Sudah menjadi hobi dan kebiasaan Arthur dan ketiga sahabatnya, jelang istirahat mereka duduk ditaman belakang sekolah, untuk apa lagi jika bukan untuk menghabiskan beberapa batang rokok kesukaannya.
"Gimana misi lo hari ini, udah berhasil?" ucap Damian pada Seno.
Seno menghela nafas, sembari mengeluarkan kepulan asap rokok dari hidung dan mulutnya.
"Boro-boro, gue ngomong panjang lebar aja kagak di resfon anjirrr, bakalan susah keknya, ngedeketin cewek model dia."
"Ya wajarlah, yang cakep emang lebih baik begitu, jual mahal dikit bro!" balas Damian sambil tergelak.
"Heran aja gue, biasanya cewek tuh, paling demen kalau di gombalin,"
"Meski mulutnya selalu bilang, kamu sok perhatian, kamu gombal deh, tapi sebenarnya dia suka bro!" gelak tawa Seno dan Damian, semakin tidak bisa dikondisikan.
"Tapi itu cuma berlaku buat cewek lain, kagak berlaku buat si cantik Dara, cuy!" sambung seno, setelah berhenti tertawa.
"Lo berdua ngapain sih, sibuk rebutin si Dara, cewek lo mau di apain?" timpal Ardi.
"Itumah urusan gampang, Dara dapet, yang lama gue lepas!" balas Seno santai, yang mendapat toyoran keras dari Damian
"Wah parah lo, ngikutin jejak siapa lo?" Damian terkekeh.
"Ngikutin jejak Siapa lagi, kalau bukan si raja playboy kita yang satu ini." merangkul bahu Arthur, yang kemudian di tepis kasar olehnya.
Ditengah obrolan tidak penting mereka, tiba-tiba seorang gadis datang dan bergelayut manja, dilengan Arthur.
"Sayang, kamu kemana aja sih, dari tadi aku cariin nggak ada, tahunya lagi disini?" ucapnya yang terdengar sangat lebai menurut Damian dan Seno.
"Apaan sih lo?" Arthur menepisnya.
"Kangen tahu!" tanpa rasa malu ia menyenderkan kepalanya dibahu Arthur, sedangkan kedua tangannya melingkar memeluk tubuh Arthur erat.
"Lepas nggak?"
Monica menggeleng, "Nggak akan!"
"Lo itu apa-apaan sih Mon, emang lo nggak malu dilihatin orang."
"Ngapain musti malu, orang gue lagi meluk pacar sendiri kok."
"Ngimpi!" sahut Seno, yang dari awal memang tidak menyukai karakter seorang Monica.
Bersamaan dengan Dara dan Ratih, yang kebetulan lewat, entah dari mana, membuat Arthur kalang kabut, seolah ketahuan pacar sedang selingkuh, sontak ia mendorong tubuh Monica, hingga terjungkal.
Namun sepertinya Dara sudah melihat semuanya, bahkan ia sempat berdecih kala tatapannya bertemu.
Monica meringis, "Sayang, kok kamu tega banget sih!"
"Salah lo sendiri, nempel kaya permen karet."
"Sayang, mau kemana?" ujar Monica, ketika melihat Arthur hendak bangkit dari duduknya.
"Berlama-lama deket sama elo, bikin gue gerah tahu nggak."
Arthur pun beranjak dari duduknya, meninggalkan Monica yang meringis memegangi lututnya.
Sedangkan Seno, Damian, dan Ardi tertawa mengejek Monica, tanpa ada rasa kasihan sedikitpun.
"Awas ya, lo bertiga!" ancamnya, sembari berjalan menghentak-hentakan kakinya yang sedikit pincang.
..
..
"Aww," pekik Dara, ketika seseorang mendorongnya kedalam toilet.
Dan ia melotot tak percaya, ketika mengetahui siapa yang sudah mendorongnya kembali masuk kedalam toilet tersebut.
"El_"
Ucapannya terpotong, karna Arthur membekap mulutnya terlebih dahulu.
"Lo mau semua murid dan guru disini denger," bisik Arthur.
"Mau di gerebek, karena ketahuan berduaan didalam toilet?"
"Kalau gue sih, gak masalah, seneng malah!" lanjutnya, tersenyum licik.
"Mau lo apa?" ucap Dara, dengan emosi yang meluap-luap.
"Mau gue? gampang, lo tinggal masukin nomor handphone lo disini!" mengulurkan ponsel miliknya ke tangan Dara.
"Nggak mau,"
"Serius, nggak mau?" Arthur memepetkan tubuh Dara ke dinding toilet, dan bahkan kini wajahnya dengan wajah Arthur hanya berjarak beberapa centi saja, bisa Dara rasakan hangat nafas Arthur menerpa wajahnya.
Dengan gerakan kasar, Dara pun mendorong tubuh Arthur, agar menjauh dari tubuhnya.
"Ok, mana ponsel lo!" ketus Dara.
Arthur tersenyum senang, lalu mengulurkan kembali ponselnya kearah Dara.
"Jangan berani-berani ngasih gue nomor palsu!" ujar Arthur, saat Dara mulai mengetikan sesuatu dilayar ponsel miliknya.
Dara mendesah tak percaya, Rupanya laki-laki dihadapannya sangat peka akan hal tersebut, membuatnya kini harus menghapus ulang nomor palsu yang sudah diketiknya, dan mengganti dengan nomor ponsel miliknya yang asli.
"Udah, sekarang lepasin gue, gue mau keluar!"
"Ok, silahkan tuan putri." ucap Arthur sembari membuka lebar-lebar pintu toiletnya.
.
.
Jarum jam menunjukan pukul 19:40, Dara baru saja menyelesaikan tugas sekolahnya, lalu ia mengambil ponselnya yang ia letakan diatas Nakas disamping tempat tidurnya.
Dan ia terbelalak, kala mendapati deretan 37panggilan tak terjawab, dari nomor yang sama.
Dan saat ia hendak meletakan kembali ponselnya,
tiba-tiba ponsel tersebut kembali menyala.
"Hallo?" ucap Dara, ketika telponnya sudah tersambung.
"Hai, lagi ngapain nih?"
"Sorry, gue sibuk!" ketus Dara, dan segera mematikan telponnya secara sepihak.
Lalu ia menonaktifkan handphonenya, dan merebahkan tubuhnya, karena kelelahan ia pun lalu tertidur.
..
..
"Tih, kamu ngerasa nggak sih? kalau anak cewek-cewek disini tuh aneh, perasaan kalau aku lewat, mereka langsung masang muka sinis gitu, salah aku apa coba?" Ucap Dara, pada Ratih yang berjalan di sampingnya.
"Karena kamu cantik!"
"Maksudnya?"
"Iya, karena kamu itu lebih cantik dari mereka, dan aku rasa mereka itu takut kalah saing sama kamu Ra."
"Kamu lihat kan tadi, cewek yang pake bando merah,?"
"Yang mana?"
"Yang lagi ngobrol sama Damian."
Dara mengangguk.
"Dia itu most wantednya sekolah ini, dan dia itu cinta mati banget sama si Arthur."
"Si Arthur playboy itu?"
"Ya siapa lagi."
Dara berdehem, membahas seorang Arthur, selalu membuatnya merasa kesal secara tiba-tiba.
Entah kenapa?
Dan saat langkahnya semakin dekat menuju kelasnya, kilasan matanya tak sengaja melihat Arthur yang sedang berjalan sembari menatapnya dengan ekpresi yang susah di artikan.
Merasa risih, Ia pun memilih untuk memalingkan wajah, dan bergegas memasuki kelas.
"Pagi bidadari?" sapa Seno, sembari tersenyum genit.
Dara tak menjawab, ia justru memperlihatkan wajah Datarnya, menarik kursi lalu mendudukan dirinya disana.
Dan sikap Dara tersebut, memancing Damian tergelak keras, hingga semua mata tertuju padanya.
"Berisik kunyuk!" Seno menjitak kepala Damian, yang berhasil membungkam mulutnya.
"Sakit anjir." Damian mengusap kepalanya.
"Emang enak lo, dikacangin." lanjut Damian, mengejek.
"Bang sad, lo!"
Sedangkan Arthur, ia diam-diam memperhatikan wajah Dara, yang pagi ini terlihat sangat manis dimatanya.
"Nggak usah ngelihatin, bisa kan?" ucap Dara tanpa menoleh kearahnya.
"Emang kenapa?" tantangnya.
"Gue nggak suka."
"Tapi gue suka, gimana dong?"
Dara mendesis, "Lo itu emang nggak ada kerjaan banget ya, jadi orang."
"Emang!"
Dara menoleh dengan wajah kesal, sedangkan Arthur tersenyum hangat kearahnya.
..
..
Setelah sepulang sekolah, Dara berkunjung kerumah Puspa sahabatnya, dengan mengendarai motor matic kesayangannya.
Ketika didalam perjalanan menuju rumah Puspa, dipinggir jalan yang tidak terlalu ramai di lewati itu, 2 orang laki-laki muda tengah berkelahi saling memukul dengan membabi buta.
Sedangkan 2 orang laki-laki lain, tengah bersorak, layaknya penonton yang sedang menyaksikan sebuah pertunjukan yang menarik.
Merasa mengenali salah satunya, Dara akhirnya memutuskan untuk turun, dan berharap bisa menghentikan perkelahian tersebut.
"Stoppp!" teriaknya.
Yang sontak, membuat semuanya menoleh kearah suara.
"Irfan, lo ngapain sih?" Dara, menarik tubuh Irfan, dan melirik kearah lawan berantemnya.
"Elo?" tunjuknya.
.
.
Terimakasih yang sudah mampir di karya baru Author😊
Jangan lupa, like, komen dan votenya ya sayang-sayangku🥰
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Seno rival nya si Arthur 🤣🤣🤣🤣
2023-01-11
0
Rafanda 2018
jijik ma athur,,,
2022-08-25
0
Elizabeth Zulfa
ku kira pas Arthur ngasih hp nya bkal dicemplungin k toilet trnyata mlah diksih no. bneran
2022-01-15
0