Karin turun menuju ruang makan untuk makan siang yang sangat terlambat, di meja makan sudah menanti Banu papanya bersama Tati mamanya.
"Sini duduk dekat papa" ucap Banu pada anak gadisnya.
"Papa tadi kesekolah Karin?" tanyanya sembari duduk.
"Iya, tapi kamunya udah gak ada, papa nungguin di luar sambil lihat-lihat kamu gak ada juga, untung aja mama nelpon papa kalau gakudah karatan papa nungguin di sana" jelas Banu.
"Lagian papa ngapain nungguin Karin, biar aja pulang panas-panasan" ucap Kara ikut duduk di samping mamanya.
"Apa sih bang! sirik aja Kare ayam" sahut Karin mengambil makanan.
"Kara Anjar bukan Karina, bukan Kare ayam!" kesal Kara mellotot pada adiknya yang sangat suka memanggilnya kare ayam.
Karin hanya diam menikmati makanannya tanpa perduli dengan ucapan abangnya itu.
"Udah kamu makan aja, gak usah ribut di meja makan gak baik" ucap Tati pada Kara yang menuruti mamanya.
Selesai makan mereka masih duduk di meja makan bersama sembari bercerita.
"Gimana sekolah kamu, hari pertama menyenangkan kah?" tanya Kara.
"Ada senangnya ada gaknya, masih enakan di desa nenek" ucap Karin sedikit cemberut.
Kepindahan Karin kesekolah di kota karena paksaan orang tuanya, terutama sang mama yang sampai berpura-pura menangis demi anaknya agar mau ikut kekota. Karin yang sudah betah tinggal di desa bersama neneknya sejak kecil merasa sangat betah di sana.
Sedangkan sang mama semakin merasa kesepian sejak anak sulungnya mulai ikut bekerja sembari menyelesaikan kuliah akhirnya. Kesibukan Banu juga membuat Tati meminta Karin pulang, dengan drama terbaik yang dimainkannya jadilah Karin ikut pulang.
"Jadi kamu menyesal ikut mama pulang Karin" ucap Tati sendu membuat Karin menghela napas.
Mamanya itu memang paling bisa kalau di suruh membujuk anak-anak dan suaminya agar menuruti keinginannya.
"Karin gak nyesal ma, cuma kalau di desakan sejuk, teman-temannya ramah, baik sedangkan di kota teman-temannya belum jadi orang" ucap Karin.
"Memangnya semua siswa di sekolah itu masih setengah orang, trus setengahnya lagi apa?" tanya Kara heran.
"Kare ayam setengahnya" canda Karin terkekeh.
Kara melipat kedua tangannya kesal menatap sang adik yang suka mengganggunya. Walau mereka lama tidak bertemu tapi kedekatan mereka tidak peelu diragukan lagi. Kara sangat menyayangi adik perempuan satu-satunya itu.
"Ada yang jahatin kamu di sekolah?" tanya Banu khawatir pada putrinya.
"Hah, tenang aja pa Karin bisa atasi kalau ada yang ganggu" sahut Karin santai namun penuh keyakinan.
Beberapa saat kemudian mereka melangkah meninggalkan meja makan, masing-masing kembali pada kegiatan mereka. Karin ikut mamanya pergi le mall untuk belanja bulanan.
Kegiatan yang sering di lakukan oleh Karin selama di kota adalah mengikuti mamanya kemanapun pergi. Setiap kali mamanya keluar rumah Karin tidak pernah di tinggalkan, hanya ketika arisan saja Karin tidak ikut.
Karin tidak suka dengan perkumpulan emak-emak yang ujung-ujungnya akan bergosip, lalu menjodohkan dirinya dengan anak mereka. Hal itu sudah pernah terjadi sebelumnya pada Karin yang bahkan mau di lamar oleh seorang teman arisan mamanya, katanya untuk sang anak yang tampan dan mapan.
Sejak saat itu Karin tidak mau lagi ikut peegi arisan oleh mamanya, selain tidak ingin mendengarkan omongan para emak-emak. Karin juga tidak perlu merasa seperti anak kecil lagi yang selalu mengikut mama kemanapun pergi.
Hanya saat ke mall begini saja Karin akan ikut sang mama, kalau pergi ketempat lain ia tidak terlalu mengikut jika tidak penting.
"Kita kesalon dulu ya Rin" ucap Tati pada Karin yang langsung terlihat jutek.
"Mama aja yang ke salon, Karin mau ketoko buku aja" ucap Karin yang kurang suka salon.
"Ya udah kalau gitu, nanti mama telpon kalau udah selesai ok" Karin mengangkat tangannya dan membalas ucapan mamanya dengan tanda ok juga.
Karin berpisah dengan mamanya untuk pergi ketoko buku yang ada di kanan sedangkan mamanya pergi ke arah kiri. Sembari berjalan-jalan Karin melihat-lihat toko yang di lewatinya.
"Wah itu keren" celetuk Karin saat melihat sebuah kaos berwarna hitam polos.
Dengan cepat Karin melangkah masuk kedalam toko untuk mengambil baju yang dilihatnya. Karin mengambil kaos itu sembari di bolak-balik dan dipaskan di badan.
"Cocok gak ya" gumam Karin melihat pakaian yang sedang di paskan di tubuhnya itu.
"Jelek" ucap seseorang di belakang Karin mengagetkan.
Karin membalikkan tubuhnya melihat siapa orang yang sudah mengagetkannya itu. Matanya memicing saat tahu siapa yang sudah mengganggunya.
"Siapa yang minta pendapatmu?" ketus Karin kembali melihat kaos di tangannya.
"Cewek itu harusnya pakai yang pink" ucap Aldi datar sembari menunjukkan deretan baju cewek berwarna pink.
"Pake aja sendiri kalau mau" Karin melihat-lihat kaos lainnya sembari memegangi kaos yang dilihatnya pertama kali tadi.
Tiba-tiba Aldi menarik tangan Karin begitu saja kearah pakaian couple. Dengan santainya Aldi mengambil satu set baju dan memberikan yang ukuran kecil pada Karin.
"Coba" ucap Aldi.
"Gak"
"Cepat"
"Gak"
Aldi menghela napas lalu membalikkan tubuh Karin begitu saja dan menempelkan baju di tangannya pada punggung Karin.
"Apa yang kau lakukan? ja.."
"Ayo" ajak Aldi lagi menarik Karin kekasir begitu saja.
"Hey kita mau kemana? jangan asal tarik-tarik aja ya" kesal Karin.
Kaos di tangan Karin di ambil Aldi dan di berikan pada kasir. Karin melihat saja apa yang dilakukan Aldi dengan perasaan dongkolnya, bibir gadis itu merengut menatap apa yang dilajukan laki-laki di depannya.
Setelah menerima kantongan dari kasir Aldi kembali menarik Karin keluar toko. Tiba di luar Karin menghentakkan tangannya hingga pegangan Aldi terlepas.
Karin merebut kantongan di tangan Aldi dan mengambil kaosnya kemudian pergi. Tapi sebelum itu..
"Berapa harganya?" tanya Karin mengambil dompetnya di tas selempang pundaknya.
"Loh kemana dia?" heran Karin saat tidak menemukan Aldi di hadapannya.
"Apa dia gaib? baru gak dilihat sebentar udah hilang" gumam Karin melihat kesana sini mencari.
"Sudahlah, besok saja di sekolah" Karin berbalik badan melangkah ketoko buku.
Memasuki toko buku Karin langsung melihat-lihat setiap rak mencari buku yang diinginkannya. Saat melihat apa yang diinginkannya, Karin langsung mengulurkan tangannya untuk mengambil.
Tapi sayang tangan Karin tidak cukup panjang untuk mengambil buku itu. Gadis itu berjinjit-jinjit untuk meraih bukunya tapi tetap tidak bisa hingga ada tangan lain yang meraih buku itu membuat Karin marah.
Gadis itu berbalik dan bersiap menyemburkan kejesalannya, tapi ketika balik badan lagi. Lagi-lagi laki-laki itu muncul di hadapannya dengan tiba-tiba.
"Hey jalangkung balikin buku itu, itu punyaku" ketus Karin melotot pada Aldi yang menatapnya datar.
"Aldi" ucap laki-laki itu.
"Terserah, makanya jangan muncul dan ilang tiba-tiba di dekat orang" gerutu Karin.
Aldi tidak menanggapi ucapan Karin dan pergi begiti saja membuat Kari kesal setengah mati berhadapan dengan Aldi. Terkadang laki-laki itu bicara kadang juga membisu bagai patung.
"Apa sih panggilan yang cocok untuknya, kadang jadi patung bernyawa, kadang jadi mumi, kadang jadi jalangkung, apa mending dipanggil bunglon aja biar lebih cocok karena suka berubah-ubah, kalau bunglon warnanya kalau dia sikapnya" gerutu Karin sembari melangkah lagi mencari buku lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments