Kamar #3

"Non,,,, non kusuma,,," teriakan terdengar dari arah belakang ketika kusuma mencoba membuka pintu kamarnya namun ternyata terkunci, teriakan itu adalah suara bik sumi, " non sudah sampai? , maaf bibi ngak bukain pintu, tadi lagi sholat" sambungnya.

Benar adanya tidak ada yang mebukakan pintu untuknya , tidak ada yang menyambutnya dengan pelukan, beruntung pintu rumah tidak terkunci sehingga kusuma bisa masuk kerumah dan naik ke lantai 2 menuju kamarnya. Jika saja pintu terkunci mungkin saat ini ia masih bediri mematung didepan pintu.

Tadinya Kusuma berharap tidak adanya sambutan di dirumah hanya prank, yang kemudian berubah menjadi sambutan hangat nan meriah ,pelukan dan ciuman lembut dipipi oleh seisi rumah. Namun harapannya haya akan menjadi harapan, karena situasi ini adalah real. Situasi yang sudah biasa ia hadapi sejak ia memiliki ingatan, situasi dimana ia selalu diabaikan dan keberadannya tak dianggap. Harusnya ia sudah membiasakan dirinya agar tidak kecewa. Tapi lagi-lagi ia hanya seorang yang selalu megharapkan kehangat keluarga. Apakah ia salah dengan berharap demikian?, tentu tidak, hanya saja ia salah menempatkan harapannya pada keluarga yang salah.

" non,,," bik sumi mengulangi sapaannya karena kusuma terdiam sambil mandangi wajah tua bik sumi.

" bim sum..." kusuma tersadar dari lamunannya kemudian menghambur ke pelukan bik sum." bibik sehat ?" tanyanya masih belum melepaskan pelukan. Didalam pelukan bik sumi ,kusuma menemukan kehangatan seorang ibu.

" bibik sehat non, non apa kabar?" bertanya sambil mengusap punggung kusuma.

" Baik dong bik, ini buktinya sampe rumah dengan utuh" kusuma melepaskan pelukan sambil menunjukkan jari telunjuk ke arah tubuhnya dan tersenyum.

" iya bibik senang non akhirnya kembali kerumah" tampak air matanya sudah mengalir dari kedua mata wanita yang sudah berumur ini.

" husss,,," kusuma berucap sambil menghapus air mata yang mengalir dipipi bik sumi dengan kedua ibu jarinya "kok nanggis sih bik ?" sambungnya dan tersenyum.

" bibik kangen non, bibik pikir kita ngak bakal ketemu lagi" ucapnya dengan air mata yang masih terus membasahi pipinya meskipun kusuma sudah menghapusnya.

" udah dong bik,,,jagan nanggis, aku ikutan nanggis loh" kusuma berucap dan menjadikan tangisan bik sumi alasan kenapa saat ini ia juga menangis, tentu itu hanya alasannya saja, karna tanggisannya adalah air mata kekecewaan yang sudah ia tahan sejak beberapa jam lalu saat sampai dijakarta.

Bik sumi dan kusuma masih sesungutan untuk beberapa saat, sampai kusuma mencoba mencairkan suasana" bik aku lelah loh, mau sampai kapan kita berdiri disini?" tanyanya dengan intonasi semanja mungkin agar wajahnya tampak ceria.

" Astagfirullah,,," seakan tersadar, bik sumi menghapus air matanya dan merogoh kantong baju daster yang ia gunakan." ini kuncinya non" menyerahkan kunci kamar kepada kusumua.

Kusuma menerima kunci dan memasukkannya kedalam gagang pintu, terdengar bunyi CEKLEK dan pintu pun tebuka. Kusuma memasuki kamar dan menuju ketempat tidur diikuti oleh bik sumi. Kusuma melepaskan back pack kemudian meletakkannya di atas tempat tidur. Kusuma mendudukan dirinya ditepi tempat tidur, lagi- lagi bik sum mengukuti apa yang ia lakukan.

" kamar non tidak berubah,,, kamar non selalu dibersihkan setiap hari sama seperti ruangan lain dan dikunci, jadi tidak ada yang masuk sembarangan kesini" bik sumi menjelaskan karena kusuma tampak menelisik seisi kamar.

" Hmm,,,, kena,,," pertanyaan kusuma tehenti karena suara ketukan terdengar dari pintu kamar.

"pemisi non, ini kopernya" suara anton terdengar .Bik Sumi berdiri menuju pintu dan mengambil koper yang diserahkan oleh anton, kemudian menggeretnya kedalam kamar.

" Non mandi dulu biar seger, bibik mau siapin makanan kesukaan non, nanti isi kopernya biar bibik yang bereskan" bik sumi pamit, yang dibalas anggukan oleh kusuma.

Satu jam berlalu, kusuma kini sudah mandi dan beganti pakaian dengan sepasang piama berlegan pendek dan celana setinggi lutut, sekali lagi ia mengecek handphone namun tidak ada pesan atau panggilan telpon dari orang yang ia harapkan.

Kusuma meletakkan handphone diatas nakas kemudian keluar dari kamar menuruni tangga menuju ruang makan.

" ngeh"

" "

" ngeh"

" "

terdengar bik sumi sedang mengobrol dengan seseorang lewat handphone ,

" sebentar lagi tur,,,,."

Kusuma menarik kursi sehingga terdengar bunyi gesekan anatara kursi kayu dan lantai marmer diruangan itu, bunyi itu membuat bik sumi menghentikan obrolanya, dan reflek menekan tombol ber icon merah dilayar handphonenya.

" non udah sudah lama?". tanya bik sumi, ia sedikit kaget akan keberadaan kusuma di ruangan makan.

" baru kok bik, bibik masak banyak sekali, " ucapnya karena saat ini ia melihat terhidang banyak makanan diatas meja," bibik lagi nelpon?, lanjutkan aja bik, aku bisa kok ambil makan sendiri, udah tua ini" kusuma berucap sambil menyendokkan makanan kesukaannya sejak kecil yaitu mie goreng seafood kepiring yang ada dihadapannya

" sudah kok non," jawabnya sambil menuangkan air ke gelas lalu meletakkan kehadapan kusuma.

" bibik masak sebanyak ini untuk siapa? " tanyanya

"buat non kusuma "

"buat aku sendiri bik? " sambil menggeleng,pertanda ia tidak akan sanggup menghabiskan makanan yang berbagai menu, tampak mie goreng seafood, pecal, ayam bakar, nasi liwet, rendang " ini mah banyak banget bik seminggu juga aku ngak habis" sambil menyunggingkan senyum.

" iya, semua buat non, non makan aja yang mana non suka ngak habis ngak apa-apa kok non" bik sumi menjawab dan menarik kursi didepan kusuma untuk ia duduki." cuma non aja sama bibik dirumah ini"

" oh iya bik, saya sampai lupa, yang lain kemana?" sambil menyuapkan mie goreng seafood ke mulutnya.

" ibu, bapak, non arumi, den agung udah berangkat tadi pagi ke resort non"

"oh,," hanya kata itu yang terucap dari bibirnya, kusuma membatin" segitu ngak pentingnya aku?". Kusuma merasa keberadaan tetap sama seperti dua belas tahun lalu, keberadaan yang tidak diharapkan.

Berbagai pertanyaan berkecamuk di kepalanya, seperti tidak bisakah mereka menunggunya ?, kenapa tidak menunggunya kemudian berangkat bersama ke resort tempat acara pernikahan adiknya agung? , toh acara masih tiga hari lagi, tapi semua pertanyaan itu tidak ia utarakan karena tidak mungkin ia utarakan ke bik sumi yang jelas tidak akan tau jawabnya.

Suasana menjadi hening tidak ada lagi obrolan diantar mereka sampai bik sumi memecahkan keheningan "besok kita berangkat pagi pukul 08.00 non, biar makan siang kita udah disana" ia coba mencairkan suasa karna raut wajah kusuma tampak sedih mengetahui semua keluarganya tidak ada dirumah.

Tidak ada jawab dari kusuma, bik sumi melanjutkan pembicaraannya" gaun non untuk acara udah dibawa sama ibu, besok kita berangkat diantar anton"

" iya bik, besok bangunkan aku ya, takutnya aku ngak kebagun" ucap kusuma sambil memaksakan senyumnya.

" siap non" bik sumi berucap sambil mengangkat dua jempolnya.

Setelah selesai menyantap makanannya, kusuma pamit untuk kembali ke kamarnya. Saat kusuma akan beranjak bik sumi berucap" tidak semua yang terlihat seperti sebenarnya non" .

Kusuma tidak menjawab ia hanya menyungingkan senyum dan menggangguk.

Episodes
1 airport #1
2 Tetap Sama #2
3 Kamar #3
4 Dewi vs Agung
5 Dongeng diperjalanan
6 Pelukan
7 Bertemu disenja hari
8 Gaun
9 Sidang Istimewa
10 Hakim Kedua
11 Sunrise
12 Rindu
13 Tangan Kanan
14 Tante
15 Pria-Pria Wijaya
16 Menjaganya
17 Membencilah sendiri
18 Udang
19 Melakukan atau Memakan
20 Berharga
21 SAH
22 Satu Frekuensi
23 Aunti
24 Serangan Jantung
25 Aib
26 Alasan
27 Berlutut
28 Semakin Buruk
29 Persyaratan
30 Persyaratan dan Sangsi
31 Lamaran Darurat
32 Bergosip
33 Harapan Bunda
34 Merahasiakan Rahasia
35 Isi Kertas dari Andrian
36 Berhasil Mengembalikannya
37 Proses Operasi
38 Pelukan Allen
39 Genggaman Tangan
40 Deringan Handphone
41 Nasehat pertama dari suami
42 Syok Anafilaktik
43 Tidur Bareng
44 Bukan Suami Darurat
45 Rencana Kembali ke Oxford
46 Kembali ke Oxford
47 Makan Malam Terakhir
48 Lihat Aku
49 Berpisah
50 Hal Yang Ingin Diketahui Faiz
51 Menjemput
52 Kemarahan Kusuma
53 Mencari Kusuma
54 Menentukan Sikap
55 Menyuapi
56 Trauma
57 Kekecewaan Ratih
58 Tiba di Mansion
59 Kejadian di Walkin Closet
60 P C O S
61 Posisi di Meja Makan
62 Dicintai Selama Setahun
63 Masa Lalu
64 Masa Lalu part 2
65 Obat Penenang
66 Menghilang
67 Menghampiri
68 Bercocok Tanam
69 Ancaman
70 Bekas Luka
71 pengumuman
72 Perdebatan Batin
73 Syarat untuk Bekerja
74 Makan Siang
75 Efek Obat
Episodes

Updated 75 Episodes

1
airport #1
2
Tetap Sama #2
3
Kamar #3
4
Dewi vs Agung
5
Dongeng diperjalanan
6
Pelukan
7
Bertemu disenja hari
8
Gaun
9
Sidang Istimewa
10
Hakim Kedua
11
Sunrise
12
Rindu
13
Tangan Kanan
14
Tante
15
Pria-Pria Wijaya
16
Menjaganya
17
Membencilah sendiri
18
Udang
19
Melakukan atau Memakan
20
Berharga
21
SAH
22
Satu Frekuensi
23
Aunti
24
Serangan Jantung
25
Aib
26
Alasan
27
Berlutut
28
Semakin Buruk
29
Persyaratan
30
Persyaratan dan Sangsi
31
Lamaran Darurat
32
Bergosip
33
Harapan Bunda
34
Merahasiakan Rahasia
35
Isi Kertas dari Andrian
36
Berhasil Mengembalikannya
37
Proses Operasi
38
Pelukan Allen
39
Genggaman Tangan
40
Deringan Handphone
41
Nasehat pertama dari suami
42
Syok Anafilaktik
43
Tidur Bareng
44
Bukan Suami Darurat
45
Rencana Kembali ke Oxford
46
Kembali ke Oxford
47
Makan Malam Terakhir
48
Lihat Aku
49
Berpisah
50
Hal Yang Ingin Diketahui Faiz
51
Menjemput
52
Kemarahan Kusuma
53
Mencari Kusuma
54
Menentukan Sikap
55
Menyuapi
56
Trauma
57
Kekecewaan Ratih
58
Tiba di Mansion
59
Kejadian di Walkin Closet
60
P C O S
61
Posisi di Meja Makan
62
Dicintai Selama Setahun
63
Masa Lalu
64
Masa Lalu part 2
65
Obat Penenang
66
Menghilang
67
Menghampiri
68
Bercocok Tanam
69
Ancaman
70
Bekas Luka
71
pengumuman
72
Perdebatan Batin
73
Syarat untuk Bekerja
74
Makan Siang
75
Efek Obat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!