...Naga Kecil Ibu...
Perputaran roda kehidupan tak bisa terelakkan. Waktu terus berjalan tanpa bisa dihentikan. Manusia hanya menjalankan apa yang telah digariskan. Suka atau tidak, kita hanya perlu menjalani. Begitu juga dengan kehidupan seorang gadis muda yang tak lagi menjadi gadis. Kini, gadis muda itu telah menjadi seorang mama muda. Ya, gadis itu bernama Irene Maxzella. Kini, ia memiliki buah hati kecil yang menggemaskan. Kehidupan yang ia lalui selalu ditimpa kemalangan, akankah kemalangan itu berubah menjadi secercah harapan kebahagiaan? Ataukah justru sebaliknya?
...***
...
10 tahun kemudian, disebuah arena pertandingan di Amerika.
Suara sorak-sorai penonton membahana. Menggetarkan seisi gedung tempat diselenggarakannya sebuah pertandingan karate tingkat Internasional.
“Osh!!!” Teriak keras seorang anak kecil ditengah hingar bingar suara penonton.
Anak kecil tersebut mengenakan pakaian putih. Diperutnya melingkar sabuk berwarna hitam. Kulitnya putih bersih dengan pipi kemerahan. Rambutnya terlihat berdiri seperti duri. Memiliki berat yang ideal untuk anak seusianya. Anak kecil tersebut memiliki mata sipit yang tajam. Ia sedang memasang kuda-kuda dengan tangan mengepal. Dipunggungnya terukir sebuah nama bertuliskan Long An.
Tepat hari ini, Long An genap berusia 10 tahun. Di usinya yang masih belia. Ia mendapat julukan Karateka Genius dari Timur. Meski usianya terbilang sangat belia. Namun, kegeniusannya melebihi anak seusianya. Bahkan diusia 10 tahun, ia sudah mendapatkan sabuk hitam. Pertanda simbol tertinggi bagi seorang karateka. Semua Kata atau jurus dalam seni karate telah ia lahap tanpa terkecuali.
Bahkan kini, diusianya yang genap 10 tahun sudah melakukan 99 pertandingan karate tanpa kalah satu kalipun. Kemampuannya telah mendapatkan pengakuan dari Asosiasi Karate Dunia. Gelar juara maupun piala berada dalam genggaman bocah berusia 10 tahun itu.
Kini, tepat dihadapannya seorang anak yang berusia sama dengan Long An tengah menatapnya dengan tajam. Anak itu adalah lawan tanding Long An dalam pertandingan resminya yang ke 100. Lawan tanding Long An berambut pirang dan dia dari Amerika. Menatap Long An dengan tajam.
“I will end, your unbeaten match record today.” Kata lawan tanding Long An penuh percaya diri.
“Try if you can.” Jawab si kecil Long An yang tak gentar.
Keduanya bersiap-siap mengamati lawan tandingnya.
Berusaha mencari celah kelemahan satu sama lainnya.
Diiringi suara gemuruh sorak sorai penonton. Long An memantapkan kuda-kudanya. Begitu juga dengan lawan tanding yang ada dihadapannya. Wasit tengah bersiap-siap memberikan aba-aba pada keduanya untuk memulai pertandingan. Sebelum itu, Long An kecil menatap ke pinggir arena. Mencari sosok ibu kesayangannya. Tepat tak jauh dari arena pertandingan. Seorang wanita muda berambut panjang menatap Long An. Ia tersenyum dan memberikan tanda pada Long An untuk percaya pada kemampuannya.
“Anakku, mama akan selalu bersamamu! Kamu pasti bisa melakukannya!” Teriak wanita muda dengan rambut hitam lurus yang digerai. Memberikan semangat pada anak semata wayangnya.
Melihat semangat yang diberikan dari ibunya. Long An tersenyum dan tekadnya berkobar untuk mengalahkan lawan tandingnya. Tepat disaat itu, suara peluit dari wasit berbunyi nyaring.
Prit!!!
Pertandinganpun telah dimulai. Namun, sebelum keduanya bertanding. Mereka saling membungkuk tanda memberikan penghormatan satu sama lain. Setelah itu mereka bersiap untuk bertanding.
“Osh!!!” Teriak Long An dan lawan tandingnya bersamaan.
Mereka mulai memasang kuda-kuda. Sang lawan terlebih dahulu menyerang. Namun, Long An dengan lihai menghindari setiap serangan demi serangan. Long An terlihat lincah dan gesit. Tubuhnya seakan memiliki kecepatan yang berbeda dengan lawan tandingnya. Long An menggerakkan kaki-kakinya. Meloncat dengan ringan kesana kemari. Tangannya mengepal dan waspada. Lawan mulai gusar karena serangannya hanya memukul tempat kosong. Ia mulai emosi dan tak sabaran. Kemudian kembali menyerang Long An dengan sebuah jurus Oi Zuki Chudan sebuah pukulan yang mengarah ke perut atau ulu hati.
Long An yang waspada dengan serangan dari musuhnya secepat kilat menangkis dengan jurus Soto Ude Uke. Sebuah tangkisan tengah yang datangnya dari belakang telinga. Lantas melancarkan serangan balasan. Menggunakan jurus Mae Geri. Berupa tendangan ke arah perut lawan tandingnya. Sang lawan yang terbuka tanpa pertahanan tak menyangka gerakan Long An secepat kilat. Ia tak dapat menangkisnya, tak ayal ia langsung jatuh terjerembab. Wasit memberikan poin besar pada Long An.
Mengetahui Long An mendapatkan poin besar, suara riuhan penonton semakin ramai. Di ronde berikutnya Sang lawan tak lagi dapat berkutik dan mengimbangi setiap gerakan karate Long An yang lincah dan bertenaga. Hingga peluit panjang tanda pertandingan usai. Long An mendapatkan poin kemanangan besar. Sang Wasit segera mengangkat tangan Long An. Pertanda dialah pemenangnya.
“The winner is …. Long An!!!” Teriak Sang wasit.
Para penonton bergemuruh mengelu-elukan nama Long An, Si Karate Genius dari Timur.
“An !!! An!! An !!!” Teriak para penonton dengan riuh.
Long An memberikan hormat terlebih dahulu pada lawan tandingnya. Begitu juga sebaliknya. Saling memberikan hormat karena sudah bertanding secara sportif. Suara gemuruh teriakan penonton semakin membahana. Memenuhi seisi arena pertandingan. Long An melambaikan tangannya pada penonton dan tersenyum bahagia.
“Naga kecilku!!” Teriak seorang wanita yang tak jauh berdiri dari Long An. Wanita tersebut tak lain adalah Irene Maxzella.
Long An langsung melihat ke arah suara yang memanggilnya. Anak kecil itu tersenyum sumringah.
“Mama!!!” Teriaknya keras.
Lantas berlarian menghambur ke arah pelukan ibunya. Mereka saling berpelukan dan tertawa riang. Tepat diusia Long An yang ke 10 tahun. Ia memenangkan pertandingan 100 kali tanpa pernah kalah.
“Mama sangat bangga padamu, naga kecilku.” Kata Sang mama penuh kebahagiaan. Begitu juga dengan si kecil Long An.
Keduanya berfoto sambil memegang piala kejuaraan Karate Internasional. Mereka tersenyum dengan bahagia. Senyum kebahagiaan terpancar dari keduanya. Penonton bertepuk tangan dan berdecak kagum dengan kehebatan si kecil Long An. Irene merasa sangat bahagia melihat putra semata wayangnya memiliki kehidupan melampaui dirinya. Tanpa Irene sadari buliran bening menetes dari kedua pelupuk matanya. Kebahagiaan yang tak pernah ia rasakan dalam hidupnya. Kini, hadir bersama dirinya.
Long An yang mengetahui ibunya menangis merasa sangat kaget.
“Mama, kenapa mama menangis?” Tanya Long An dengan mata berkaca-kaca karena melihat ibunya menangis.
Irene lantas berjongkok agar sejajar dengan anaknya. Long An segera menghapus air mata yang membasahi pipi Irene. Irene langsung memegang tangan Long An yang sedang menyeka air matanya. Mencium tangan mungil Long An yang terlihat kuat.
“Di dunia ini, seseorang menangis karena dua hal. Pertama karena merasa sedih dan yang kedua adalah tangis kebahagiaan. Sedangkan yang mama rasakan saat ini adalah tangis kebahagiaan. Melihat putra kecil mama begitu hebat dan sangat luar biasa. Mama bangga padamu naga kecilku.” Kata Irene tersenyum penuh haru.
Long An yang mendengar perkataan ibunya langsung memeluk dengan erat.
“Mama, mulai sekarang berjanjilah. Jangan menangis karena sedih atau menangis karena bahagia sekalipun. Mama tidak boleh lagi mengeluarkan air mata. Setiap tetesan air mata mama sangat berharga. Jadi berjanjilah untuk tidak menangis lagi karena aku juga akan berjanji. Akan selalu membuat mama bahagia.” Kata Long An penuh ketulusan.
Mendengar setiap kalimat yang diucapkan oleh putra kecilnya. Irene benar-benar merasa sangat terharu dan bersyukur memiliki Long An di dunia ini. Putra yang tak pernah ia harapkan akan terlahir dari rahimnya. Kini, malah menjelma menjadi sumber kebahagiaan untuknya. Setelah berpelukan beberapa saat. Irene melepaskan pelukannya dan segera menyeka air matanya lagi. Lalu tersenyum pada Long An penuh kasih sayang.
“Mama harus berjanji. Tidak boleh menangis lagi.” Kata Long An.
Irene mengangguk dengan yakin.
“Baik, mama berjanji.” Jawab Irene.
Keduanya lantas saling mengaitkan jemari kelingking tangannya. Lalu saling melempar senyum kebahagiaan.
“Hari ini adalah hari yang sangat membahagiakan. Anak mama benar-benar luar biasa.” Kata Irene saat mereka menyusuri jalanan untuk kembali pulang ke sebuah flat atau apartemen sewaan. Keduanya saling bergandengan tangan dengan ceria.
Long An tersenyum ceria. Pipinya yang kemerahan terlihat menggemaskan.
“Tentu saja aku hebat, karena aku adalah anak mama. Mamaku bernama Irene Maxzella.” Jawab Long An menggemaskan.
“Baiklah… mama mengakui anak mama memang hebat, karena itulah tepat diusia anak mama yang ke 10 tahun ini. Mama akan memberikan apapun yang Long An inginkan. Jadi, sekarang katakan apa yang Long An inginkan?”
“Wah, benarkah itu Ma? Apapun yang Long An inginkan?” Tanya Long An tak percaya.
Irene mengangguk dengan pasti. Kemudian tanpa berfikir panjang Long An menjawab dengan ceria.
“An… ingin bertemu dengan Papa.”
Mendengar permintaan Long An. Seketika raut wajah Irene berubah drastis. Tangannya terlihat gemetar. Ya, Irene tak menduga hal ini akan menjadi permintaan anaknya. Sesuatu yang Irene pun tak tahu bagaimana mengabulkan keinginan anaknya. Kini, yang ada kilasan masa lalu menari-nari dalam benaknya. Memaksa hadir didalam pikirannya. Membongkar setiap ingatan akan masa lalunya. Masa lalu yang sebenarnya ingin Irene lupakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Berdo'a saja
gimana ceritanya
2021-11-07
1
H!@t>🌟😉 Rekà J♡R@
Em.. PU nya ternyata si ibu ini yaa.. tp blum flashback napa bs hamil..hihi
2021-09-02
1