Karin berdiri sembari tolak pinggang menatap kesal pada Aldi yang balik menatapnya dengan pandangan polos dan tanpa rasa bersalah sedikitpun. Laki-laki itu juga tidak marah karena Karin sudah menjitaknya cukup keras, entah kenapa baginya jitakan Karin hanya seperti pijatan saja.
"Siapa yang menyuruhmu mengambil makan siangku huh? bahkan kamu juga meminum airku tanpa ijin" pekik Karin melotot kesal.
Aldi hanya mengangkat bahunya acuh lalu tanpa perduli dengan marahnya Karin. Beberapa siswa yang sudah memasuki kelas menatap Karin tidak percaya karena berani memukul bahkan memarahi anak pemilik sekolah yang sangat tidak bisa di sentuh apa lagi di dekati itu.
Sisi dan kedua temannya langsung mendekati Karin tapi agak berjarak satu meja. Sisi menatap marah pada Karin yang sama sekali tidak melihat kearahnya.
"Heh anak baru, belum satu hari aja udah belagu" ucap Usi teman Sisi.
"Kamu tahu gak kalau Aldi itu anak pemilik sekolah ini, kamu mau ya di usir dari sini karena berani melawannya" sambung Kasi.
Karin memutar bola matanya malas mendengar ucapan para pengganggu itu, ya Karin sudah memberi cap pengganggu pada Sisi dan dua temannya. Lihat saja buktinya sekaran.
"Terimakasih peringatannya, tapi maaf aku gak sama siapapun, selagi gak melanggar peraturan sekolah gak akan ada yang bisa ngeluarin aku seenaknya sekalipun anak pemilik sekolah" ucap Karin santai sembari memasukkan kotak bekalnya.
Merasa diabaikan membuat Sisi marah karena selama ini tidak pernah ada yang berani padanya. Ia selalu membully siapa saja yang berani padanya, bahkan siapapun yang didengarnya mengaku sebagai kekasih Aldi terang-terangan akan dibully habis-habisan hingga keluar sendiri dari sekolah itu.
"Heh anak baru!" bentak Sisi menggebrak meja di hadapannya dengan tatap permusuhan pada Karin yang sangat kentara.
"Kamu itu cuma anak culun yang jelek dan udik, jadi jangan sok, di sini itu aku yang berkuasa untuk para perempuann bahkan para kaum cowokpun memujaku, jadi kamu jangan coba-coba jadi tuan putri disini" marah Sisi.
Sebagai pemuja sekaligus orang yang mencintai Aldi, Sisi tidak senang jika ada yang dekat-dekat dengan laki-laki itu. Bahkan dirinya sendiripun tidak bisa sekedar duduk bersama apa lagi sampai menatap kesal dan marah seperti itu. Di tambah respon Aldi yang hanya diam dan acuh membuat Sisi semakin berang tidak terima.
Aldi yang memang terganggu dengan kehadiran Sisil dan teman-temannya yang mengganggu kesenangannya membuat kesal Karin jadi kesal sendiri. Aldi menatap tajam pada tiga perempuan di depannya sembari bersidekap.
"Hey tuan mumi alias patung bernyawa, usir tuh pacarmu yang berisik" bisik Karin pada Aldi yang membuat tubuh Aldi sedikit menegang.
Pasalnya selama ini tidak pernah ada seorang perempuan yang berani mendekati apa lagi melakukan hal yang demikian padanya seperti yang di lakukan Karin selain seseorang dimasa lalu. Meskipun panggilan Karin padanya begitu tapi Aldi tidak bisa berbuat banyak karena memang julukan yang di terimanya sebagai orang yang jarang berbicara maupun berekspresi beragam.
Melihat Karin mendekati Aldi sembari berbisik semakin memantik kecemburuan pada Sisi yang sangat iri. Sisi tidak pernah berhasil menarik perhatian Aldi bagaimanapun caranya, sedangkan Karin yang murid baru dan culun bagitu mudahnya dekat dengan Aldi hingga berbisikpun tidak dimarahi.
"Jauh-jauh dari Aldi ku culun" sentak Sisi hendak menarik rambut Karin yang di kuncir dua di depan.
Tapi tangan Aldi sudah lebih dulu memukul tangan Sisi kuat hingga menghantam tembok di samping perempuan itu. Sisi meringis kesakitan akibat kerasnya tangannya menghantam tembok.
"Auw sakit banget, Al tangan aku sakit nih gara-gara dia kamu harus balas dia untukku" ucap Sisi dengan wajah sedih dan memegangi tangannya yang sakit.
"Dasar perempuan cu.."
"Pergi" sela Aldi menghentikan ucapan Usi yang akan di lontarkan pada Karin.
Pandangan tajam dan muka datar Aldi membuat ketiga perempuan itu takut dan bergerak pergi ke arah keluar menuju UKS untuk mengobati tangan Sisi.
Setelah ketiga perempuan itu pergi Karin menghela napas, baru beberapa jam saja dia berada di sekolah itu sudah memiliki orang yang membecinya. Kalau di pikir-pikir bahkan Karin tidak keluar dari kelas sudah ada di kelas itu sendiri yang sangat tidak menyukainya.
Bagaimana kalau ia keluar dari kelas dan beraktifitas seperti yang lainnya, kekantin, ketaman sekolah, ke perpustakaan. Pati akan lebih banyak lagi masalah juga orang-orang seperti itu akan bermunculan pikir Karin geleng kepala.
Aldi yang melihat perempuan di sampingnya geleng kepala bisa mengerti apa yang dipikirkan. Tentu saja segala kemungkinan yang akan terjadi apa lagi Aldi membela Karin, saat ini saja masih ada teman di kelas mereka yang melirik-lirik keduanya meski tidak mereka perdulikan.
Namun bisik-bisik beberapa siswa dapat Aldi dengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan.
"Bisa gempar kalau sampai satu sekolah tahu Aldi belain si cupu"
"Si cupu bakalan dalam masalah"
"Pasti cewek-cewek yang lain bakalan bully dia terus kalau sampai keluar kelas"
Aldi menghela napas mendengar hal itu, apa semua cewek selalu berpikiran sempit sampai cuma masalah sepele jadi sebesar itu batin Aldi.
Bel masuk kembali berbunyi untuk pelajaran selanjutnya, semua murid masuk kedalam kelas dan mulai belajar lagi. Begitupun dengan kelas 12 A IPA tempat Karin belajar sekarang.
Semua murid fokus belajar dan mendengarkan apa yang dijelaskan guru di depan hingga datanglah Sisi yang baru masuk bersama dua temannya. Guru yang belum melakukan absensi menatap ketiganya heran.
"Kenapa kalian baru masuk? kalian sudah terlambat 30 menit" ucap guru pria yang sudah paruh baya itu.
"Maaf pak kita habis dari UKS" ucap Sisi dengan wajah yang masih sedih.
"Siapa yang sakit"
"Sisi pak" sahut Usi.
"Tapi kamu terlihat biasa saja" guru itu tidak melihat adanya ciri-ciri orang sakit pada Sisi selain wajah sedihnya, dan itu bisa saja karena patah hati pikir guru itu.
"Tangan saya sakit pak, tadi di pukulkan ke tembok sama anak baru itu" adu Sisi menunjuk pada Karin yang masih terlihat menulis bersama Aldi dan hanya mereka berdua yang tidak perduli dengan kedatangan Sisi dan temannya.
"Kenapa begitu? mana yang di pukulkan ketembok?" tanya pak guru membuat Sisi menunjukkan tangannya yang hanya memar sedikit saja.
"Ini pak, sakit banget tahu pak, dia pukulkannya keras banget" rengek Sisil.
Pak guru itu menatap kearah muridnya lalu bertanya.
"Siapa yang namanya Karin?" yang di panggil mengangkat tangannya.
"Kenapa kamu pukul Sisi pakai tembok?" tanya pak guru yang memang tidak pernah menganggap serius aduan yang menurutnya tidak masuk akal, apa lagi di jam pelajaran.
"Maaf pak, saya gak pernah mukul dia pakai tembok karena saya gak kuat pak kalau gangkat tembok, yang ada saya ketimpahan" sahut Karin santai.
Guru mengangguk membenarkan, dengan wajah malasnya pak guru menatap Sisi dan temannya.
"Karena kalian bertiga sudah terlambat cukup lama dan mengganggu jam pelajaran, jadi sekarang keluar lalu berdiri di depan kelas sampai jam saya selesai"
"Tapi tangan daya sakit pak" rengek Sisi tidak terima di hukum lagi, tadi di jemur sekarang berdiri di luar males banget gerutunya dalam hati.
"Itu cuma memar sedikit, jangan manja dan cepat keluar, lagiankan yang berdiri kaki kamu bukan tangan, lain cerita kalau kamu berdiri pakai tangan, lalu kaki yang di atas" ucap pak guru kesal.
Sisi dan kedua temannya keluar kelas lalu berdiri di depan pintu menghadap guru yang mengajar. Sumpah serapah di ucapkan Sisi dan temannya dalam hati untuk Karin karena sudah membuatnya dua kali di hukum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Siti Jubaedah
baik ...suka ....
2022-09-13
0