bisa langsung datang saat ini juga, karena sebuah pekerjaan tentunya, makin frustasi saja rasanya.
Lalu ia meraih benda persegi yang terbungkus oleh kertas kado, sudah lama sekali ia kehilangan benda tersebut, tapi sekarang dengan mudahnya benda itu kembali. Dan ia sempat terkejut saat menerima benda itu dari Kakak iparnya.
"Sebenarnya gue udah janji sama dia, enggak akan ngasih alamat ini ke Lo, dengan berat hati akhirnya gue kasih deh, kasian gue sama Lo, dan ini satu lagi titipan dari dia, katanya dia nemuin ponsel Lo di depan kampus, bukan dia sih yang Nemu, bisa di tangan dia karena temennya yang ngasih, setelah liat WP Lo isinya foto dia. Ini sebenarnya udah lama di tangan gue, tapi dia masih belum ngijinin kalau benda ini gue kasih ke Lo," ucapan panjang lebar Kakak Iparnya selalu terngiang di telinganya.
Jadi selama ini ponsel kesayangannya yang isinya do penuhi foto seorang gadis, enggak ilang beneran justru tersimpan rapi, bahkan tidak kurang sedikit pun.
"Sebegitu enggak maunya ya kamu bertemu sama Aku," gumamnya.
"Tapi gue harus ke sana, nyusulin dia. Seenggaknya gue tahu gimana perasaan dia," ia tidak akan menyerah begitu saja dan terus akan memperjuangkan cintanya pada seorang gadis yang sudah mencuri hatinya sejak lama bahkan lama sekali.
.
.
Maaf kalau tidak sesuai harapan kalian nantinya yah, cerita ini akan berat buat Angkasa dan juga buat Yesha, tapi pasti akan berahir bahagia. Memang sengaja buat Angkasa harus berjuang dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
mustika
yesha sama rangga aja thor
2021-11-06
0
🇮🇩⨀⃝⃟⃞☯Ayodyatama🌹
pilih rangga atau angkas atau ga keduanya🤔🤔
2021-10-12
2
꧁༺Asyfa༻꧂
semangat kak, ✊✊
2021-10-05
1