Meski umurnya masih kecil tapi dia sudah bisa membaca buku, bahkan ia memiliki hobi membaca seperti ayahnya, bahkan temanya pun sma yaitu bidang sains.
Aulina yang melihat perkembangan putranya yang cukup pesat membuatnya penasaran dengan IQ yang dimiliki putranya.
Ia kemudian membawa putra nya untuk menjalani test IQ. memutuskan untuk membawa anaknya untuk melakukan test pada IQ-nya. Setelah hasil tes IQ nya keluar, mata Aulina terbeliak mendapati bahwa anaknya memiliki IQ yang tinggi, Aulina memutuskan untuk menyembunyikan kejeniusan anaknya dari siapa pun kecuali keluarga nya yang sudah melihat dan mengetahui hal tersebut.
Di pagi yang cerah, Aulina dan Juju tengah menikmati sarapan pagi berdua, dengan sepotong roti dan jus, Juju menatap lekat wajah ibunya seraya berkata, "bubu bolehkah aku bertanya? "
Kepala Aulina mendongkak " Tentu saja,memang mau bertanya apa? "
" Dimana ayah? "
'uhuk uhuk' Aulina terbatuk-batuk ketika mendengar pertanyaan yang tak terduga, meski dirinya sudah mengetahui jika suatu saat anaknya pasti akan menanyakan tentang ayahnya. Namun dirinya tak menyangka akan mendapatkan pertanyaan itu secepat ini.
Dengan cepat tangannya meraih gelas berisi air putih kemudian meneguknya hingga habis, Aulina pun mengatur nafasnya, " O-oh itu, kelak jika kamu sudah dewasa Bubu akan memberitahumu nanti " katanya, kembali memasukan roti ke dalam mulutnya.
Juju menatap ibunya kecewa, kedua tangannya di lipat didada. dahinya mengkerut karena tak puas dengan jawaban yang di berikan oleh ibunya. " Ini bukan sinetron dan juga ini bukan cerita picisan, bukankah jawaban bubu ini terlalu klise untuk dikatakan kepada seorang anak kecil? " timpalnya
Aulina tertegun sejenak mendengar jawaban putranya, yang menusuk ulu hati, dia pun meneguk air liurnya.
" Juju ku sayang, bukan seperti itu maksud bubu, hanya saja ayah mu tak tahu kalau bubu sedang mengandung mu waktu itu,"
" Mengapa? apa karna Bubu berselingkuh? " tuduhnya.
Aulina berdecak, " Siapa yang berselingkuh dari ayahmu? " tampiknya, " jika bubu berselingkuh dari ayahmu, kita pasti sedang bersama dengan selingkuhan ku dan kamu juga pasti tidak akan menanyakan pertanyaan seperti ini, "
Juju terdiam sesaat ,lalu mengangguk- anggukkan kepala membenarkan perkataan dari sang ibu.
" Lalu kenapa Bubu meninggalkan ayah? "
Aulina kembali menghentikan sarapan paginya, lalu menatap lekat pada wajah anaknya. Jika diperhatikan, putranya ini sangat mirip dengan mantan suaminya ketika dia masih kecil.
Sang ibu mendesah pasrah, lalu menghampiri putranya yang berada disebrangnya, dan berjongkok di hadapannya seraya menggenggam kedua tangan anaknya yang masih mungil, menatapnya dalam, " Sayang, dengar kan bubu, bisakah kita bahas ini di lain waktu? "
" Lalu kapan kita harus membahasnya, menungguku hingga tubuh ku tumbuh dewasa, atau aku sendiri yang harus mencari tahu sendiri kebenarannya, "
Mulut Aulina seketika bungkam, tak tahu harus berkata apa, dia mencoba memikirkan cara lain untuk mengalihkan pembicaraan hingga terbesit dalam pikirannya, untuk mengajaknya ke toko buku.
" Bagaimana kalau kita pergi ke toko buku? bukankah kamu pernah bilang, bahwa kamu menginginkan sebuah buku baru? bagai mana kalau kita pergi sekarang saja, kebetulan hari ini bubu mendapat cuti, bagaimana? " ajaknya.
Meski dia tahu bahwa sang ibu berusaha mengalihkan perhatiannya namun, dia menerima ajakan dari sang ibu, " baiklah, "
'sepertinya aku harus mencari cara lain agar bubu bisa membuka mulutnya," batinnya
Disebuah pusat toko buku.
Sepasang anak dan ibu itu memasuki sebuah pusat toko buku, tangannya mengandeng tangan mungil milik putranya, mereka berdua berjalan mengelilingi berbagai rak buku dengan berbagai genre, Aulina yang lengah sempat kehilangan putranya, namun akhirnya dia bisa kembali menemukan anaknya, yang memeluk sebuah buku di dadanya, akan tetapi dia mengabaikan nya , dengan kembali menggandeng tangan putranya membawanya ke mesin kasir untuk melakukan pembayaran.
Setibanya di depan kasir, tiba-tiba putranya berjinjit dan menaruh sebuah buku tebal di kasir., membuat penjaga kasir dan dia terheran-heran dengan buku pilihan putranya.
Aulina pun berjongkok menyamakan tinggi dengan putranya , menatapnya penuh perhatian, " Sayang, apa kamu tak salah mengambil buku? "
Juju menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Semua juru mata melihat kearah mereka.membuatnya risih di tatap seperti itu, " Lalu dari mana kamu mendapat buku ini? "
" Aku mendapatnya dari rak disebelah sana, bubu ayo cepat bayar buku ini, aku sudah tak sabar ingin membacanya, " katanya seraya menggoyang-goyangkan tangan ibunya.
Aulina terdiam sejenak, memperhatikan buku pilihan putranya yang berjudul ' cara mengangkat tumor dari otak. ', Aulina mengernyitkan alisnya, lalu menatap aneh pada putranya. " Sayang, apa kamu yakin ingin membaca buku ini? "
" Tentu saja, memangnya kenapa? "
" Memangnya kamu bisa memahami isi dari buku ini. "
Kepala mengangguk, " bubu ayo cepat bayar. " desaknya.
Aulina menghembuskan nafasnya pasrah, mereka pun kembali ke mesin kasir untuk membeli buku itu, lalu langsung pulang ke rumah.
Sesampainya dirumah Juju pun langsung membaca buku barunya dengan antusias, Aulina hanya bisa menggelengkan kepala, melihat semua sikap pada putranya sangat mirip dengan mantan suaminya. Membuatnya sedikit merindukan kehadirannya, tangannya mengambil dompet dari dalam tasnya, sebuah foto yang terselip di antara kartu-kartu.
Tanpa sengaja, Juju menangkap sosok ibunya tengah memandangi sebuah dompet, seraya tersenyum sendiri, seperti orang gila. Sebenarnya dia sudah mengetahui bahwa ibunya masih menyimpan foto ayahnya, yang disembunyikan diantara kartu-kartu kredit miliknya.
'Tring' sebuah ide muncul dalam otaknya.
" Bubu! " serunya
Aulina terlonjak kaget, lalu menutup dompetnya, seraya berjalan menghampiri putranya,
" Ada apa? " tanyanya heran.
" Ayo main game? "
Aulina mengerutkan kedua alisnya heran. " Kenapa tiba-tiba? "
Juju menatapnya netral, " Bubu mengapa kamu selalu protes? bukankah dulu bubu sering memaksaku memainkan suatu permainan yang aneh? lantas mengapa sekarang aku tak boleh mengajak mu bermain? "
" Baiklah -baiklah, bubu yang salah, jadi, permainan apa yang ingin anak ku ini mainkan? " katanya seraya duduk di sampingnya.
Juju terdiam sejenak, meletakkan jari telunjuknya di dagu, dirinya tengah berpikir,
" Aku ingin bermain kertas batu gunting, "
" kertas batu gunting? "
" Iya, kenapa?! apa Bubu keberatan dengan pilihan ku, "
Aulina menggelengkan kepalanya cepat, " tentu saja tidak, Bubu malah sangat yakin akan menang dari mu dengan mudah, "
" Tapi, permainan ini ada aturannya, "
" Apa itu? "
" Siapa pun yang kalah harus menuruti permintaan yang menang, bagaimana? "
Aulina langsung mengangguk setuju, " tak masalah, lagi pula bubu sangat yakin bahwa aku akan memenangkan permainan ini. " ucapnya penuh percaya diri, sedangkan putranya menyunggingkan senyumnya, ibunya begitu mudah masuk kedalam rencananya.
Setelah memainkan permainan itu sepuluh kali putaran, Aulina harus menelan pil pahit karena sudah kalah telak dari putranya yang masih berumur lima tahun.
" Kita mainkan sekali lagi, kali ini Bubu yakin pasti akan menang, "
Juju menatap heran pada Bubunya yang tak mau mengakui kekalahannya.
" Bubu berhentilah merengek, Bubu sudah kalah sepuluh kali dari ku. "
Aulina terdiam kemudian menantap telapak tangannya tak percaya, memikirkan bagaimana dia bisa kalah telak dari putranya sendiri?
" Sekarang Bubu harus mengabulkan pemintaan ku "
" Baiklah, " katanya pasrah, " apa itu? " sambungnya
" Aku ingin kita kembali ke Negara A, tempat bubu berasal, "
" Baiklah...Apa!? "teriak Aulina.
" Kenapa? "
Aulina gelagapan mendengar permintaan putranya." Bisakah kamu mengganti permintaan mu? "
Dahinya mengerut, menatapnya penuh kecewa, " bubu pembohong, " katanya lalu pergi kedalam kamar.
'Blam' bunyi pintu ditutup dengan keras.
Aulina mengejar putranya seraya menggebrak pintu kamar yang sudah terkunci dari dalam.
" Sayang, dengarkan Bubu!! "
" Tidak! Bubu pembohong! Juju benci Bubu "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
🌸Santi Suki🌸
semangat, ya. 😊
2021-09-11
0
Fikul 07
Juju
2021-09-02
0