ALY 3

Sudah hampir seminggu lebih setelah pertemuannya dengan Rangga di toko buku, Yesha tak pernah sekali pun bertemu dengan pemuda itu, membuatnya bernafas lega, ia pikir waktu itu Rangga hanya bercanda. Jujur ia sebenarnya tidak sanggup jika harus menjadi guru private Rangga, alasannya tentu saja karena mereka bukan muhrim. Jika saja yang ingin diajari mengaji seorang perempuan, ia pasti akan dengan senang hati menerimanya.

Ting Tong

Ting Tong

Ia yang sedang fokus menatap layar laptopnya terlonjak kaget karena tak biasanya di weekend seperti ini ada tamu datang pagi-pagi. Ia pun beranjak dari duduknya dan membuka pintu apartemen, terkejut saat mendapati siapa yang bertamu di pagi ini.

"Assalamualaikum, selamat pagi, Ay," sapa ora tersebut.

"Wa'alaikumussalam, pagi Kak," Jawa Yesha dengan senyum yang terkembang.

"Elsa ada?" tanya orang tersebut yang tak lain adalah Rangga.

Yesha bernafas lega saat Rangga justru mencari Elsa bukan dirinya, jujur ia masih ragu jika Rangga benar-benar minta di ajari mengaji.

"Oh, ada kak, masuk dulu, aku paggilkan dia," jawab Yesha, lalu masuk dan mempersilakan Rangga untuk ikut masuk juga.

"Kalian enggak ada acara hari ini, kan?" tanya Rangga setelah memasuki apartemen tersebut.

"Enggak Kak. Duduk dulu, aku panggil si Elsa,"

"Enggak usah, aku ke sini mau ketemu sama kamu, menagih janji waktu di toko buku," Rangga mencegah Yesha, karena memang tujuannya untuk bertemu dengan Yesha, ia tak mungkin jika hanya berdua di dalam apartemen bersama Yesha, makanya tadi menanyakan keberadaan Elsa.

Yesha tertegun, ia tidak mengerti kenapa Rangga menanyakan keberadaan Elsa jika ia yang di cari?

"Maksudku tadi kita tidak mungkin jika hanya berdua di dalam apartemen, dan bermaksud mengajakmu ke tempat lain jika Elsa tidak, tapi karena Elsa ada, jadi di apartemen saja, tidak masalah, kan?" seakan Rangga tahu apa yang dipikirkan oleh Yesha.

Yesha tersenyum, ia mengerti sekarang. Ia kagum dengan pemuda itu, meskipun baru beberapa bulan masuk Islam tapi sangat mengerti tata cara pergaulan dalam Islam.

"Bentar, aku ambil wudhu dulu," Yesha pun kembali akan melangkah masuk, tapi keburu Rangga kembali berucap.

"Sekalian minta sama Elsa untuk menemani kita di sini," pinta Rangga, ia tak mau terjadi fitnah.

Yesha mengangguk lalu kembali melanjutkan langkah masuk ke dalam, meninggalkan Rangga yang sudah duduk di sofa dengan nyaman.

****

Dua gadis memerhatikan seseorang yang sedang fokus membaca penggalan-penggalan ayat suci yang terdapat di dalam buku panduan belajar mengaji, keduanya menyimak dengan saksama dan sesekali memberitahu jika ada yang salah dalam pengucapan panjang pendek atau bahkan salah menyebut huruf arabnya.

"Terimakasih ya untuk kalian berdua, aku memang udah belajar, tapi masih belum faham semua, aku akan kembali lagi kalau kalian ada waktu," ucap Rangga ketika telah selesai membaca beberapa ayat suci.

"Sama-sama Kak, kita belajar sama-sama, nanti aku kabari kalau pas kita ada waktu luang," timpal Yesha mengantar kepergian Rangga yang memang sudah berpamitan pulang.

"Padahal baru setengah tahun mualaf, tapi udah jago gitu ya, aku salut sama dia," celetuk Elsa setelah kepergian Rangga. Ia yang sejak tadi hanya menyimak kini mengutarakan kekagumannya pada sosok Rangga.

"Biasalah, karena makin penasaran maka makin gencar buat cari tahu, sedangkan kita yang sejak kecil udah di kenalkan makin dewasa bukannya makin penasaran malah kadang tambah bosan, kebanyakan seperti itu, kan?" ucap Yesha kembali duduk di sofa yang tadi ia duduki.

Elsa mengangguk, "Bener juga ya Ki, harusnya kita malu sama orang-orang seperti Kak Rangga," ucapnya. Ia sendiri bahkan jarang sekali baca ayat suci, apalagi setelah seharian capek dengan kegiatan kampus yang seabrek.

Hampir tiap hari, Rangga menemui Yesha, ketika gadis itu sedang tidak sibuk. Jika di apartemen ada Elsa maka Rangga datang ke apartemen Yesha, jika Elsa tidak ada mereka janjian bertemu di kafe yang tidak terlalu ramai. Sebagai ucapan terimakasih, terkadang Rangga mengajak dua gadis itu untuk makan dan ia yang menanggung semuanya, terkadang pula Rangga menjadi guru private buat dua gadis itu disaat mereka kesulitan menghadapi materi ujian.

Ayesha juga selalu menyempatkan diri di tengah sibuknya menyusun skripsi, ia selalu enggan menolak permintaan Rangga jika menyangkut masalah belajar mengaji, entah apa alasannya. Meskipun terkadang mereka belajar hanya seminggu dua kali atau bahkan hanya sekali saat hari Minggu saja, mengingat Yesha yang juga harus membagi waktu untuk kuliahnya.

Tak terasa, kuliahnya hampir usai, tapi ini bukan akhir segalanya, bisa di bilang ini adalah awal dari perjuangan panjangnya menjadi seorang dokter. Karena setelah menyelesaikan pendidikannya, ia harus mempraktekkan semua yang ia pelajari selama menjadi mahasiswa kedokteran. Kurang lebih selama satu setengah tahun atau dua tahun lamanya ia harus koas di sebuah rumah sakit yang menjadi pilihannya. Tentu saja ia memilih rumah sakit yang dekat dengan apartemen miliknya, rasanya belum mau meninggalkan negara ini, ia ingin memperdalam ilmu kedokterannya di negara ini.

***

Rangga beberapa kali meminta solusi pada ustadz yang dulu menuntunnya mengucap dua kalimat syahadat, tentang belajarnya dengan Yesha. Jujur ia pun merasa tak nyaman sebenarnya, tapi mau bagaimana lagi, di tempat ini bahkan di tempat kerja ia tidak memiliki teman muslim yang bisa mengajari dia mengaji. Ada beberapa teman dokternya yang muslim, tapi mereka juga sama dengan Rangga tidak pandai membaca ayat suci, dan dengan terpaksa ia benar-benar datang menemui Yesha.

"Jika kalian sering berdua, meskipun tujuannya baik, tetap saja itu tidak boleh dalam Islam, kecuali kalian menikah, menjadi sepasang suami istri, itu justru sangat baik, berpahala pula. Tapi jika saat ini kalian sering berdua meskipun di tengah keramaian, bisa saja setan berada diantaranya," ucapan ustadz selalu terngiang dalam pikiran Rangga. Bahkan saat ia akan datang menemui Yesha selalu saja ia tunda karena ucapan ustadz itu.

Alhasil sudah hampir seminggu ia tidak belajar bersama Yesha, belajar sendiri meskipun terkadang banyak melakukan kesalahan.

Jujur ia sebenarnya memiliki perasaan yang terpendam pada gadis itu, bahkan sejak pertama kali bertemu di negara ini, tapi tentu ia tak memiliki keberanian untuk menanyakan hal tersebut pada Yesha, ia belum percaya diri jika harus berhadapan dengan kedua orang tua Yesha.

Setelah mempertimbangkan ucapan ustadz, dan meyakinkan diri sendiri, kini ia telah siap mengungkapkan keinginannya pada gadis itu, apalagi setelah mendengar ucapan teman sesama profesinya, setelah melihat Yesha beberapa hari di rumah sakit, yang mengatakan ketertarikannya pada gadis itu, ia pun semakin membulatkan tekatnya.

"Maaf telat, udah lama nunggunya Kak?" ucapan Yesha menyadarkan Rangga dari lamunannya.

"Eh, enggak kok, baru aja duduk ini," jawab Rangga, jujur ia sangat gugup ketika melihat Yesha berada di hadapannya, tak seperti biasanya karena kali ini akan membahas hal lain tidak seperti biasanya.

"Mau langsung mulai apa makan dulu?" tanya Yesha.

"Tapi kali ini aku tidak akan membahas tentang itu, ada hal lain yang ingin aku katakan, kamu tidak keberatan, kan?" ucap Rangga serius, menatap manik mata hitam milik Yesha yang kini terlihat memancarkan sebuah kebingungan.

Terpopuler

Comments

Ririe Handay

Ririe Handay

gentleman kamu Rangga

2021-12-07

0

M⃠∂я𝓦⃟֯𝓓🆁🅰🅹🅰Riᷯsͧkᷜyͥ⁴ᵐ❤

M⃠∂я𝓦⃟֯𝓓🆁🅰🅹🅰Riᷯsͧkᷜyͥ⁴ᵐ❤

apakah yesha menerima rangga

2021-10-30

0

🇮🇩⨀⃝⃟⃞☯Ayodyatama🌹

🇮🇩⨀⃝⃟⃞☯Ayodyatama🌹

angkasa patah hati lg donk

2021-10-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!