Sekolah Baru

"Maaf kak, temen saya udah dateng, saya duluan ya!" ucap Puspa, mengambil tasnya yang tergeletak di atas meja, lalu bergegas melangkahkan kaki meninggalkan area angkringan bang Rojak.

Sedangkan Damian, terperangah dengan mata tak berkedip, menatap sosok menawan dihadapannya.

"Anjir ada cewek cakep, kenapa kagak lo tahan si?" Seno berdecak, menghampiri Damian sembari mengacak rambutnya frustasi.

"Elahhh, si curut malah bengong!" Seno menjitak pelan kepala Damian.

"Sakit, kunyuk!" Damian mengusap-usap kepalanya.

"Gila lo ya, ada cewek cakep malah lo biarin pergi gitu aja, payah lo!"

"Gue terlalu terkesima tadi, sampai-sampai gue kagak bisa ngomong apa-apa,"

"Elahh, mati kutu kali, lo ya!" ujar Seno sembari memutar badan, kembali menghampiri Arthur.

"Ck, gila! parah, cakep banget," seru Seno, yang sudah kembali duduk disamping Arthur.

Sedangkan Arthur bergeming, ditempatnya.

"Bro, tumben banget lo diem aja, lihat cewek bening, Insyaf lo?"

Arthur hanya menggidikan bahu, sebagai jawaban.

...

...

Di pagi hari yang cerah itu, seorang gadis cantik yang sedang tertidur pulas, terperanjat kaget, kala mendengar bunyi nyaring yang berasal dari jam weker miliknya, yang berada di atas Nakas, disamping tempat tidurnya.

Matanya terbelalak lebar, saat mendapati jarum jam di dinding kamarnya menunjukan pukul setengah 6 pagi.

"Mampus, telat gue!" ucapnya, sembari menepuk jidatnya, lalu secepat kilat menyambar handuk dan bergegas ke kamar mandi.

.

.

Di Meja Makan..

"Mau di antar siapa kak,? mang Rahmat apa bareng papa?" seru mama Sinta, yang sedang sibuk mengolesi beberapa lembar roti tawar dihadapannya.

"Kak Dara, bareng mang Rahmat aja ya, aku mau bareng papa." celetuk Darren sang adik, yang baru saja datang, dan menarik kursi disampingnya, melahap dua lembar Roti, yang sudah diberi selai coklat kacang kesukaannya.

"Kamu aja ah dek, yang bareng mang Rahmat, ini kan hari pertama kakak berangkat kesekolah baru kakak." Balas sang kakak, tak mau kalah.

"Udah dek, ngalah ya sama kakak, besok-besok kan bisa, berangkat bareng papa, mungkin kakak butuh semangat dek, kan ini hari pertama kakak pindah kesana." timpal mama menengahi perdebatan kedua putra-putrinya.

"Tuh denger, wle!" Dara menjulurkan lidahnya pada Darren sang adik, yang sedang menatapnya dengan tatapan kesal.

"Hari ini doang tapi ya!"

"Iya iya,"

"Siapa yang pagi ini mau berangkat bareng papa?" Seru papa Arga, sembari mendudukan dirinya disamping mereka.

Hening,

Tidak ada yang menjawab sapaan sang papa.

"Darren kayaknya mau bareng papa," ucap Dara, membuka suara, sembari melirik kearah sang adik yang sedang menunduk, dengan wajah ditekuk.

"Lho, tadi katanya kakak yang mau berangkat bareng papa?" seru mama, yang baru saja kembali dari dapur, membawa nampan yang berisi 4 gelas susu.

"Aku dianter mang Rahmat aja deh, nggak apa-apa ma."

Mama tersenyum, ia merasa bersyukur memiliki anak perempuan seperti Dara, selama ini ia selalu mengalah dengan sang adik.

Bahkan dari kecil putri pertamanya tersebut, tak sekalipun berlaku manja padanya.

Sangat berbeda sekali dengan sang adiknya, Darren.

"Dara pamit ya ma, do'ain lancar." mencium pipi lalu beralih meraih dan mencium tangannya.

Begitu pun pada sang papa, melakukan hal yang sama.

"Salim dek, do'ain kakak lho ya!" mengacak pelan rambut sang adik.

"Yaudah hati-hati, bilangin mang Rahmat, jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya." seru mama.

"Hati-hati kak, sekolah baru, semangat baru, ingat! jangan dulu pacar-pacaran!" sambung papa.

"Eh si Papa, anak udah mulai dewasa gitu, dilarang pacaran mulu, kan kasian, biarin aja sih pa, yang penting anak kita nggak macam-macam." ucap mama, ketika putrinya sudah melangkah keluar.

"Nggak bisa, peraturan papa nggak bisa diganggu gugat,"

"Papa berangkat,"

"Came on, boy!" merangkul bahu Darren.

..

..

"Mang, berhenti disini aja ya,"

"Lha, kok disini non? kan sekolahannya masih agak jauh?"

"Nggak apa-apa mang, saya pengen nyoba jalan kaki, seru kayaknya, lagian bel masuk nya masih 15 menitan lagi, waktunya cukuplah."

"Yasudah Non, nanti pulangnya kabarin mamang ya non."

"Siapp, hati-hati mang Rahmat, kata mama jangan ngebut-ngebut bawa mobilnya." ucapnya sambil terkekeh geli.

"Laksanakan!" balas mang Rahmat, sembari menyengir kuda.

Setelah mobil mang Rahmat hilang dari pandangan, ia pun melangkahkan kakinya menuju gerbang besar, yang menjadi tempat sekolah barunya kini.

.

.

Di Kelas.

"Selamat pagi anak-anak?" sapa pak Hartadi.

"Pagi pak!" jawab para murid, dengan nada yang terdengar ogah-ogahan.

"Sebelum kita memulai pelajaran, saya mau mengenalkan seseorang dulu sama kalian, dia murid baru, pindahan dari sekolah, Bhakti Nusa.

" Huuuuu!" teriak sebagian para murid yang terkenal nakal, seperti Arthur, Damian, Seno dan Ardi.

"Sini cantik, kenalan dulu sama teman-temannya."

pak Hartadi keluar sejenak, memanggil Dara yang menunggu di belakang pintu.

"Ini dia anak-anak, teman baru kalian, namanya Dara,"

"Dara, ayo perkenalkan diri kamu."

"Hallo semuanya, selamat pagi? perkenalkan nama saya Adara Nashwa Larasati, biasa di panggil Dara, saya pindahan dari sekolah Bhakti Nusa, saya berharap semoga teman-teman bisa menerima saya, dan kedepannya dapat membantu saya memberi arahan mengenai peraturan di sekolah ini, terimakasih!"

"Tolong bantuan dan supportnya untuk teman baru kalian ini, ya anak-anak."

"Siap pak!" jawab anak laki-laki penuh semangat, terutama Damian, dan Seno, yang sejak pertama Dara masuk di buat melongo olehnya.

"Dara, duduk sebelah Arthur ya," ucap pak Hartadi, karena kebetulan Arthur duduk sendiri.

"Baik pak!"

Darapun berjalan melewati beberapa murid laki-laki dan perempuan, dengan wajah menunduk, kilasan matanya dapat melihat, ada beberapa teman perempuan yang menatapnya tak suka, sedangkan kebanyakan dari anak laki-laki menatapnya penuh ke kaguman.

"Duduk sini aja cantik, kosong kok!" seru Seno, yang mendapat jitakan spontan dari Damian.

"Anjir, kosong lo bilang, terus ini gue apaan?" bisik Damian kesal.

"Sorry, gue kira lo demit, abis kagak kelihatan!" Seno terkekeh pelan.

"Anjirr, dasar teman durjana lo!"

"Sudah sudah, Anak-anak jangan gaduh, ayo sekarang kita mulai pelajarannya ya!" pak Hartadi kembali membuka suara, di tengah kegaduhan yang tercipta didalam kelas tersebut.

Dara meletakan tasnya diatas bangku, dan mulai mengambil buku serta pulpennya, ia sempat menoleh kearah Arthur yang tengah menatapnya tanpa berkedip, membuatnya kini merasa sangat risih.

Sepanjang pelajaran pak Hartadi, Arthur sama sekali tidak fokus, ia terus saja mencuri pandang pada wajah cantik Dara, yang berada di sampingnya.

.

.

Jelang Istirahat..

"Sendiri aja, temennya kemana?" Dara menghampiri anak perempuan yang sejak tadi hanya duduk sendiri di meja kantin.

Ia mendongak, menatapnya bingung.

"Boleh aku duduk?" lanjutnya, karena gadis itu tak kunjung membuka suaranya.

Ia mengangguk, dengan tangan yang sibuk mengaduk-ngaduk semangkok bakso dihadapannya.

Setelah mendapat persetujuannya, Dara pun bergegas menarik kursi, lalu mendudukan dirinya disana, lalu meletakan bakso yang ia bawa.

Hening..

.

Hanya suara denting garpu dan sendok yang beradu dengan mangkok, keduanya menikmati bakso yang sedang di makannya dengan lahap.

"Aku disini belum punya temen, sepi banget rasanya, kamu mau nggak jadi temen aku?" ucap Dara, yang membuat gadis dihadapannya hampir tersedak.

"Eh eh, Hati-hati dong makannya, pelan-pelan." Dara mengulurkan air minumnya pada gadis tersebut.

Dan gadis itu kembali terbengong, dengan mata yang tertuju pada tangan Dara, yang memegang sebotol air mineral dihadapannya.

"Ayo ambil, di minum!"

Dengan ragu, gadis itupun akhirnya mengangguk, mengambil air minum dari tangan Dara, dan meneguknya hingga tersisa setengah.

"Terimakasih!" ucapnya, yang dibalas senyuman hangat oleh Dara.

"Dari tadi kita belum kenalan kan, kenalin aku Dara, kamu?" ia kembali mengulurkan tangannya.

"R-ratih." jawabnya singkat.

"Kamu kok sendirian, temen kamu kemana?" Dara mengulang kembali ucapannya.

"S-saya, nggak punya temen."

"Kamu anak baru juga?"

Ratih menggeleng, "Aku dari awal sekolah disini."

"Kamu bercanda?" tanyanya tak percaya, mana mungkin ia tidak memiliki teman, pikirnya, karena sudah lama berada disekolahan ini, berbeda dengan dirinya yang baru pertama kali masuk.

"Aku serius."

"Why?"

"Karena, nggak ada yang mau temenan sama aku, karena aku katro, dan miskin." ucapnya dengan suara yang terdengar bergetar ditelinga Dara.

Ck!

Dara berdecak, "Aneh sekali!" gumamnya.

.

.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Noh kan CINTA PANDANG PERTAMA kamu kan Thur,,😂😂😂

2023-01-11

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Eow jodoh nih😂😂😂😜

2023-01-11

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Ouh Dara ya nama cewek yg Arthur and the geng si huat melongo tadi di warung ya,🤣🤣🤣🤣Emang kalo yg namanya Dara,Nara itu emang cantik org nya,,Istri Ando Nara pun Cantik bisa bikin Ando gak bisa berpaling lagi🤣🤣😜😜

2023-01-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!