...Keinginan Putra Kecilku...
10 tahun selepas kejadian Irene bermalam dengan seorang pria tak dikenal. Ia sekarang hidup bersama buah hatinya di Amerika. Tinggal disebuah flat sewaan yang sederhana. Irene berjuang keras membesarkan anak semata wayangnya. Sama seperti dahulu ketika ia berada di Indonesia. Irene tetap bekerja keras. Pekerjaan apapun akan ia lakukan untuk menghidupi putra kecilnya. Namun, pantang bagi seorang Irene Maxzella jika melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan menggadai fisiknya.
Meski seberat apapun kehidupan. Ia akan tetap mencari pundi-pundi halal untuk anaknya.
Apapun yang kita masukkan dalam tubuh kita, akan mempengaruhi kualitas seseorang. Irene ingin bekerja keras sebagai tanda kasih sayang pada anaknya. Ia ingin anaknya tumbuh berkat kerja keras dari hal yang baik. Maka anaknya juga akan tumbuh menjadi anak yang berkaraker. Ia berusaha membahagiakan Long An. Supaya tidak memiliki kehidupan yang malang seperti dirinya.
Tak terasa, Sang Penguasa malam telah menunjukkan keperkasaannya. Bumi telah diselimuti pekatnya malam. Malam akan menjadi saksi perjalanan seorang wanita muda yatim piatu yang tengah berjuang membesarkan anaknya. Kini, wanita muda yang bernama Irene sedang menemani anaknya yang tertidur. Di kamar tersebut terlihat deretan piala maupun penghargaan atas nama Long An. Piala dalam bidang olahraga karate. Julukan Karateka Genius dari Timur disematkan pada bocah kecil berusia 10 tahun itu.
Irene yang melihat semuanya itu, merasa sangat bangga melihat anaknya diusia belia meraih kesuksesan. Begitu jauh melampaui dirinya. Mimpi yang tak pernah dapat ia raih. Bisa didapatkan oleh anaknya. Irene bersyukur, kehidupan anaknya tak seperti dirinya yang ditimpa kemalangan demi kemalangan.
Flashback
10 tahun yang lalu. Sebelum Irene pergi ke Amerika.
“Kamu yakin? Akan pergi ke Amerika?” Tanya seorang nenek.
Nenek tersebut termasuk orang yang berada. Nenek ini bernama nenek Heera. Ia pernah ditolong oleh Irene. Jadi, nenek Heera bermaksud membalas kebaikan Irene.
Irene mengangguk penuh keyakinan. Di dalam dekapannya, bayi Long An terlihat tidur dengan lelap.
“Saya ingin kehidupan anak ini lebih baik dibandingkan dengan saya. Saya tidak ingin, dia menderita. Jika di Amerika, mungkin saya bisa memantau kesehatannya karena bagaimanapun anak ini terlahir prematur. Saya harus memastikan dia baik-baik saja. Saya akan melakukan apapun untuk kebahagiaannya. Jadi, tolong bantu saya nek.” Kata Irene dengan mata berkaca-kaca.
Nenek Heera menganggukkan kepalanya merasa bersimpati dengan tekad yang Irene miliki.
“Baiklah, aku akan memban. Cucuku juga berada di Amerika. Ia akan membantumu. Jadi, mulailah lembaran baru di sana bersama putramu.”
Mendengar perkataan nenek Heera. Irene merasa sangat bahagia. Tak terasa air matanya menetes membasahi pipi. Ternyata di dunia ini, masih ada orang yang baik dan perduli padanya. Meski tak ada hubungan darah sekalipun.
“Saya akan membalas seluruh kebaikan anda.” Kata Irene dengan terisak.
Nenek Heera tersenyum dan memeluk gadis yatim piatu yang nasibnya selalu diterpa kemalangan demi kemalangan.
Flashback End
Kini, tak terasa sudah waktu berlalu begitu cepat. Tanpa bisa dihentikan. Tanpa Irene sadari, ia sudah tinggal di Amerika selama 10 tahun. Anaknya juga sudah meraih kesuksesan yang tak pernah ia bayangkan. Irene, sedang membelai wajah Long An yang sedang tertidur. Menatap penuh kasih sayang. Namun, sedetik kemudian raut wajahnya diselimuti kesedihan. Ia ingat percakapannya dengan Long An seusai pertandingan tadi. Bahwa anaknya ingin bertemu ayahnya. Sedangkan Irene tidak tahu harus mengatakan apa pada anaknya. Bukan karena tidak mau. Tetapi, karena dia sendiri tidak tahu siapa ayah dari anaknya. Seseorang yang menyebabkan ia mengandung.
Irene hanya ingat, pria itu berkulit kuning langsat. Bau parfumnya sangat khas dan berbeda dari orang lain. Pria itu memiliki tato bergambar naga di lengan kirinya. Hanya sebatas itu yang Irene ketahui. Irene tidak ingin, Long An merasa menjadi anak yang terlahir karena sebuah kecelakaan. Tidak ingin anaknya merasa sedih. Dia hanya bisa menunduk sambil memegangi tangan anak kesayangannya. Hingga tanpa ia sadari sebuah tangan mungil menyentuh pipinya. Membelai pipi Irene dengan lembut.
“Mama… apa mama sedih karena keinginanku tadi?” Tanya Long An merasa sedih.
“Maafkan An…” Lanjut Long An.
Irene terkejut, Long An rupanya terbangun. Buru-buru dia memeluk anaknya dan mengelus punggungnya perlahan.
“Bukan… bukan seperti itu An. Kamu tidak membuat mama sedih.”
Long An segera melepas pelukan ibunya. Menatapnya dalam-dalam.
“Mama, jangan memikirkan permintaan An. Jika tidak bisa bertemu papa juga tidak apa-apa. An sudah bahagia bersama mama. Mari hidup bersama berdua dengan bahagia.” Kata Long An sambil tersenyum ceria.
Menunjukkan deretan giginya yang kecil mirip biji mentimun. Senyum lebar terpancar dari wajahnya yang menggemaskan. Pipinya terlihat sedikit bulat bakpao. Matanya yang sedikit sipit semakin terlihat sipit saat tersenyum. Irene, yang melihat senyuman anaknya, kembali memeluk dengan erat.
“Baik, mari hidup bahagia bersama.” Kata Irene sambil memeluk Long An.
“Hihi An sayang mama.” Long An tertawa lebar.
Irene tersenyum mendengar perkataan Long An.
“Mama juga menyayangimu An. Malam ini, bagaimana jika kita tidur bersama hem…” Ajak Irene.
Long An langsung tersenyum lebar. Lalu keduanya berbaring dan tidur bersama. Irene memeluk Long An penuh kasih sayang. Long An tersenyum lebar dan merasakan tubuh ibunya begitu hangat karena kasih sayang ibunya yang begitu besar padanya. Dalam hati Long An, ia berjanji untuk selalu bersama ibunya. Ingin membuat ibunya bahagia.
Tanpa terasa malam yang pekat tergantikan dengan pagi hari yang begitu indah. Sinar mentari terlihat cerah dengan awan putih berarak. Menghiasi indahnya langit dengan warna biru muda nan luas tanpa batas.
“Osh!!!” Teriak Long An kala itu.
Disertai anak-anak lain yang seusia dengannya. Maupun yang lebih tua. Long An sedang berlatih disebuah Dojo. Dojo adalah tempat berlatih karate. Osh adalah kata yang selalu diucapkan saat berlatih karate. Osh memiliki arti bertahan atau bersabar dalam tekanan. Ini merupakan filosofi yang sepatutnya dimiliki, khususnya oleh setiap orang yang berlatih beladiri, atau manusia pada umumnya. Selain itu osh juga bisa digunakan tatkala memberikan hormat pada rekan sesama karateka. Long An selalu mengucapkan osh dengan keras dan begitu tegas, karena kata osh memiliki makna yang mendalam. Terutama memacu diri kita untuk tetap tabah menghadapi kesulitan-kesulitan dalam pelatihan, maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Tak jauh dari Long An yang berlatih karate dengan teman-temannya. Irene sedang duduk menyaksikan anaknya. Meski masih kecil tetapi Irene tak pernah menyangka sama sekali. Bahwa anaknya memiliki bakat yang luar biasa seperti ini. Tak pernah terbayangkan sekalipun dalam benaknya.
Disaat Irene tengah memperhatikan Long An. Seorang pria dengan rambut hitam lurus. Bertinggi 165 cm dengan kulit sawo matang khas orang Asia Tenggara. Berjalan menghampiri Irene. Ia mengenakan pakaian karate dengan sabuk hitam melingkar diperutnya. Pria itu cukup tampan dengan hidung mancungnya yang mungil. Ia tersenyum ketika menghampiri Irene.
“Selamat, Long An telah memenangi 100 pertandingan tanpa kalah. Itu sangat luar biasa. Kamu pasti bangga menjadi ibunya, Si Karateka Genius dari Timur.”
Irene balas tersenyum. Ia tak menyangka anaknya akan mencapai prestasi yang begitu tinggi. Pencapaian yang tak pernah bisa ia dapatkan ketika muda dahulu.
“Terimakasih, ini semua berkat kamu Master Dareen.” Ledek Irene pada pria muda yang telah duduk di sampingnya tersebut.
“Hei… Hei… aku belum bisa disebut Master. Jangan berterimakasih padaku. Long An bisa seperti ini berkat kerja kerasmu sebagai ibu yang telah mendidiknya. Juga bimbingan mendiang Master Li yang mengajari Long An. Aku hanya meneruskan saja apa yang sudah diajarkan Master Li pada An.” Jawab Dareen merendah.
“Bagaimanapun juga, aku akan tetap berterimakasih padamu. Kamu selalu menolongku disaat aku dalam kesulitan. Aku juga berterimakasih pada nenekmu, karena telah memberiku kesempatan membuka lembaran baru." Irene tersenyum menatap Dareen.
Senyuman Irene begitu manis dan memikat. Membuat hati Dareen tiba-tiba bergetar. Diam-diam Dareen memendam rasa sukanya pada Irene. Irene lantas menatap kembali Long An yang sedang berlatih kata. Kata adalah gerakan-gerakan bertarung yang ada dalam karate. Long An begitu serius dalam belajar. Gerakannya semakin lincah dan gesit. Setiap pukulannya begitu bertenaga. Semua kata dalam karate telah ia hafal di luar kepala. Sungguh anak yang genius melebihi anak seusianya. Tetapi disisi lain, Irene yang melihat anaknya begitu bersemangat. Mulai sedikit risau, karena Irene tahu betul. Jauh dalam lubuk hati anaknya. Pasti ingin bertemu dan melihat ayah kandungnya. Irene hanya bisa menghela nafas dalam dan mengikuti kemana arah air mengalir akan membawanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Pa'tam
sekedar info. aku pernah baca tentang anak kembar genius yang ibunya seorang dokter spesialis jantung. tapi aku lupa judulnya. soal nya pas aku baca dulu tiba tiba HP ku mati jadi tak ada masuk di rak buku.
2022-04-10
0
cantika
bapak nya siapa y
2021-11-29
4
Berdo'a saja
apa Darren suka
2021-11-07
2