BAB 3

Sebuah mobil melaju memasuki kawasan kediaman Venigais pada malam yang tenang hari ini. Ternyata mobil yang disetir Truppe itu ditumpangi suster Iriana dan father Joan lalu berhenti tepat di depan pintu masuk utama kediaman dan disambut beberapa pelayan rumah Venigais.

“Selamat datang father Joan dan suster Iriana.” ucap Michael menyambut kedatangan keduanya.

“Selamat malam,” sambut keduanya.

“Silahkan masuk dan saya akan mengiring anda berdua  ke ruangan tuan Venigais.”

Kedatangan suster Iriana dan father Joan tak lain adalah karena menerima kabar dari Venigais yang merupakan teman akrab keduanya dan membawa topik tentang Reani.

Sesampai di depan ruangan yang Michael maksud, pria muda itu membuka pintu dan mempersilahkan kedua tamu untuk masuk terlebih dahulu.

Di dalam ruangan itu sudah terdapat Sicurezza itu sendiri dan pria muda pemilik rumah yaitu Dominic. Situasi di dalam ruangan cukup serius dan berat yang akan menyertai pernyataan fakta yang sebenarnya.

*

*

*

Hari ke hari perkembangan janin di perut Reani semakin besar dan tibalah dimana harinya ia akan bersalin. Malam itu tepat di tengah malam, suster Iriana bersama dengan father Joan mengantar Reani pergi ke rumah sakit tepat ketika air ketubannya pecah dan siap untuk bersalin. Reani tahu inilah saatnya, segala cerita hidupnya berubah drastis karena apa yang ada pada dirinya akan lahir ke dunia yang kejam. Perasaan putus asanya beberapa bulan lalu tentang hidupnya hari demi hari terhapus dan tergantikan dengan rasa penantian akan seorang yang menjadi seluruh fokus kehidupan dan kebahagiaannya.

Tangan Reani tidak pernah melepas jemari suster Iriana meski ia merintih dan menahan rasa sakit yang luar biasa meski mereka sudah tiba dirumah sakit.

Di lain sisi, masih di waktu yang sama. Truppe membawa laju mobil yang ia setir menyesat di jalanan subuh yang sepi dengan tujuan rumah sakit yang sama dengan tempat Reani bersalin. Di belakang kemudi setir sudah ada dua pria yang memiliki perasaan berbeda.

Sicurezza dengan wajah gembira dan tidak sabarannya dan Dominic yang terlihat begitu cemas namun terlapisi dengan wajah dinginnya.

Beberapa minggu sebelumnya, masih Dominic ingat bagaimana ia menerima tamparan keras di pipinya dari suster Iriana ketika tahu bahwa ia yang menghamili Reani meski semuanya adalah kesalahpahaman dan berujung kecelakaan. Namun, tetap saja suster Iriana menampar Dominic karena tahu bagaimana Reani diperlakukan orang-orang disekitarnya dengan tidak layak hingga ingin membunuh dirinya.

Situasi Dominic yang tidak seaman itu, memutuskan Dominic memberikan pilihan bagaimana ia akan mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Dominic tidak atau belum akan mengambil Reani dan anak yang dikandung untuk tinggal bersamanya, melainkan akan membiayai segala kebutuhan wanita itu dan anaknya.

Alasan yang membuat Dominic membuat keputusan pengecut seperti ini tak lain adalah karena ancaman dari ratu Regina dan situasi politik yang menimpanya.

Awalnya suster Iriana tidak bisa menerimanya, namun tidak ingin memposisikan Reani kembali ke posisi yang sulit. Akhirnya suster Iriana ikut dengan rencana Dominic dengan syarat Dominic sendiri yang harus menjaga jarak dengan Reani dan anaknya nanti agar apa yang di khawatirkan Dominic dapat dihindari.

Masalah mengatakan kenyataan, itu akan Dominic pikirkan nanti bersama dengan apa yang ia dapatkan.

“Kita sudah sampai.” ucap Michael ketika mobil yang mereka tumpangi sampai di depan rumah sakit. Tanpa menunggu lama Dominic langsung membuka pintu mobil dan melompat keluar dengan perasaan gelisah dalam diam.

“Dominic, ingat janjimu dan tahan perasaanmu.” Dominic mendengar jelas ucapan Sicurezza, namun perasaan gelisahnya tetap saja ada.

Ketiganya akhirnya masuk ke dalam gedung dan menuju ruangan tempat dimana Reani dirawat.

Di depan ruangan itu sudah ada father Joan yang menunggu di depan ruangan.

“Duke Sicurezza, nak Dominic dan Michael, kalian datang.” ucap father Joan.

“Kami berangkat tepat setelah menerima telepon darimu. Jadi bagaimana?” tanya Sicurezza.

“Semuanya berjalan dengan lancar. Saat ini suster Iriana sedang menemani Reani diruangan, kita bisa masuk setelah suster Iriana membolehkan, kecuali Dominic. Kamu mengerti bukan?” tanya father Joan.

Dominic paham, bahkan kehadirannya saat ini sangat berbahaya untuk Reani dan anaknya.

“Aku akan disini saja, pak tua, bukankah sikapmu ini terlalu kentara?”

Dominic menyinggung sikap Sicurezza yang nampak sangat berbahagia.

“Dibanding rasa bahagiaku, apa yang lahir perempuan?” tanya Sicurezza penasaran.

“Tidak, yang lahir adalah seorang laki-laki yang sangat mirip dengan Dominic.” jawab father Joan sembari menatap Dominic bangga.

Sicurezza menepuk punggung Dominic sembari menyengir lebar dan Michael hanya tersenyum tipis.

“Kamu melakukannya dengan baik.”

Dominic tidak tahu apa yang harus dibanggakan saat ini. Semuanya adalah kecelakaan yang tidak disengaja. Wanita bernama Reani itu dicari Dominic sampai seluk beluk kota bahkan di luar kota.

Apa ia seorang ayah yang gagal?

“Kamu tahu Dominic, ibumu menyerahkanmu padaku tepat setelah kelahiranmu di dunia meski ia tahu bahwa ia diburu oleh orang-orang yang ingin membunuhnya.” ucap Sicurezza sembari mengusap punggung Dominic.

“Dan yang aku banggakan padamu adalah, kamu tidak menjadi mereka yang mengambil nyawa orang-orang tidak bersalah. Pilihanmu, adalah pilihan yang tepat karena itu aku bangga telah membesarkanmu.”

*

*

*

6 tahun kemudian,

“Apa ini?” Reani baru saja pulang dari kantor pos tempat ia bekerja menemukan lembaran soal matematika yang sudah terisi dengan nilai sempurna di ruang tamu biara.

Setelah menjalankan shift malam, Reani baru bisa pulang setelah shiftnya digantikan orang lain paginya. Nampak pada wajah wanita itu lelah dan sedikit serak suaranya.

“Reani, kamu sudah datang?” tanya suster Agatha yang muncul dari arah halaman belakang membawa sekeranjang sayuran untuk sarapan.

“Ah iya, selamat pagi suster. Aku menemukan lembaran ini, nampaknya milik salah satu calon biarawati.” Timpal Reani menunjukkan lembaran soal ujian pada suster Agatha.

“Jawabannya bisa kamu lihat di halaman tengah biara. Nampaknya Felix juga ada disana.” ujar suster Agatha kembali berjalan menuju dapur untuk melanjutkan pekerjaannya.

Ketika mendengar nama Felix yang merupakan putranya, Reani mengikuti ucapan suster Agatha untuk pergi ke halaman yang berada di tengah-tengah antara gedung biara. Dimana di tengah halaman itu sedang ada penghakiman oleh seorang suster senior dimana terdapat beberaba gadis-gadis muda sedang berlutut dan di ujung barisan itu terlihat seorang anak kecil ikut berlutut juga.

“Sudah ku katakan! Kerjakan tugas kalian dengan jujur! Apa kalian tidak sadar tujuan kalian masuk kesini?!”

Suara teguran keras itu membungkam 5 orang gadis muda dan seorang anak kecil.

“Membuat anak kecil mengerjakan tugas kalian, apa itu masuk akal?”

“Ta-tapi Felix hanya ingin bermain dengan kakak-kakak.” sambut anak kecil di ujung barisan yang merupakan Felix Felicita putra dari Reani yang ia besarkan di biara.

“Benar suster ketua!! Kami tidak memaksa Felix, tapi ia ingin membantu kami agar bisa bermain bersama!!”

“Suster ketua, apa yang terjadi?” tanya Reani datang dengan perasaan bingung.

“Reani, aku tidak pernah menyalahkan keberadaan kalian berdua disini… hanya saja nampaknya kesekian kali dalam semester ini terjadi.” jelas suster ketua singkat namun Reani langsung memahami pokok permasalahannya.

Reani menatap putranya yang sedang berlutut namun mencuri-curi pandang dengannya dengan tatapan yang menggemaskan agar bisa diampuni.

Felix Felicita, itulah nama yang Reani berikan pada putra yang ia lahirkan 6 tahun yang lalu. Pertumbuhan dan perkembangan tubuh anak itu normal seperti anak lain pada umumnya, namun Reani menyadari bahwa perkembangan otak putranya ternyata sangat istimewa. Pemahaman dan daya ingat anak itu tidak main-main, potensi kemampuan sudah terlihat dari kecil. Putranya bahkan mampu menyusun puzzle untuk anak-anak usia 4 tahun pada usia 2 tahun dengan pemahanannya yang luar biasa. Lalu membaca tulisan sudah mampu Felix lakukan di usianya yang masih menginjak 3 tahun. Hingga kini, meski tidak selalu heboh. Setiap ada kekacauan di setiap semester pendidikan calon biarawati pasti ada Felix yang berjejer dalam barisan karena putra Reani itu sering kali menyelesaikan tugas dan ujian para calon suster.

Kepala Reani cukup sakit memikirkannya, saat ini Felix sudah semakin besar dan ia harus menempatkan anak itu pada tempat yang seharusnya yaitu sekolah. Persoalaan yang besar adalah dimana Reani bisa menitipkan putra satu-satunya ini?

“Aku akan pindah dari sini minggu depan suster kepala, namun sulit menemukan sekolah untuk Felix. Seusianya sudah mampu mengerjakan soal akademi menengah membuat kepalaku semakin sakit.” ujar Reani mencurahkan isi kepalanya pada suster kepala di halaman itu.

“Tidak masalah Reani jika kamu menempatkannya di sekolah umum. Meski ia memiliki kemampuan unik, namun emosi Felix masih seperti anak-anak umumnya.” ucapan suster kepala benar karena saat ini Felix masih suka bermain.

“Suster kepala!!! Suster kepala!!!” seruan itu berasal dari suster Agatha yang berasal dari dapur.

Nampak suster Agatha datang ke tengah halaman dan membuat seluruh penghuni biara yang mendengar ucapannya memusatkan perhatiannya pada dirinya yang sedang menghampiri suster kepala dan Reani.

Wajah suster Agatha terlihat pucat pasi, mulutnya ingin mengeluarkan kata-kata namun tidak dapat dikeluarkan begitu saja dan hanya sepenggal kata-kata.

Di tengah kebingungan dan rasa penasaran, tiba-tiba tangis suster Agatha pecah dan menggema keseluruh wilayah biara. Suster Agatha terduduk sembari memegang jubah suster kepala hingga membuatnya basah karena tangisan suster Agatha.

“Suster Iriana…beliau…ditemukan meninggal….ugh…” suster Agatha akhirnya menyatakan hal yang membuatnya menangis hebat seperti ini.

Dunia, apa ia tidak bercanda? Kenapa di telinga Reani malah terdengar seperti bualan?

Seluruh penghuni biara menjadi lautan tangisan dan memekakkan telinga, panggilan nama suster Iriana terus bersambut dengan pertanyaan mengaoa dalam hati.

“Suster, itu tidak mungkin bukan?? Benar begitu??” tanya Reani masih belum percaya dan panik.

Suster Agatha masih berlutut dihadapan suster kepala dan tidak mampu menjawab pertanyaan dari Reani sepatah katapun.

Benar, dunia tidak sedang bercanda dengan Reani.

*

*

*

“Mereka sudah bergerak, orang-orang dari ratu Regina.” ucap Michael setelah ia menerima telepon yang membawa kabar duka tentang suster Iriana.

Dominic memandang langit cerah pagi itu dengan perasaan campur aduk. Dunia memang bukanlah tempat yang menjamin keamanan. Namun bukan berarti tidak ada satupun tempat di dunia yang tidak layak untuk ditempati. Pasti ada suatu tempat.

“Michael, sudah saatnya aku membawa mereka.”

 

To Be Continued.

Terpopuler

Comments

M Anha🌹 Ig: anha5569🌹

M Anha🌹 Ig: anha5569🌹

lanjut 💪💪💪💪😉

2021-09-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!