Arthur terperangah kala mengetahui, siapa yang datang, dan menghentikan aksinya.
"Elo ngapain sih Fan, lihat nih muka elo bonyok begini, Elo nggak kasihan apa sama nyokap lo!" Dara menyentuh wajah Irfan yang penuh lebam, kebiru-biruan.
Irfan meringis, sembari menyentuh tangan Dara yang masih menempel di wajahnya.
"Jelasin ke gue, apa yang terjadi, kenapa lo bisa berurusan sama cowok aneh itu." ujar Dara, sembari mendelik kearah Arthur, dengan tatapan sebal.
Hening...
Mereka berempat hanya saling pandang, dan sesekali memandang lekat kearah Dara.
Membuat kekesalan Dara, semakin besar dan memuncak.
"Kalian semua kenapa jadi ngedadak bisu gini,?"
"Elo berdua juga, kenapa nggak ada yang misahin mereka, gila lo ya, orang berantem malah di jadiin hiburan." tunjuk Dara, pada Damian dan Seno, yang saling pandang, dan menggaruk kepalanya bingung.
"Ok, kalau nggak ada yang mau jelasin, terserah!" ucap Dara kesal, melangkah pergi meninggalkan mereka yang masih diam membisu ditempatnya.
..
..
"Ra, tunggu!" ucap Irfan, ketika Dara hendak melangkahkan kakinya menuju teras rumah Puspa.
Rupanya, usai kepergian Dara tadi, Irfan segera menyusulnya.
Dara menoleh dengan wajah judesnya, "Apa?!" ucapnya, dengan tangan bersidakep.
"Gue mau jelasin soal yang tadi."
"Yang mana?" Lanjut Dara, dengan masih memasang muka tak bersahabat.
"Y-yang tadi Ra, sorry tadi gue diem, karena gue masih kaget, sama kedatangan lo yang tiba-tiba."
Dara bergeming.
"Tadi itu, gue nggak sengaja nyenggol motor tuh bocah, karena gue lagi buru-buru."
Irfan menghela nafas sejenak, sebelum kembali melanjutkan ucapannya.
"Terus?"
"Gue udah berusaha buat minta maaf, tapi keknya dia nggak terima gitu aja."
Irfan melirik Dara, yang kini raut wajahnya terlihat lebih tenang, dan santai.
"Dia menghadang motor gue, lalu selanjutnya mukulin gue tanpa ampun, dan sebagai seseorang yang waras, gue juga nggak mau ngalah gitu aja dong, gue hajar balik tuh bocah."
"Dan, ya beginilah jadinya, muka gue belepotan." ujar Irfan tersenyum kecut.
"Eh tapi, ngomong-ngomong kok elo kaya kenal sama mereka?" lanjut Irfan.
Dara mendesah, "Temen sekelas, disekolah baru gue!" jawabnya malas.
Kekesalan Dara terhadap Arthur, kini semakin bertambah, bahkan tanpa sadar ia mengepalkan kedua tangannya.
Sedangkan Irfan manggut-manggut, sembari mengusap pelipisnya yang terasa ngilu.
"Yaudah yuk, kita obatin didalam, dirumah si Puspa, Khawatir lukanya jadi bengkak."
Setelah mengetuk pintu beberapa kali, sang pemilik rumah pun keluar, dengan menggendong si Molly kucing kesayangannya.
"Eh Dara, aaa.. gue kangen banget tahu nggak?" Repleks Puspa menjatuhkan kucingnya, lalu berhambur memeluk Dara dan berteriak kegirangan.
"Gue juga, kangen!" Dara balas memeluknya.
"Lo kesini sama siapa?" tanya Puspa.
"Tuh!" tunjuknya pada motor Matic berwarna merah, yang terparkir cantik dihalaman rumahnya.
"Yang mana sih, kok motornya ada 2?"
"Ah elo Pus, masa lupa motor gue yang mana, elo udah gue boncengin berapa kali neng?"
"Iya iya, gue inget!" Puspa menyengir.
"Lah terus yang satunya punya siapa, tapi kok gue kaya nggak asing gitu ya, lihat tuh motor?"
"Si Irfan!"
"Hah, si Irfan? jadi tadi lo kesini barengan sama dia." tanyanya penuh selidik.
"Dia belakangan!"
"Terus, sekarang dimana orangnya?"
"Tuh!" menunjuk Irfan yang tergeletak tiduran dibelakangnya.
"Eh Gila, itu muka lo kenapa bang, bonyok begitu, abis adu jotos lo ya?" Ucap Puspa, sembari menghampiri Irfan, yang seperti sedang menahan sakit, di seluruh tubuhnya.
"Biasalah Pus cowok, nggak berantem nggak keren!" balasnya sembari terkekeh pelan.
"Muka bonyok, belepotan, jelek! Itu yang lo bilang keren, lucu lo!" Puspa berdecih, dan kembali masuk kedalam rumahnya.
"Bangun Fan, lo bisa kan bangun sendiri, kedalem yuk,.obatin dulu muka lo!" ujar Dara, sembari berusaha menarik tubuh Irfan, agar bangun.
"Tuh, es batu udah gue siapin, kompres gih mukanya, biar kelihatan dikit wujudnya." ucap Puspa, ketika melihat Irfan memasuki rumahnya.
Sedangkan Irfan hanya diam, melemparkan tubuhnya diatas sofa, lalu memejamkan mata, dengan posisi terduduk.
"Kenapa bisa begini sih lo Fan,?"
"Bikin repot orang aja sih lo!"
lanjut Puspa, tak ingin berhenti bicara.
Sedangkan Dara, Mengerlingkan mata, memberi isyarat pada Puspa, agar diam, dan berhenti mengomel.
Dara mulai membalut es, menggunakan handuk kecil, dan perlahan menempelkannya pada wajah Irfan yang penuh lebam.
"Adududuhh, sakit Ra!" ucap Irfan sembari meringis, ketika Dara mulai menempelkan kompresannya.
"Tahan dikit kenapa sih, lebay lu ah!" sambar Puspa.
"Rese lo Pus, sakit tahu!"
"Sakit dibuat sendiri, emang enak, rasain!" ejek Puspa.
..
..
Ditempat Lain..
.
Setelah kepergian Dara, yang disusul Irfan, Seno dan Damian berdecak.
"Gila tuh cewek, beuuhhh.. lagi ngambek aja cakep, makin jatuh hati nih gue kalau begini." ucap Seno, yang di iyakan oleh Damian.
"Galak-galak manis, Anjir!" keduanya tergelak bersama, sedangkan Arthur, beberapa kali menyentuh ujung bibir nya yang robek, dan mengeluarkan darah.
Setelah puas tertawa, Damian dan Seno, baru menyadari, jika Arthur sudah tak berada disampingnya.
Melesat pergi, melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.
..
..
"Itu muka kenapa bos, lebam-lebam begitu, abis latihan?" ucapan nyeleneh tersebut terlontar begitu saja dari mulut seorang bertender, yang sudah lama mengenal Arthur.
"Ambilin gue segelas Vodka." ucapnya, tanpa berniat membalas pertanyaannya.
"Siap boss!"
Begitu pesananya tersaji, Arthur segera meneguknya dalam sekali tegukan.
"Bang sad!" ucapnya, disela rasa pusing yang mulai menjalar dikepalanya.
Seperti biasa, segerombol wanita cantik dan sexy, akan datang menggoda siapapun laki-laki yang berkunjung kedalam klub tersebut.
Tak peduli muda, maupun tua, yang tepenting bagi mereka, bisa menghasilkan uang!
5 orang wanita itu mendekat kearah Arthur, dan mulai mengelus pipi dan tangannya.
Namun, disisa kesadarannya, Arthur menepis kasar ke 5 perempuan tersebut.
"Jangan sentuh gue set an!" umpatnya, lalu keluar dari klub, dengan tubuh yang terhuyung-huyung.
..
Saking asiknya mengobrol dengan Puspa, Dara tak menyadari jika waktu berjalan semakin sore, dan hampir gelap.
Lalu, Sehabis magrib, ia pun memutuskan untuk pulang, dan berpamitan pada Puspa.
Dari rumah Puspa hingga pertigaan jalan raya, ia masih ditemani Irfan dibelakangnya.
Sedangkan menuju gang selanjutnya, ia dan Irfan berpisah, karena sudah tak searah.
Awalnya Irfan bersikukuh ingin mengantarnya sampai rumah, namun Dara mengancam, tak mau lagi bertemu dengannya, jika tidak segera pulang dan beristirahat.
Mengingat wajahnya yang lebam dan penuh luka.
Saat hendak memasuki gang menuju perumahan elitnya, Dara tak sengaja melihat seseorang yang sudah dikenalnya beberapa hari ini tengah terduduk di depan warung kosong, yang mulai sepi.
Ia berteriak frustasi, sembari memegang kepala, dengan kedua tangannya.
Dara, kemudian bergelut dengan pikirannya sendiri, antara harus menemuinya atau tidak.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Apa hubungan Dara dan Irfan dan Puspa??mereka 3 sahabat di skolah lamanya Dara ya??
2023-01-11
0
Elizabeth Zulfa
emang si Irfan siapanya dara ?? temen dsklh lama, sahabat, sepupu/ pcar ?? tp dara kn g dblehin pcaran sama papanya.. trus dia siapanya dara dooonnkk 🤔🤔🤔
2022-01-15
1
Tri Sulistyowati
itu si Arthur
2021-12-05
0