Playboy Jatuh Cinta

Playboy Jatuh Cinta

Pertemuan pertama

Pagi itu, Arthur sudah terlihat rapi, mengenakan seragam sekolah putih abunya, tak lupa sepatu putih yang melekat di kedua kakinya, lalu menunggangi kuda besi kesayangannya yang diberi nama Axel.

"Mang, berangkat!" Teriaknya pada mang Ramlan, security yang berjaga digerbang pintu rumahnya.

"Siap den!" Balasnya, sembari menutup pintu gerbang, lalu menguncinya.

.

.

Disekolah seperti biasa, Arthur selalu menjadi pusat utama perhatian para cewek-cewek sekelas, maupun adik kelasnya.

Meski julukan Playboy sudah melekat permanen dalam diri Arthur, namun mereka tak peduli.

Bahkan sebagian dari mereka ada yang terang-terangan, mengatakan langsung pada Arthur, dengan suka rela untuk menjadi cinta satu malamnya.

.

.

Di kantin..

"Thur, si Vinna nangis terus tuh, kagak terima dia elo putusin gitu aja, kasian tahu dia." Seru Ardi dengan wajah yang dibuat iba.

"Terus lo pikir, gue peduli!" Balasnya datar, sembari meniup-niupkan kepulan asap rokok yang sedang dihisapnya.

"Kebiasaan lo, disaat cewek lagi sayang-sayangnya malah lo tinggalin."

"Salah sendiri, jade cewek baperan!" balas Arthur sarkas.

Yang disambut gelak tawa oleh Damian dan Seno.

"Elahh elo Di, kaya yang baru kenal si Arthur aja, mana pernah dia peduli sama perasaan cewek." ucap Seno.

"Gila lo ya, udah berapa puluh cewek yang udah lo bikin nangis kek gitu?" Damian ikut menimpali.

"Kagak ngitung gue!" jawabnya santai.

"Bangsad, banget lo!"

"Gue sumpahin kena karma lo!" celetuk Seno, sembari terkekeh.

"Anjir parah bats lo Sen," Ardi menggeleng-gelengkan kepala.

"Asli gue juga sependapat sama lo bro, tos dulu dong!" Damian mengangkat tangannya, sambil tergelak.

"Biar tahu rasa tuh bocah." lanjutnya, yang disertai kekehan ketiganya.

Sedangkan yang menjadi bahan omongan mereka hanya acuh, asik menikmati sebatang rokok yang terselip di jari tangannya, tanpa berniat membalas ucapan mereka.

"Thur, lo yakin kagak takut karma?" seno kembali berujar.

Lagi-lagi Arthur tak peduli, ia hanya menoleh sekilas sembari mengangkat sebelah alisnya, setelah itu kembali menghisap rokoknya acuh.

"Hati-hati lo ya, sekarang emang hampirg semua cewek-cewek disekolah ngejar-ngejar elo, tapi gue yakin suatu saat dunia lo bakalan kebalik, giliran elo yang bakal ngemis-ngemis minta perhatian tuh cewek." lanjut Seno.

"Kagak bakalan!" ucapnya, beranjak pergi dengan tangan kirinya yang mencangklong tas.

"Mau kemana lo?" teriak Damian.

Arthur menoleh sekilas, "Balik." jawabnya singkat, mencangklong tasnya dengan sembarang

"Anjirrr, bolos lagi keknya tuh bocah."

Ardi dan yang lainnya berlari mengejar langkah Arthur yang semakin menjauh meninggalkan kantin.

"Eh inget ya, yang gue bilang tadi?" Seru Damian, ketika berhasil mengejar langkahnya, yang kini sudah berada disampingnya.

"Yang mana?" Arthur menoleh dengan alis bertaut.

"Anjir, kocak ni bocah, pake acara pura-pura amnesia segala lo?"

Arthur berdecak, dengan kaki sebelah kanan, menginjak puntung rokoknya yang masih mengeluarkan asap.

"Karma yang lo bilang tadi?" balasnya sembari terkekeh.

"Alaaahhh...kagak ada yang namanya karma dalam hidup gue," mengayunkan tangannya ke udara, dengan gerakan mengibas-ngibas.

"Gimana kalau dalam waktu dekat ini, ada seorang cewek yang bikin lo jatuh Cinta?" timpal Ardi, sembari merangkul pundaknya.

"Heh, cewek model gimana yang bisa bikin gue jatuh cinta, yang bener aja!" balasnya disertai tawa., yang terdengar hambar ditelinga sahabatnya.

"Yang di bilang si Arthur, ada benernya juga sih, kalau dipikir-pikir, si most wanted Monica aja kagak bisa tuh bikin sahabat gila kita ini bisa kelepek-kelepek."

"Apalagi cuma cewek biasa-biasa yang jauh dari kata cantik dan bohay, beuuhhh semuanya lewat cuy!" timpal Seno.

...

Jelang sore, seperti biasa, Arthur dan ketiga sahabatnya nongkrong di warung angkringan bang Rojak yang selalu di penuhi pengunjung anak muda-mudi disetiap harinya, terutama sore hari.

Warung sederhana, yang terbuat dari anyaman bambu, yang di bentuk mata walik tersebut, tak kalah ramainya dari tempat Cafe-cafe terkenal kebanyakan diluar sana.

"Ada cewek bohay bro, asik nih!" seru Damian, mengerlingkan mata, dan hendak bangkit dari duduknya.

"Gila lo, lihat yang bening dikit aja, mata lo langsung ijo!" seru Ardi dengan nada mencibir.

"Samperin bro samperin, siapa tahu kali ini jodoh elo." ujar Seno menyemangati, sembari mendorong punggungnya pelan.

Sempat menoleh sebentar kearah perempuan yang dimaksudkan sahabatnya, setelah itu Arthur duduk di salah satu bangku kayu dengan gaya coolnya, asik sendiri memainkan ponsel ditangannya.

Sedangkan Ardi memilih untuk membuat kopi kesukaannya, dan menghampiri bang Rojak.

"Cantik, sendirian aja nih, boleh gabung disini nggak?" ucap Damian berbasa-basi ketika sudah berada dihadapannya.

"Boleh kak," jawab gadis tersebut sumringah, kapan lagi bisa duduk bareng cowok ganteng begini, batin gadis itu.

"Lagi nungguin siapa sih?" lanjut Damian, mengikuti arah pandang gadis dihadapannya, yang sejak tadi terus menoleh ke kiri dan ke kanan, seperti sedang menunggu kedatangan seseorang.

"Eh, itu kak nungguin temen."

"Oh, temen." Damian pun mengangguk-anggukan kepalanya.

"Temennya cewek, apa cowok tuh?" lanjutnya penasaran.

"Cewek kak."

"Ok, sambil nemenin temennya dateng, boleh dong kenalan dulu!"

"Oh boleh kak." iapun mengulurkan tangannya antusias.

"Puspa."

"Damian." balasnya, menjabat tangan Puspa, sembari tersenyum.

"Ganteng kaya orangnya!" ucap Puspa tanpa sadar.

yang kemudian memukul pelan mulutnya, malu!

"Makasih," ucapnya.

"Kebanyakan cewek-cewek sih bilang kalau gue itu emang ganteng, mungkin udah bawaan dari orok kali ya!" ucap Damian dengan kepercayaan dirinya yang tinggi.

Membuat Puspa meringis, sedikit menyesali ucapannya tadi.

Sedangkan dari kejauhan, Seno terkekeh geli memperhatikan gerak-gerik Damian, yang sepertinya sangat menikmati obrolannya dengan seorang gadis cantik dihadapannya kini.

Dan sesekali ia menoleh kearah Arthur, yang sejak tadi hanya fokus pada gadgetnya.

"Gila si Damian, emang paling bisa banget tuh bocah."

"Thur, tumben lo diem aja, kagak mau nyamperin tuh cewek, payah lo!"

"Lagi nggak Naf su gue!" balasnya acuh.

"Kagak salah denger nih gue, seorang Arthur si Playboy seantero sekolah Pelita Bangsa, ngomong kek gini, kagak percaya gue!" Seno pun menggelengkan kepala, sembari berdecak.

"Serah,"

Merasa jenuh sendiri, Seno pun mulai mengambil satu batang rokok, dan menyalakannya, lalu menghisap nya pelan, seolah sedang meresapi rasanya.

"Anjiirrr,!" Seno tiba-tiba terlonjak, bangkit dari duduknya, dan tanpa sadar membuang rokok, yang baru saja sekali dihisapnya.

"Bangkee, kaget gue!" bentak Arthur, yang juga kini ikut bangkit dari duduknya.

"Gilaaa man, sumpah cakep banget!" ia menarik bagian depan jaket Arthur, dengan mata menatap lurus kedepan.

"Elo yang gila, ngagetin orang aj_"

Ucapannya terhenti, kala mengikuti arah tatapan Seno, disana seorang gadis cantik, dengan warna kulit seputih susu, serta memiliki rambut yang hitam panjang dengan tubuh yang pas, sedang berjalan dengan anggun, menuju meja yang kini tengah di duduki Damian dan Puspa.

.

.

Terpopuler

Comments

HR_junior

HR_junior

baca ini dulu ..td baca si Arjuna trnyata ada crita ortunya jg

2024-09-16

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Waahh di bab pertama aja udah bikin aku jatuh cinta ni thor,,,Mampir utk karya mu yg ketiga yg ku baca ini thor🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️🙋🏻‍♀️

Tapi thor aku lebih suka nama peran nya nama indo aja jgn nama bule dong,,🙏🏻🙏🏻😅

2023-01-11

0

Novianti Ratnasari

Novianti Ratnasari

seru, mengenang masa putih abu2

2022-09-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!