Di tengah perjalanan menuju rumah, Agnese menyempatkan diri untuk singgah di sebuah mini market dan membeli makanan yang akan dimasak khusus untuk Briza, ibunya. Setelah membeli yang dibutuhkan, ia kembali melanjutkan langkah dengan menenteng barang belanjaan.
Tak butuh waktu lama untuk tiba di rumah. Setelah menyimpan tas, Agnese segera menuju dapur untuk memasak. Uangnya hanya cukup untuk membeli dua kaleng sardèncis. Ia mengambil masing-masing dua siung bawah putih dan bawang merah, kemudian mengupasnya sebelum mengiris tipis. Setelah itu, ia menumis bawang dan segera memasukkan satu kaleng sardèncis yang dibeli tadi.
Agnese menyiapkan sebuah piring untuk menyajikan ikan kaleng buatannya. Selagi menunggu ikan kaleng itu matang, ia menyempatkan diri untuk membuat bubur nasi instan. Ia membuat bubur nasi agar Briza bisa dengan mudah menelan. Setelah semua selesai, ia menaruh semangkuk bubur nasi dengan lauk ikan kaleng di atas nampan.
Agnese berjalan menuju kamar sang ibunda dengan santai. Senyuman tidak pernah lepas dari bibirnya jika berhadapan dengan Briza. Semua dilakukan agar Briza tidak semakin tertekan jika melihatnya bersedih.
Agnese menarik kursi yang berada di sisi kanan ranjang tidur Briza. "Mom, makan dulu, ya? Agnese akan menyuapimu," ucap Agnese yang langsung mendapat tatapan sendu dari Ibunya, Briza.
Briza tersenyum melihat anaknya yang tumbuh semakin cantik. Ia mengangguk saat Agnese memintanya untuk makan. "Kau sudah makan, Honey?" tanya Briza pada Agnese yang masih fokus menyuapi dirinya dengan bubur.
Agnese tersenyum seraya mengangguk. "Iya, sudah. Sekarang Mommy makan yang banyak agar cepat sembuh."
Briza mengangguk dan kembali menerima suapan demi suapan dari Agnese hingga bubur nasi dan juga sardèncis itu tandas.
"Istirahatlah, Agnese akan mandi," kata Agnese lalu beralih mencium kening Briza.
Agnese keluar dari kamar sambil membawa nampan yang tadi dipakai saat mengantar makanan. Saat tiba di dapur, ia menyendok sisa bubur yang ada di panci ke dalam mangkuk. Ia pun makan dalam diam hingga merasa kenyang. Setelah itu, ia langsung membersihkan peralatan masak dan makannya. Saat sudah bersih, ia mengayunkan kaki menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
Agnese membersihkan tubuh dan segera bersiap untuk berangkat kerja malam nanti. Sebelum berangkat ke tempat kerja, ia menyempatkan diri untuk mengerjakan tugas rumah yang diberikan oleh Mr. Alex. Setelah semua siap, ia langsung turun ke lantai bawah dan menghampiri Briza. Meski sampai sekarang Briza belum mengetahui pekerjaan apa yang digeluti, ia merasa tetap harus berpamitan agar nantinya tidak dicemaskan.
Agnese berjalan menuju kelab malam tempatnya bekerja. Saat tiba di sana, ia segera mengganti baju. Setelah itu, ia segera menuju bar untuk melayani para pengunjung yang ingin minum minuman keras seperti wiski, vodka, anggur, wine, bir dan masih banyak jenis lainnya.
Dentuman musik tengah mengalun di kelab malam itu membuat banyak pengunjung ikut menggerakkan tubuh seirama dengan alunan musik yang lincah. Apalagi yang telah dikuasai oleh minuman keras, mereka berjoget lebih lincah.
"Saya pesan vodka, Nona. Tolong kau ambilkan lima botol," pinta seorang pria yang duduk di depan bar dengan setelan pakaian serba hitam pada gadis yang sedang menuangkan wine ke gelas kosong.
Agnese mengangguk lalu bergerak mengambilkan lima botol minuman keras asal Rusia yang bernama vodka itu. Setelah mendapatkan yang diinginkan, pria itu mengeluarkan beberapa lembar pecahan seratus dolar lalu menyerahkannya pada Agnese.
Agnese menerima uang itu dan langsung menghitungnya.
"Maaf, Tuan, uangmu lebih," kata Agnese sambil menyodorkan kembali sisa uang yang pria itu miliki. Namun, pria itu menanggapi dengan gelengan kepala.
"Tidak usah. Anggap saja itu sebagai tip untukmu," tolak pria itu dan langsung melengos pergi.
"Hei! Aku tidak bisa menerima uang ini, Tuan."
Agnese berteriak berharap pria itu kembali dan mengambil kelebihan uang. Namun, teriakannya tidak berhasil membuat pria itu kembali. Dengan pasrah, ia memasukkan kelebihan uang itu dalam saku seragamnya. Baru saja beberapa saat terduduk, manager kelab malam menghampiri sambil bersedekap.
"Ada apa, Mr. Adrian?" tanya Agnese saat Adrian baru saja tiba di hadapannya.
Adrian menatap Agnese selama beberapa detik. Ia memerhatikan penampilan Agnese malam ini. Ia berdeham sebelum berbicara sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana yang dikenakan.
"Apa kau siap menjadi singer lagi, Agnese? Kurasa kau tidak keberatan dengan pertanyaanku ini."
Dengan susah payah Agnese menelan salivanya. Ia tidak siap untuk menjadi penyanyi saat ini. Ia sudah merasa tidak enak badan sejak kemarin malam. Namun, ia tetap memaksa diri untuk tetap pergi bekerja agar semua kebutuhannya bisa terpenuhi. Ia termenung memikirkan keputusan apa yang akan diambil, tetapi Manager itu justru membuat lamunan yang berlabuh buyar seketika.
Agnese menengadah lalu menatap Adrian dengan sedikit takut. Jika menolak keinginan sang Manager, maka ia harus kembali menelan pil pahit jika tidak mendapat upah pada hari itu. Namun, jika menerima permintaan itu, sama saja jika dirinya menyerahkan tubuh untuk disaksikan para pria hidung belang yang tersebar di sana.
Agnese bingung, tetapi harus mengambil keputusan untuk masa depannya. Ia menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya sebelum berbicara.
"Maaf, Tuan, tapi aku tidak bisa melakukan pekerjaan itu sekarang," tolak Agnese dengan halus, tetapi justru membuat darah Adrian mendidih karena tidak suka dengan penolakan.
Adrian yang mendengar itu langsung memukul meja bar yang ada di hadapannya. Agnese tersentak mendengar pukulan yang Adrian layangkan pada meja bar tak berdosa yang menjadi sasaran kekesalannya malam itu.
Terlihat jelas di mata Adrian jika sedang marah besar. Namun, ia menahannya karena tidak ingin menyakiti Agnese dan membuat Agnese keluar dari pekerjaannya. Jika sampai terjadi, maka pemasukan yang ada di kelab malam itu bisa berkurang drastis. Karena banyak pengunjung yang datang ke sana hanya untuk menikmati kecantikan dan kemolekan tubuh Agnese sekaligus menikmati minuman keras yang disediakan.
"Kenapa tidak bisa? Tumben sekali kau tidak mau. Kau tahu? Kau adalah maskot di kelab ini. Jadi, apa pun yang kau lakukan, bisa mendatangkan banyak uang." Adrian berusaha memengaruhi Agnese.
Agnese tersenyum menanggapi ucapan Adrian. "Maafkan aku, Tuan. Kurasa dengan menjadi bartender saja sudah cukup. Aku tidak perlu menjadi penyanyi di sini. Karena kemampuan menari dan suaraku juga masih minim sekali. Kau bisa meminta para penari di sini untuk menghibur tamu, Tuan. Biarkan aku melaksanakan tugasku dengan baik sebagai bartender."
Adrian menghela napas dan mengusap wajahnya dengan kasar. "Baiklah, aku terima keputusanmu, tapi aku harap kau tidak akan berhenti dari pekerjaanmu. Karena kau telah terikat kontrak dengan kelab ini."
"Baik, Mr. Adrian," kata Agnese sebelum Adrian kembali ke ruangannya.
Setelah melihat Adrian kembali masuk dalam ruangannya, Agnese baru bisa bernapas lega karena Adrian tidak memaksa untuk menghibur para pengunjung. Ia terus melanjutkan pekerjaan hingga jam kerja yang dikantongi selesai.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Raei 😎
mantap 👍
2020-12-26
0
dewi syah
jangan dipaksa dong tuan Adrian kan agnesenya gak mau😌
2020-09-28
0
IG:samudra_lee_19
Kasihan Agnesee
2020-09-11
0