Dewi vs Agung

" apa masih ada yang belum kelar ma? " tanya seorang pria berusia 57 tahun bernama aditya pada sang istri yang duduk di sisi kirinya sambil menyendokkan makanan ke mulutnya. Saat mereka menikmati sarapan pagi disebuah resort di tepi pantai. Aditya wijaya adalah nama lengkapnya, pria yang sudah pensiun sebagai duta besar ini adalah ayah dari empat orang anak yaitu Adrian putra wijaya, Kusuma wijaya, Agung putra wijaya, Arumi putri wijaya.

" alahamdulillah sudah pa, kita hanya perlu beristirahat saja sebelum nanti acara yang akan menguras energi ," jawab sang istri

" tenang saja ma,, papa masih punya banyak cadangan energi" selorohnya dan tertawa.

"kita udah ngak muda lagi loh pa"

" usia boleh tua tapi,,, semangat abegeh ma,," jawab agung bertujuan untuk mengenjek sang papa.

" kamu gung, pokoknya mulai hari ini kamu harus istirahat ,no gadget, Hp kamu mama tahan sampe hari H" Dewi berucap dan menampilkan expresi memerintah.

" yahhhh,,, ma ,,, ngak bisa gitu dong ma,, nanti kalau ada sesuatu yang penting, orang ngak bisa hubungi agung ma" dengan gerakan cepat memasukkan handphone yang tadinya terletak diatas meja ke dalam saku celananya, ia menyesal telah buka suara.

" ngak ada batahan, bawa sini hp kamu" dengan intonasi memerintah , Dewi menjulurkan tangan ke arah Agung. " mama ngak mau kamu nanti ngak fit diacara nikahan kamu...". Dewi mulai mengoceh khas ibu- ibu " kalau hp masih kamu pegang pasti kamu ngak istirahat, pasti sibuk sama game yang lagi trending itu , game yang ntah apa namanya, game yang bisa jual beli dan bagi- bagi chip itu".

Hal ini Dewi lakukan karna Agung adalah tokoh utama dalam acara yang akan diadakan dua hari lagi. Acara pernikahan antara Agung dan Sarah. Agung adalah seorang anggota militer yang sudah yang sudah memiliki pangkat yang lumayan untuk diperhitungkan, dan Sarah adalah seorang dokter di sebuah rumah sakit di Surbaya. Entah mitos dimasyarakat atau memang jodoh, seorang anggota militer akan berjodoh dengan tenaga kesehatan. Setahun lalu mereka bertemu saat Agung mengantar bawahannya yang teluka untuk berobat di rumah sakit tempat Sarah magang.

" Hahh.." Pria berusia 27 tahun itu menghela nafas dan menyerahkan handphone nya pada sang mama. Kalau ada yang penting gimana ma ?" masih berusaha untuk berngosiasi agar handphone tidak terista.

" ngak ada yang lebih penting dari acara yang akan kamu lalui, acara sekali seumur hidup gung,,," Dewi menyanggah dan sedikit melotot kearah Agung.

"sudah -sudah , kamu, ikuti aja apa yang mama minta" Aditya menyela dari perdebatan ibu dan anak itu, karna jika dilanjutkan acara makan pagi yang damai akan menjadi angan-agan." oh ya,, jam berapa adrian sampai disini" Aditya mencoba mengalihkan topik pembicaraan.

" Bang adrian menjelang besok siang baru sampai pa, tadi pagi bang adrian bilang waktu arumi lagi video call sama si kembar shafa dan shafera" Gadis berusia 20 tahun yang dari tadi hanya menyimak perdebatan Dewi dan Agung akhirnya buka suara.

" kenapa jadi besok siang, bukannya siang ini? " Aditya megerutkan keningnya dan menolehkan wajahnya kearah Arumi yang duduk sebelah Agung. Yang ia tahu harusnya putra pertamanya itu akan sampai bersama menantu dan cucunya siang ini.

Arumi menaikkan bahunya, mengisyaratkan ketidaktahuannya.

" mungkin sibuk pa,," Dewi mencoba menganalisa.

" iya pa, kan bang adrian diplomat, kerjaanya pasti banyak pa" Arumi menambahkan.

" suami kirana itu sok sibuk sekali,, kayak dia aja yang punya kerjaan". Aditya menyanggah analisa Arumi dan Dewi

"Kirana,,kirana,,panggil dia Kakak !!!" Dewi berucap dengan menekankan pada kata 'Kakak'. Kirana adalah anak dari teman Dewi yang menjadi teman sepermainan Agung. Kirana dulunya menyukai dan mengejar- ngejar Agung. Karena Agung merasa jengah, maka ia mencomblangi Adrian dan Kirana hingga akhirnya berjodoh.

" Baiklagh" Agung mengalah.

" kalau yang lain sampai jam berapa ma? " tanya Aditya pada Dewi.Yang di maksud 'yang lain' adalah orang- orang teedekay yang telibat diacara pernikahan Agung.

" Mungkin sebelum makan siang pa, karen kita akan gladi bersih nanti sore" jawab Dewi sambil mengelap bibirnya dengan tisue, menandakan ia sudah selesai dengan makanannya.

"Kalau kusuma sampai jam berapa, ma?"

Hening..., dari ketiga orang tersebut tidak ada yang membuka mulut. Ntah karena tidak tau atau karena tidak ingin ada pembahasan tentang putri keduanya itu. Seakan menyebut namanya saja akan menyakiti Dewi.

Krettt ,bunyi suara kursi bergesekan dengan lantai terdengar dari tempat Dewi duduki," Mama ke Kamar dulu ya, ayok Arumi bantu mama mengecek gaun yang bakal kita pake " Dewi undur diri yang dibalas anggukan dari Aditya.

Aditya menatap kearah dimana dewi dan Arumi berjalan hingga punggung wanita itu hilang dari pandangannya baru lah ia menoleh ke arah Agung. Kini dimeja makan itu hanya ada dua orang pria beda generasi.

" kak Kusuma nyampe nanti sebelum makan siang pa, dia nyampe rumah kemarin malam" Agung buka suara karena cara Aditya melihatnya seakan menguratkan jika Aditya meminta penjelasan akan putrinya itu.

Aditya hanya mengangguk kemudian menyesap kopi yang terhidang didepannya.

" Papa kebayang ngak gimana perasaan kak Kusuma waktu dia sampe rumah hanya bik sum yang menyambutnya?" tampak kesedihan diwajah Agung saat mengungkapkan pertanyaan pada Aditya

Aditya masih belum buka suara, hanya tampak berpikir.

" harusnya kita tunggu kak Kusuma sampai pa, trus kita berangkat ke sini bersama," Agung melanjutnya karena tidak ada jawaban dari Aditya. " harusnya kita seperti keluarga lainnya, yang akan nyambut orang terkasih yang udah lama ngak balik kerumah dengan pelukan hangat ,kejutan yang meriah" Aditya masih mengeluarkan segala unek-uneknya.

" papa ngerti, "akhirnya Aditya buka suara.

"papa ngakk ngerti pa !" Agung menyangkal ucapan papanya." kalau papa ngerti harusnya kita ngak berangkat kesini sebelum kak Kusuma nyampe di rumah, apa kita ngak bisa nunggu sebentar aja pa?, toh acaranya masih lusa pa?".Intonasi Agung meninggi dan rahangnya megetat, menandakan kekecewaan dan kekesalan.

Tapi, lagi-lagi pertanyaan Agung menguap begitu saja tidak ada jawaban karena Aditya masih terdiam dan tampak melamun, padangannya kosong.

"Hahh," Agung mendesah, menyandarkan punggungnya, kemudian menarik nafas dalam dan membuangnya, ia berharap kekesalannya sedikit berkurang dengan melakukannnya.

" yang mau jadi pengantin jangan marah-marah, jangan banyak pikiran biar lancar ijab kabulnya" akhirnya Aditya buka suara dan memaksakan tersenyum. Aditya beranjak dari tempat duduknya, tetapi Agung memegang lengan Aditya untuk mencegahnya pergi.

" justru kalau papa ngak kasih jawaban akan nambah pikiran Agung" masih belum melepaskan pegangan dilegan Aditya.

Masih diposisi berdiri " papa tau perasaan Kusuma pasti sangat hancur kita memperlakukannya begitu, tapi papa juga harus menjaga perasaan mama kalian, kesalahan yang papa dan mama lakukan di masa lalu ntah bagaimana memperbaikinya, tidak tau cara mulai memperbaikinya dari mana, jadi biarkanlah seperti sebelumnya, sampai kami menemukan caranya". Aditya berucap kemudian menepuk pundak Agung dan berlalu dari meja makan.

Episodes
1 airport #1
2 Tetap Sama #2
3 Kamar #3
4 Dewi vs Agung
5 Dongeng diperjalanan
6 Pelukan
7 Bertemu disenja hari
8 Gaun
9 Sidang Istimewa
10 Hakim Kedua
11 Sunrise
12 Rindu
13 Tangan Kanan
14 Tante
15 Pria-Pria Wijaya
16 Menjaganya
17 Membencilah sendiri
18 Udang
19 Melakukan atau Memakan
20 Berharga
21 SAH
22 Satu Frekuensi
23 Aunti
24 Serangan Jantung
25 Aib
26 Alasan
27 Berlutut
28 Semakin Buruk
29 Persyaratan
30 Persyaratan dan Sangsi
31 Lamaran Darurat
32 Bergosip
33 Harapan Bunda
34 Merahasiakan Rahasia
35 Isi Kertas dari Andrian
36 Berhasil Mengembalikannya
37 Proses Operasi
38 Pelukan Allen
39 Genggaman Tangan
40 Deringan Handphone
41 Nasehat pertama dari suami
42 Syok Anafilaktik
43 Tidur Bareng
44 Bukan Suami Darurat
45 Rencana Kembali ke Oxford
46 Kembali ke Oxford
47 Makan Malam Terakhir
48 Lihat Aku
49 Berpisah
50 Hal Yang Ingin Diketahui Faiz
51 Menjemput
52 Kemarahan Kusuma
53 Mencari Kusuma
54 Menentukan Sikap
55 Menyuapi
56 Trauma
57 Kekecewaan Ratih
58 Tiba di Mansion
59 Kejadian di Walkin Closet
60 P C O S
61 Posisi di Meja Makan
62 Dicintai Selama Setahun
63 Masa Lalu
64 Masa Lalu part 2
65 Obat Penenang
66 Menghilang
67 Menghampiri
68 Bercocok Tanam
69 Ancaman
70 Bekas Luka
71 pengumuman
72 Perdebatan Batin
73 Syarat untuk Bekerja
74 Makan Siang
75 Efek Obat
Episodes

Updated 75 Episodes

1
airport #1
2
Tetap Sama #2
3
Kamar #3
4
Dewi vs Agung
5
Dongeng diperjalanan
6
Pelukan
7
Bertemu disenja hari
8
Gaun
9
Sidang Istimewa
10
Hakim Kedua
11
Sunrise
12
Rindu
13
Tangan Kanan
14
Tante
15
Pria-Pria Wijaya
16
Menjaganya
17
Membencilah sendiri
18
Udang
19
Melakukan atau Memakan
20
Berharga
21
SAH
22
Satu Frekuensi
23
Aunti
24
Serangan Jantung
25
Aib
26
Alasan
27
Berlutut
28
Semakin Buruk
29
Persyaratan
30
Persyaratan dan Sangsi
31
Lamaran Darurat
32
Bergosip
33
Harapan Bunda
34
Merahasiakan Rahasia
35
Isi Kertas dari Andrian
36
Berhasil Mengembalikannya
37
Proses Operasi
38
Pelukan Allen
39
Genggaman Tangan
40
Deringan Handphone
41
Nasehat pertama dari suami
42
Syok Anafilaktik
43
Tidur Bareng
44
Bukan Suami Darurat
45
Rencana Kembali ke Oxford
46
Kembali ke Oxford
47
Makan Malam Terakhir
48
Lihat Aku
49
Berpisah
50
Hal Yang Ingin Diketahui Faiz
51
Menjemput
52
Kemarahan Kusuma
53
Mencari Kusuma
54
Menentukan Sikap
55
Menyuapi
56
Trauma
57
Kekecewaan Ratih
58
Tiba di Mansion
59
Kejadian di Walkin Closet
60
P C O S
61
Posisi di Meja Makan
62
Dicintai Selama Setahun
63
Masa Lalu
64
Masa Lalu part 2
65
Obat Penenang
66
Menghilang
67
Menghampiri
68
Bercocok Tanam
69
Ancaman
70
Bekas Luka
71
pengumuman
72
Perdebatan Batin
73
Syarat untuk Bekerja
74
Makan Siang
75
Efek Obat

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!