Di Cafe depan sekolah..
"Bro, anak baru tadi, bukannya cewek yang kemarin datang ke angkringan ya?" ucap Seno memastikan, bahwa dirinya tidak salah lihat.
"Iya bener, itu temennya cewek yang kemarin gue ajak kenalan,"
"Wah gila, ternyata bener kata pepatah, kalau jodoh itu kagak bakal kemana."
"Maksud lo apaan?" sambar Ardi.
"Cewek itu, adalah jelmaan bidadari yang tuhan kirim buat gue,"
"Kemarin gagal, kagak sempet ngajak kenalan, karena dia keburu pergi, eh hari ini dia nongol tanpa di minta!" lanjut Seno, tersenyum senang.
"Kalau cakepnya model gitu, gue juga maulah!"
"Dikawinin sekarang juga, mau banget gue!" sambung Damian.
"Pede banget lo semua, belum tentu dia mau sama lo berdua!" dengus Ardi.
"Kenapa lo, kok jadi lo yang sewot, iri bilang bos!" sambar Seno.
"Tahu tuh!" Damian ikut mendengus.
"Si kunyuk dari kemarin diem mulu, lihat cewek cakep, biasanya kan dia yang nyambar duluan, nggak sih?" ucap seno setengah berbisik, yang masih terdengar jelas di telinga Arthur.
"Insyaf kali tuh bocah!" timpal Damian, yang langsung disambut gelak tawa oleh ketiganya.
"Mana ada, playboy seantero sekolah insyaf, palingan juga dia lagi ngumpulin energi buat gombalin cewek-cewek." sambung Seno, masih dengan gelak tawanya.
Sedangkan Arthur, masih terdiam, sembari menikmati sebatang rokoknya.
Membuat ketiga sahabatnya merasa keheranan.
Waktu istirahat pun kini sudah hampir habis, semua murid laki-laki maupun perempuan, kembali memasuki kelas dengan tertib, begitupun dengan seno, Ardi dan Damian, sedangkan Arthur berjalan pelan paling belakang.
Arthur semakin memendekan langkahnya, kala melihat punggung seorang gadis dihadapannya, yang juga sedang berjalan di koridor, menuju kelasnya.
Sedang tertawa, dengan seorang gadis, yang Arthur yakini adalah gadis yang selalu disapa cupu oleh teman-temannya.
Lalu Gadis yang sedang berjalan di hadapannya menoleh, hingga pandangan mereka bertemu.
Namun, detik kemudian Arthur memilih berjalan cepat terlebih dahulu.
"Ganteng nggak menurut kamu?" tiba-tiba Ratih berujar, membuat Dara menggerenyit bingung.
"M-maksudnya?"
"Cowok yang barusan lewat."
"Mayan!" jawabnya singkat, seolah tak berminat membahas laki-laki tersebut.
"Namanya Arthur,"
"Dia terkenal playboy, seantero sekolah." lanjut Ratih.
"Udah gue duga!" gumamnya, membuat Ratih menoleh kearahnya.
"Maksudnya?"
"Eh, maksud aku, kelihatan dari wajahnya, kalau dia itu playboy."
"Kalau aku perhatiin, kayaknya dia suka sama kamu," sambung Ratih, menoleh sekilas kearah Dara.
Membuat Dara berdecak tak suka, Siapa juga yang mau pacaran sama laki-laki model begitu batin Dara.
Meski di dalam kelas, keduanya duduk berdampingan, namun baik Arthur maupun Dara, tidak ada yang mau membuka suara terlebih dahulu.
"Sstttt!" Seno mencolek punggung kekar Arthur, yang duduk dibelakangnya.
"Apaan si lo,?"
"Tukeran duduk lah."
"Mana bisa begitu?" ucap Arthur dengan wajah datar, entah mengapa sudah dua hari ini Arthur terasa berbeda, ia bagaikan singa liar, yang berubah menjadi jinak dalam satu waktu.
"Dam, kira-kira menurut lo si Arthur kenapa ya?" bisik Seno.
"Maksudnya, kenapa gimana, kagak ngarti gue."
"Elo ngerasa nggak sih, kalau udah dua hari ini tuh bocah lebih banyak diem, terus di samperin cewek-cewek cakep aja dia kek cuek gitu,"
Damian manggut-manggut, "Iya, yang lo bilang ada benernya juga sih, kagak biasanya tuh bocah kaya gitu."
"Gua masih bisa denger kunyuk!" sambar Arthur, membuat Seno dan Damian terkekeh geli.
.
.
Didepan gerbang sekolah, Dara masih setia berdiri menunggu mang Rahmat menjemputnya, ia menoleh ke kiri dan kekanan, tidak ada satupun temannya yang tersisa, karena seluruh murid sudah pulang semua.
Begitupun dengan Ratih, teman barunya, ia sudah di jemput adiknya 10 menit yang lalu.
Dengan perasaan gemetar dan gelisah, Dara mencoba menghubungi kembali ponsel mang Rahmat, Namun setelah beberapa kali mencoba menghubunginya, tak kunjung tersambung.
Akhirnya Dara, memutuskan untuk berjalan meninggalkan area sekolahnya menuju pinggir jalan.
"Belum pulang?" seru seseorang yang berdiri dibelakangnya, yang sontak membuat Dara menoleh seketika.
"Eh,"
Arthur tersenyum, sembari mengeluarkan tangan kanannya yang bersembunyi dibalik saku jaketnya.
"Kita belum sempat kenalan kan, kenalin gue Arthur." ucapnya, yang terdengar sangat manis ditelinga Dara.
Dara terdiam lama, memandangi tangan kokoh dihadapannya, hingga kemudian membalas sekilas uluran tangannya.
"Belum ada yang jemput ya?."
"Bukan urusan lo!" ketus Dara, prinsif Dara adalah menjauhi laki-laki playboy di hadapannya.
"Kalau lo mau, gue bisa antar lo pulang,"
"Nggak perlu!" lanjutnya, memasang wajah datar, sembari meninggalkan Arthur, dan melambaikan tangan menghentikan angkutan umum, lalu menaikinya.
"Udah gue duga, dia bukan cewek biasa!" gumam Arthur, tersenyum tipis, dan bergegas menaiki motornya.
Dara terpaksa turun di persimpangan jalan, karena arah menuju gang perumahan elitnya tidak dapat dijangkau oleh angkutan umum, ia pun berjalan kaki untuk sampai di gerbang utama, perumahan elit tersebut.
"Ayo naik, gue anterin!" ucap Arthur, yang sudah berada di sampingnya, menunggangi motor gede kesayangannya.
Dara terlonjak kaget, dan menoleh kearahnya.
"Elo ngikutin gue?" ucap dara, dengan suara sedikit membentak.
"Iya!" balasnya santai.
"Ngapain, kurang kerjaan banget sih."
"Pengen aja!"
"Ayo, buruan naik, kalau nggak gue bakalan datang sendiri kerumah lo." lanjut Arthur sedikit mengancam.
Dara terdiam, kalau sampai papanya tahu ada cowok main kerumahnya, ia pasti akan di sidang habis-habisan oleh sang papa batinnya.
"Ayo, buruan naik!" desak Arthur.
"Nggak mau."
"Ok, berarti lo setuju kalau entar malem gue datang kerumah, nemuin orang tua lo."
Deg!
"Lo ngancem gue?"
"Ya, bisa dibilang begitu." menggidikan bahu.
"Nyebelin banget."
Arthur tersenyum penuh kemenangan, saat Dara mulai menaiki motornya, meski memasang wajah tak bersahabat.
"Arahnya kemana?" Ucap Arthur, sambil menoleh, setelah mengenakan kembali helmnya yang sempat di dicopotnya tadi.
"Lurus terus, depan Gapura Gold belok kanan." balasnya datar.
"Ok."
Setelah melewati beberapa rumah mewah yang cukup panjang, Dara pun meminta Arthur untuk menghentikan motornya.
"Udah sampe?" tanyanya.
Dara mengangguk, dan melengos pergi, tanpa mengucapkan sepatah katapun, bergegas membuka pintu gerbang rumahnya, berjalan lurus tanpa menoleh lagi.
Sedangkan Arthur kembali tersenyum, memandangi punggung Dara, yang perlahan menghilang di balik pintu.
"Misi pertama selesai, gua udah tahu rumahnya."
gumam Arthur, lalu kembali melajukan motornya.
..
..
"Udah pulang thur, makan gih, tante udah siapin makanan kesukaan kamu lho." ucap tante Anna riang, ketika Arthur tiba dirumahnya.
Arthur menoleh, dengan kening berkerut.
"Tumben banget tante dirumah?"
"Emang kenapa, nggak boleh?"
"Aneh aja!" balasnya, sembari membuka sepatu dan melemparkannya asal, hal itu sudah menjadi kebiasaan Arthur setiap hari.
"Adududuh, yang bener dong Ar, naro sepatunya." tante Anna menggeleng, sembari menatap keponakannya kesal.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Nah ini nih tipe nya Arthur,cewek yg jual mahal gak suka ngejar2 cowok,,seantero skolah rebutan pengen jd pacar Arthur,Tapi Dara malah menjauh,,goid Dara aku suka gaya mu👏🏻👏🏻👍🏻👍🏻👍🏻
2023-01-11
0
Qaisaa Nazarudin
Lagi galau,,kemakan omongan sendiri tuh keknya si Arthur🤣🤣🤣🤣
2023-01-11
0
Tri Sulistyowati
pasti.anak.broken ya
2021-12-05
0