04

Pagi itu Aldan yang baru terbangun dari tidurnya.

Sinar matahari menerpa wajahnya yang masih terlelap dengan tidurnya. Matanya menjadi sedikit terusik dengan keberadaannya. Tangan nya meraba beberapa kali kesamping tempat tidurnya dan tak mendapati siapa pun.

Ia tertegun, perlahan ia membuka ke dua matanya, matanya mengerjap beberapa kali, Ia kemudian bangkit, tangan nya menggosok matanya pelan mencoba menyesuaikan cahaya matahari, matanya mengedarkan ke setiap juru kamar. tiba-tiba matanya terbeliak menyadari bahwa foto pernikahan nya hilang. Ia tertegun, bergegas memeriksa lemari baju, matanya terbeliak karena tak mendapati satupun baju Aulina di dalam lemari.

'plak' Aldan yang masih tak percaya menampar dirinya sendiri , memastikan bahwa dirinya sedang bermimpi, rasa perih terasa dipipinya. linglung, tubuhnya kehilangan keseimbangan, rasa sakit mendera kepalanya

, ' apa yang sebenarnya terjadi ' batinnya.

Pandangan nya teralihkan oleh sebuah surat yang berada di atas meja, tangan nya mencoba meraih surat itu dengan susah payah. Matanya terbeliak tangan nya terkepal kuat. Mata nya merah menahan tangis,marah dan kecewa. Air matanya perlahan meluncur kepipi nya. Matanya terasa sakit membaca surat yang ia pegang adalah surat cerai dari istrinya. tangannya meremas surat itu lalu membuangnya sembarangan. Ia bangkit kemudian pergi mencari keberadaan istrinya seperti orang gila.

Seminggu berlalu dengan cepat, namun ia tak menemukan sedikit pun jejak dari istrinya, ia frustasi.

Badan nya kurus, lingkar mata bawahnya di penuhi kantung hitam, tak ada yang bisa menghentikannya saat itu hingga Bagas teman nya datang lalu membawanya secara paksa dengan menyuntikan obat bius padanya.

Bagas yang tak tega melihat kondisinya yang seperti mayat hidup, membawa nya ke psikolog untuk menjalani pemeriksaan.

Keluarga nya menjadi cemas, termasuk ibunya yang terus merasa bersalah.

Tiga hari kemudian Aldan sadar dari pengaruh obat biusnya, ia membuka matanya lalu mengedarkan pandangannya. air matanya kembali membasahi pipinya.

Beberapa tahun kemudian.

Ia berhasil mencapai gelar Profesor. Meski begitu tak ada yang bisa ia banggakan dengan pencapaiannya , sebab yang ingin ia capai bukan lah sebuah gelar, melainkan istrinya yang sampai hari ini tidak diketahui keberadaannya.

Sejak saat itu ia mulai menyibukkan diri dengan mengajar disebuah di universitas kedokteran dan menjadi mentor untuk calon KOAS(Dokter Baru), bahkan ia selalu mengambil berbagai jadwal operasi, hingga ia berhasil mendapat gelar seorang profesor.

Hari ini ia sedang bertugas menjadi seorang mentor yang mengarahkan para KOAS yang akan bekerja di Rumah sakit.

'dug', ia tak sengaja menabrak seorang anak kecil yang berada didepannya, ia menilik setiap jengkal wajah anak itu yang entah mengapa mengingatkannya pada istrinya.

Anak itu masih terduduk dilantai seraya tangannya mengelus pantatnya. Mata mereka saling bertemu, mereka berdua saling tertegun melihat tatapan yang sama dengan mereka.

Ia lalu berjongkok menyamakan tingginya. "Apa kamu tak apa-apa nak?,"

Anak itu terdiam, matanya masih memandangnya lekat. Aldan mengerutkan alisnya.

"Kamu tak apa-apa?,"tanyanya lagi

Anak itu kembali terdiam lalu tiba-tiba anak itu menangis kencang, langkah semua orang yang melihatnya terhenti, penasaran.

Ia meraih anak itu lalu menggendongnya, tangannya menepuk - nepuk punggung anak itu, merasa nyaman dengan sentuhannya, anak itu terdiam. Ia kembali menatap anak itu.

"Maaf, apa itu sakit?,"

Anak itu menganggukkan kepalanya lucu.

Aldan tersenyum melihat tingkah anak kecil itu, tangannya terasa gatal ingin mencubit kedua pipinya yang besar, namun ia urungkan, takut membuat anak itu kembali menangis.

Matanya melirik pada sekumpulan KOAS yang sedang menatap kearahnya gemas, "Kita lanjutkan besok," katanya pada juniornya dan menyudahi pembelajarannya. Para KOAS langsung membubarkan diri meninggalkan mereka berdua.

" Apa kamu mau paman periksa?,"

Anak itu menggelengkan kepala

" Kenapa?,"

Anak itu kembali menggelengkan kepala, lalu memeluk lehernya kuat.

Aldan terkekeh melihat tingkah anak itu.

" Baiklah, paman tak akan memeriksamu,Lalu apa yang kamu inginkan? ... lalu dimana orang tuamu?, "

Anak itu kembali menggelengkan kepala.

"Baiklah kalau begitu biar paman dokter bantu mencari orang tuamu,"

Anak itu tersenyum cerah. Aldan kembali terkekeh.

" Siapa namamu?, " tanyanya seraya berjalan menelusuri rumah sakit.

"Namaku Arjuna Lasmana Pratama, nama panggilan Juju,"

"Nama yang bagus, siapa yang memberikan nama itu?,"

"Bubu,"

"Bubu?"

Juju menganggukkan kepala.

" Iya, Bubu. Bubu adalah singkatan dari Ibu Bunda,"

Aldan kembali terkekeh mendengar jawaban Juju.

" Kalau nama paman siapa?,"

" Paman?" tunjuk nya pada diri sendiri, " nama paman adalah Aldan Sanjaya.

"Nama yang bagus," pujinya.

Aldan terkekeh lagi. Mereka sampai di taman yang berada didalam rumah sakit. Aldan mendudukan Juju di sampingnya.

" Lalu dimana Bubu mu?,"

" Bubu sedang sibuk dengan pekerjaan nya,".

Aldan menaikan alisnya sebelah.

" Lalu dengan siapa kamu bisa sampai kerumah sakit? ... Apa dengan ayah mu?,"

"Ayah ku..."

"Juju!" panggil seorang pria, pria itu lalu berlari ke arah mereka. ekspresi wajahnya bahagia sekaligus lega.

Pria itu langsung memeluk Juju

" Syukurlah kamu baik-baik saja, mengapa kamu pergi begitu saja? ...kumohon jangan ulangi lagi,kalau tidak ibumu pasti akan membunuhku,"ungkapnya dramatis

Aldan menilik pria itu, "Apa anda ayah nya?,"sela Aldan.

"Iya, tapi hanya ayah baptisnya" jawabnya dalam hati

"Kalau begitu maafkan saya karna tak langsung membawanya ke ruang informasi."

"Tak apa-apa yang penting Juju selamat"

"Juju!" tiba-tiba terdengar teriakan seorang wanita menyela pembicaraan mereka.

"kamu baik-baik saja kan?,"

Aldan menilik wanita di depannya ,matanya terbeliak mengenali sosok wanita yang berada di depannya, wanita itu adalah Aulina, orang yang ia cari selama ini.

"Lina," panggilnya.

Aulina menoleh, matanya terbeliak melihat sosok Aldan didepannya.

" A-aldan?,"

Aldan tersenyum lalu memeluknya penuh haru.

" Kemana kamu selama ini? kamu tahu? aku sudah mencari mu kemana-kemana , tapi aku tak bisa menemukan keberadaan mu,"

Aulina terdiam tak menjawab, ia memeluk tubuh mantan suaminya erat.

"Bubu!," sela Juju

Aldan tertegun mendengar Juju menyebutnya dengan Bubu. ia melepaskan pelukannya lalu menatap mereka berdua silih berganti.

"Bubu?"

"Iya,dia adalah Bubu ku,"

Aulina tersenyum canggung.

"Apa dia anak mu?,"

Aulina menganggukkan kepala, Aldan terlonjak kaget lalu mendorong tubuhnya dari pelukannya.

"Mengapa kamu begitu tega padaku?,apa salah ku padamu hingga kamu memperlakukan aku seperti ini? ... Lina, kamu wanita kejam " ungkapnya kecewa lalu pergi meninggalkan mantan istrinya yang tertegun

"Apa yang terjadi?,dimana salah ku? mengapa dia mengatai ku kejam?,"gerutunya , lalu pergi meninggalkan rumah sakit.

Diperjalanan Juju menatap tajam pada paman nya, sadar sedang di tatap tajam, Andri pun memalingkan wajah nya dan berpura-pura tak tahu, ia memfokuskan matanya pada jalan didepannya

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!