05

"Juju,"panggil manja Andri.

Juju mengabaikan Andri dengan serius membaca bukunya.

" Juju,lihat paman," katanya dengan meliuk-liuk badannya seperti cacing kepanasan. Namun Juju tak mengalihkan matanya dari buku yang ia baca.

Andri terdiam, lalu menghampiri Juju yang sedang asyik membaca buku.

" Juju," panggil Andri lagi.

"...."

Andri menghela nafas, ia kemudian memikirkan sebuah cara.

"Lihat!,"katanya memperlihatkan sebuah buku. "Paman punya Buku yang kamu cari,"sambungnya.

Juju menutup bukunya lalu menoleh, matanya bersinar tatkala mendapati buku yang ia cari ada di depan matanya. Tangan kecil nya meraih buku itu tapi...Andri langsung menjauhkan buku itu dari jangkauannya.

Matanya mendelik tajam pada Andri. Sedangkan Andri tersenyum penuh kemenangan.

Juju meletakkan kedua tangan nya di dada.

"Apa yang paman inginkan?,"

"Berhentilah mengabaikan paman,oke,"

"aku tak mengabaikan paman,apa paman tak lihat?, aku sedang membaca buku," terangnya ,memperlihat kan buku yang ia baca tadi.

"Jangan berbohong, dari tadi paman panggil, tapi kamu tak menengok sedikit pun pada paman. Paman tahu, kamu pasti marah gara-gara kemarin bukan? paman mengaku salah, sebagai permintaan maaf, paman akan lakukan apapun yang kamu inginkan,"

Juju tersenyum licik mendengar perkataan pamannya.

"Apapun?"tanyanya memastikan.

Andri mengangguk kegirangan.

"Iya, apapun,"

"Kalau begitu baiklah aku maaf kan paman, tapi berjanjilah satu hal padaku,"

"Apa itu?,"

"Jangan beritahu Bubu apapun yang akan kita lakukan hari ini,"katanya serius.

"Tentu saja," timpalnya."Memangnya apa yang akan kita lakukan?,".

Beberapa saat kemudian disuatu tempat.

Andri hanya bisa tertegun karena Juju membawanya kembali ke Rumah sakit.

"Juju?,mengapa kamu membawa paman kembali ke Rumah sakit?,apa tak ada tempat lain selain Rumah sakit yang bisa kita kunjungi?,"

"Paman seperti ibu-ibu komplek sebelah,"ejeknya lalu berjalan meninggalkan Andri yang masih tertegun. ia kembali menoleh kebelakang karena tak mendapati Andri di sampingnya.

"Paman!,sampai kapan paman akan berdiri disana?,"teriaknya.

Andri tersadar dan mendapati Juju yang sudah berada jauh di depannya.

"Tunggu paman,"katanya , berlari menyusul Juju yang mulai menjauh darinya.

Langkah mereka terhenti di depan ruang forensik tempat untuk menganalisa DNA. Andri mengerutkan kedua alisnya kemudian melirik Juju, Juju membalas menatap Andri santai, ia kemudian sesuatu di dalam tas gendongnya lalu menyerahkan 2 helai rambut yang sudah dibungkus apik pada Andri.

"Ini rambut siapa?,"

"Bisakah paman berhenti bertanya?,kepala ku terasa sakit setiap paman menanyakan sesuatu,"cibir Juju."cepat berikan rambut itu pada mereka atau aku akan marah dan bilang pada Bubu yang sebenar ....mmm", Andri langsung membekap mulutnya lalu tersenyum pasrah.

"Baiklah, baiklah kalau begitu paman akan masuk, tapi kamu jangan kemana-kemana,"pesannya.

Juju mengangguk , ia menunggu Andri di kursi tunggu. Beberapa saat kemudian Andri keluar dari ruangan itu. Juju pun langsung mengajaknya 0pulang kerumah.

Andri tertegun.

"Apa kita tak menunggu hasilnya,"

"Apa paman tak tahu?,butuh waktu sekitar 2-4 minggu agar bisa mengetahui hasil testnya,"

"Benarkah?...bukan kah hanya butuh sehari saja?"

"Paman, ini dunia nyata bukan drama berhentilah menonton sesuatu yang bisa membuatmu bodoh,"ejeknya, pergi meninggalkannya yang masih tertegun.

'*dia persis seperti ibunya' batinnya.

2 minggu kemudian*

Juju dan Andri kembali kerumah sakit untuk mengambil hasil test DNA tentunya mereka lakukan tanpa sepengetahuan Aulina.

"Berikan padaku,"

Andri pun dengan pasrah memberikan sebuah amplop yang berisikan hasil test DNA. Tangan kecilnya perlahan membuka amplop itu dengan perasaan gugup. kali ini ia bisa memastikan kalau dugaannya benar. Senyumnya mengembang karena dugaan nya benar tentang paman Aldan yang ia temui waktu itu adalah Ayah kandungnya.

Tapi ia bingung bagaimana cara memberitahu ayahnya kalau dirinya adalah anaknya. karena berkat kesalahpahaman yang ayah angkat nya buat ia pun mau tak mau harus memikirkan sesuatu.

Matanya menatap licik kepada orang yang berada disampingnya.

" Anjir kaget ,"umpatnya kaget, melihat tatapan Juju.

"Paman!"

"A-ada apa?," jawabnya gugup. entah kenapa ia merasa takut dengan tatapannya. tanpa sadar ia memundurkan langkah kakinya hingga menabrak dinding rumah sakit ."Berhenti menatap paman seperti itu."

Juju tak menghiraukan perkataan pamannya.

"Paman," panggilnya lagi.

'Glek' tanpa sadar ia meneguk air liurnya gugup."A-apa?"

"Paman harus membantuku ,"

"Bantu apa?,"

"Paman harus bantu aku agar Ayah dan Bubu rujuk kembali,"

.

"A-apa?,paman tak mau,paman tak mau ikut campur urusan rumah tangga bubu mu,"

"Benarkah?,apa perlu aku beritahu Bubu bahwa paman mengaku sebagai ayah ku di depan ayah kandung ku,"

Andri terlonjak kaget mendengar penuturan Juju."Bagaimana kamu tahu?,"katanya bingung. matanya menatap hasil test DNA yang ia pegang, matanya terbeliak lali menutup mulutnya tak percaya, ia baru menyadari bahwa dirinya sudah di manfaatkan oleh Juju,'

Bagaimana bisa aku di manfaatkan oleh ibu dan anaknya,apalagi anaknya masih berumur 5 tahun,apa karena aku bodoh?,'batinnya.

Juju menaikkan alisnya sebelah "Jadi paman sudah tahu,"

"Te-tentu saja paman tahu,"cicitnya.

"Lalu mengapa paman berbohong pada ayah ku?,"

"Paman tak berbohong hanya saja ayah mu tak mendengar kata terahir dari paman ... jadi berhentilah menyalahkan paman oke,"

"Bukan kah paman bilang akan melakukan Apapun?"

"Tapi bagaimana jika Bubu mu tahu?,yang ada nyawa paman mu ini akan melayang,Bubu mu itu sangat kejam terhadap paman, kamu tahu?, tangan paman masih terasa sakit karena sepanjang malam harus mengangkat kedua tangan paman," rengek nya.

Juju memutar bola matanya malas. Sepertinya ia tak bisa menggunakan pamannya ini. Otaknya kembali berpikir mencari orang yang tepat untuk memberi tahu ayahnya kalau dirinya adalah anak nya.

'Tring' sebuah ide muncul dalam otaknya.

tangannya menekan sebuah nomor pada telpon genggamnya yang tergantung di lehernya.

'Tuuuut Tuuuut tuuuut' bunyi nada dering terhubung.

Andri hanya menatapnya penasaran.

"Halo,"terdengar suara berat pria di ujung sana.

"Om Zaki!,ini Juju,"

"Jujuuu,ada apa Juju?,"tanyanya di sebrang sana

"Om Zaki,bisakah om menolong Juju?,"

"Selama om bisa membantumu, om pasti akan membantumu sebisa mungkin"

Senyumnya mengembang mendengar jawaban yang ia inginkan, memang hanya om nya yang bisa ia andalkan.

" Bisakah om memberitahu ayahku ,kalau aku adalah anaknya,"

Zaki terdiam di sebrang sana

"Bagaimana kamu bisa tahu dia ayahmu? lalu dimana kamu bertemu dengan nya?,"

Juju terkekeh.

" Akan aku ceritakan nanti, yang terpenting sekarang adalah om bisakah kamu datang kesini?,"

" Tentu saja, besok om mengambil penerbangan pertama,"

"Benarkah?,"

" Tentu saja, kamu mau jemput om kan?

" Tentu saja dengan senang hati, apa aku perlu membawa banner?,"

Zaki terkekeh mendengar perkataannya.

" Tak perlu, kamu hanya harus datang dengan Andri, itu saja sudah cukup bagi om,"

" Baiklah kalau begitu aku tutup telponnya, karena pulsa ku sudah habis,"

Panggilan terputus secara otomatis, pulsa nya habis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!