Yesha yang ditatap secara intens oleh Rangga juga merasa risi, dan gugup. Jujur sudah lama tak ada yang menatapnya seperti itu, selain sang mantan yang sudah menjadi milik orang lain.
"Ada apa sih Kak?" tanyanya mengalihkan pandangan supaya tidak bersitatap dengan Rangga.
Bukannya menjawab, Rangga justru mendekat dan duduk di sisi Yesha, membuat gadis itu terkejut. perasannya semakin tidak enak ketika melihat Rangga tak melepaskan tatapannya.
"Lihat aku sebentar saja," pinta Rangga, karena Yesha masih enggan menatapnya meskipun ia berbicara.
Yesha menarik nafas, lalu membuangnya secara perlahan, berharap degub jantungnya kembali normal, karena sejak Rangga duduk di sisi ya entah kenapa degub jantungnya tak bisa di kendalikan. Ia pun menatap Rangga setelah menormalkan degub jantungnya.
Sebenarnya yang di rasakan Rangga pun sama, tapi ia mencoba untuk mengendalikannya, meskipun sangat sulit.
Rangga merogoh saku kemejanya, mengeluarkan sebuah kotak bludru berwarna biru, lalu membuka kota tersebut yang ternyata isinya sebuah cincin bermata berlian.
Perasaan Yesha makin tak karuan ketika melihat benda apa yang Rangga keluarkan dari sakunya, sekarang ia tahu apa yang akan di sampaikan oleh Rangga, tapi jujur ia tak memiliki jawaban, meskipun ia sebenarnya juga kagum dengan sosok Rangga. Tapi untuk mencintai ia belum seberani itu, takut hatinya kembali patah.
"Aku sayang sama kamu Ay, maukah kamu menikah denganku?" ucap Rangga sedikit gugup.
Yesha terkejut, ia bahkan sampai menutup mulut, ia tidak menyangkan jika Rangga akan langsung melamarnya, ia kira Rangga mengajaknya untuk pacaran. Ah, tidak mungkin juga ya jika Rangga mengajak pacaran, apalagi Rangga sekarang berbeda dengan Rangga yang dulu ia kenal.
"Gimana Ay?" tanya Rangga lagi, karena Yesha masih diam membisu.
"Maaf Kak," lirih Yesha sambil menunduk.
Rangga menghembuskan nafas kecewa, "Sudah aku duga jika kamu pasti menolaknya," ucapnya.
Mendengar ucapan Rangga Yesha pun mengangkat kepalanya menatap pemuda itu, "Bukan begitu Kak, jika Kak Rangga memang serius mau menikahi ku, datanglah ke hadapan orang tua ku, aku akan ikut apa kata mereka, karena aku udah janji akan menyelesaikan kuliah dulu, baru menikah, sedangkan saat ini aku masih kuliah Kak," ucapnya.
"Serius?"
Yesha mengangguk lalu tersenyum. "Aku akan terima cincin itu jika kedua orang tuaku setuju," ucapnya.
"Baiklah, lusa aku akan cuti beberapa hari, aku akan datang ke rumah orang tua mu," ucap Rangga antusias.
"Kalau soal perasaan, gimana perasaanmu ke aku?" tanya Rangga, ia penasaran apakah perasaan mereka berdua sama atau tidak.
"Itu rahasia," jawab Yesha.
"Yaudah deh, semoga sama perasaan kita. Oh iya sampai lupa belum pesan makanan, kamu tidak keberatan kan kalau kita makan dulu?"
Yesha mengangguk, "Iya Kak," jawabnya.
"Tapi aku masih deg-degan, semoga aja orang tua kamu menerima aku nanti," ucap Rangga sambil membaca beberapa menu makanan lalu memesannya.
Yesha hanya tersenyum menanggapi, ia juga mulai memesan makanan.
*****
Setelah ungkapan cintanya pada Yesha, Rangga tidak pernah menghubungi atau mendatangi gadis itu lagi. Entah apa yang di lakukan oleh pemuda itu, padahal Yesha merasa memiliki sedikit rasa rindu untuk pemuda itu, ah entahlah kenapa kesannya ia mengharap banyak pada Rangga. Sepertinya menjadi istri Rangga sangat membahagiakan, apalagi pemuda itu selalu memperlakukan ia dan kedua sahabatnya dengan baik, waktu jadi seniornya di kampus juga pemuda itu terlihat baik, meskipun waktu itu ia tahu jika Rangga memiliki kekasih. Ngomong-ngomong tentang kekasih, kemana sekarang kekasih Rangga?
"Kia, hape Lo bunyi mulu dari tadi!" seru Elsa dari arah luar kamar, membuat Yesha terkejut dan tersadar dari lamunannya.
Ah iya, tadi meletakkan ponsel di ruang tamu, kira-kira siapa yang menelfon ya?
"Iya El," Yesha beranjak dari duduknya, menuju ruang tamu di mana letak ponselnya.
Ia mengernyitkan dahi, tumben sekali Maminya menelfon berkali-kali seperti tidak sabar. Ia jadi khawatir, apakah terjadi sesuatu di rumah, bubur menelfon kembali sang Mami, takut terjadi sesuatu di sana.
"Assalamualaikum, Mam, ada apa?" sapa Yesha ketika telfon tersambung dengan sang Mama.
Yesha terlihat terkejut saat mendengar ucapan sang Mami dari seberang sana, bahkan ia sampai menutup mulutnya, entah apa yang terjadi sehingga ekspresi Yesha seperti itu.
Elsa yang baru datang dari dapur mengernyit, memerhatikan Yesha yang seperti orang uring-uringan atau tepatnya seperti seseorang yang baru saja mendapatkan hadiah paling istimewa. Setelah Yesha menutup telfonnya, ia pun segera menghampiri sahabatnya yang terduduk lemas sambil bersandar di sofa.
"Lo kenapa Ki?" tanya Elsa penasaran.
Yesha mengatur nafas secara perlahan, setelah sedikit tenang ia pun memeluk Elsa, tanpa menjawab pertanyaan sahabatnya itu terlebih dahulu, membuat Elsa makin bingung dan takut terjadi sesuatu.
Elsa melepaskan pelukan Yesha lalu menatap mata gadis itu, "Lo baik-baik aja kan, Ki? Ada apa cerita sama gue, kok Lo lemes gini, ada apa Ki, jangan buat gue mati penasaran," ucapnya sambil menggoncang tubuh Yesha.
Yesha menghembuskan nafas perlahan lalu menatap Elsa dengan tatapan tak terbaca, "Gue harus bahagia atau sedih ini ya, jujur gue terkejut banget El, duh gimana ya, Lo pasti enggak akan percaya ini," ucapnya, ia masih belum yakin dengan semua kejadian yang ia alami pagi ini.
"Apa sih Ki, jangan bikin gue mati penasaran deh," protes Elsa.
"Lo pasti enggak akan percaya, gue aja masih belum percaya, duh gimana ya," lagi-lagi Yesha tidak menjawab pertanyaan Elsa.
"Iyalah gue enggak percaya, Lo ngomong aja belom," Elsa pura-pura merajuk dengan melipat kedua tangannya di depan dada.
"Oke gue ngomong, tapi dengerin baik-baik ya, jangan potong omongan gue," ucap Yesha.
Elsa hanya mengangguk karena malas berbicara, sejak tadi saja pertanyaannya belum ada yang di jawab.
"Tadi Mami gue telfon, bilang kalau ada orang yang datang ke rumah gue, mau ngelamar gue, oto...." Yesha tidak melanjutkan ucapannya karena Elsa lebih dulu memotong ucapannya.
"Serius!" seru Elsa.
Yesha membulatkan bila matanya, "Udah gue bilang dengerin dulu, jangan di potong Eel sayang," ucapnya.
"Ups, maaf keceplosan," Elsa menutup mulutnya dengan salah satu tangan.
"Lo tahu siapa yang ngelamar gue? Coba tebak,"
Elsa berfikir sejenak, "Angkasa?" tebaknya.
Yesha menggeleng,
"Terus siapa dong?" tanya Elsa.
"Gue kemarin bilang sama Lo kan, kalau ada yang nyatain perasaan ke gue, dan gue belum kasih tahu siapa orangnya, nah itu orang yang sama, Lo tahu siapa?"
Elsa kembali menggeleng.
"Kak Rangga," jawab Yesha tanpa keraguan sedikit pun
"What? Serius Lo? Gue kira dokter rumah sakit yang sering Lo ceritain itu, duh gue patah hati dong," Elsa pura-pura lemas mendengar ucapan Yesha.
"Tapi gue bahagia, gue tahu kalau Kak Rangga sebenarnya sayang sama Lo, terus gimana Lo terima apa tolak?"
"Gue pasrahin sama ortu, gue akan terima apa keputusan mereka,"
"Anak berbakti, duh kalau di terima gue enggak bisa bayangin gimana rumah tangga kalian, pasti bahagia banget," Elsa justru menghayal tentang masa depan Yesha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Devi Erisanti
semoga bahagian Ayesha..jgn lupa undangan buat aku
2021-12-21
0
🇮🇩⨀⃝⃟⃞☯Ayodyatama🌹
alloh maha membolak balikkan hati🤭
2021-10-12
1
Entin Fatkurina
lanjut lanjut lanjut lanjut author
2021-10-05
0