Matahari di ufuk timur memancarkan cahaya ke kekuningan terasa menghangatkan begitu menyentuh kulit.
Aran, berdiri di Balkon yang mengarah langsung ke taman depan. Semilir Angin pagi sejuk menyehatkan.
Dari ketinggian dia bisa melihat banyak sekali perubahan yang terjadi dengan taman itu.
Tentu Saja, sembilan tahun, bukan waktu yang singkat.
Menetap di london untuk study dan mengurus salah satu perusahaan Milik keluarga
Seorang gadis bergamis, berjilbab warna pastel lembut, masuk dari pintu gerbang utama dengan mengayuh sepeda.
Tanpa sadar mata Aran mengikuti gerak si gadis.
Gerakannya gesit, wajahnya terlihat ceria sekali.
Tubuhnya yang mungil dan ramping. Saat dia meluncur dengan sepeda, Jilbab itu berkibar- kibar indah bersama Angin.Tidak mengerti, kenapa Aran malah memperhatikan gerak gerik gadis itu.
"Rupanya Gadis bodoh itu salah satu pelayan di sini..."Gumannya pelan.
Teringat kejadian di dapur dan Kamar Silvia malam tadi.
Aran terus melihat ke arahnya Hingga gadis itu menghilang di garasi.
Tiba- tiba. Sepasang tangan halus dan putih melingkar erat di pinggang mengejutkan Aran yang sedang tidak fokus.
"Hmmm...sedang melamun?" terdengar suara yang sangat lembut saat bertanya.
Dengan manja Silvia menyandarkan kepala di punggung kekar milik Aran.
Aran membalas dengan mengusap punggung tangan milik Silvia yang mengikat pinggangnya.
"Sayangku, sudah bangun rupanya? Maaf, tadi aku tidak mendengar kau masuk."
" Aku sudah mengetuk beberapa kali. Tentu tidak kedengaran kamu sedang di Balkon, melamun pula." silvia terkekeh.
" Omong- omong apa yang kau lihat..??" Silvia penasaran, berpindah di samping Aran Mengarahkan matanya keluar.
Raut silvia berubah takjub ketika keindahan Taman Sanjaya terpampang di depan mata.
Indah, Barisan bunga mawar aneka warna ,rerumputan yang hijau bunga- bunga bougenvile yang sedang mekar, Ungu, kuning, merah, putih, Barisan bunga krisan, Di sana bisa juga dilihat berbagai jenis tumbuhan langka dan pohon pohon yang dipangkas rapi.
Ada juga pohon buah.
seperti,Apel, anggur, markisa, jambu dan rambutan.
" Waaaaah...indah sekali tamannya..." puji Silvia.
Aran tersenyum, menanggapi
"Gimana tidurmu, nyenyak?" Aran bertanya lembut, menarik Silvia menghadapnya. lalu memeluk bahu gadis itu.
"Aku kesepian tidur sendirian. Aran...bagaimana dengan rencana pernikahan kita?" tanya Silvia dengan suara Manja
Empat tahun sudah berpacaran dengan Aran., Saling mengenal karakter masing- masing.
Sudah sepantasnya melanjutkan ke jenjang yang lebih serius. Sebuah pernikahan.
Di mata orang- orang Aran adalah sosok yang dingin dan sulit didekati
Tapi bagi Silvia, Aran adalah Sosok yang hangat, setia , dan penuh kasih sayang, Selalu bersungguh- sungguh menjalani sesuatu bahkan dalam sebuah hubungan.
Aran juga sangat memanjakan Silvia dengan uang.
Wanita mana yang tidak bahagia memiliki kekasih seperti Aran.
Tampan, kaya, baik, pengertian dan setia. Di tambah
Tuan dan Nyonya Sanjaya yang sangat mendukung hubungan keduanya.
Tak sengaja bertemu di london saat liburan di sana, silvia dan Aran saling jatuh cinta pada pandangan pertama. Keduanya pun merajut kasih.
Sayangnya Masalah datang Saat Orang Tua Silvia yang tidak menyetujui hububgan Aran dan Sivia karena beda Kasta.
Raden Ajeng putri Agung Silvia Delisa anjani merupakan Putri seorang bangsawan. Sedangkan Aran Hanya pemuda yang tidak memiliki darah biru. bahkan beda suku.
Dalam tubuh Aran juga mengalir darah keturunan Armenia dari Sang buyut.
"Sabar, dong! Tunggu beberapa hari ini, aku harus minta persetujuan Papi dan Mami serta mengurus surat- surat." jawab Aran, mengecup puncak kepala silvia
Silvia menganggukan kepala mengerti.
Aran melihat kekasihnya penuh damba.
Perlahan bibir mereka saling menempel. Untuk beberapa saat keduanya hanyut dalam dunia mereka sendiri.
Aran menyentuh lembut pipi Silvia. Menyusuri pipi halus itu hati- hati.
Memandangi wajah cantik itu berlama- lama. Silvia tersipu , Wajahnya merona.
Manis sekali.
"'Bagaimana dengan orang tuamu, perlukah kita minta ijin pada mereka?."
"Orang tuaku tak akan merestui kita, Aran. Kau tahu itu."
Wajah Silvia tertunduk sedih.
Tangan Aran menyentuh kepala silvia, mengelusi rambut yang tergerai bak sutra.
"Walau bagaimana pun kita butuh Ijin mereka. Siapa yang akan menikahkanmu jika Romo tak hadir dalam pernikahan !?Mereka adalah orang tuamu, patut juga kita hargai atau mereka akan tersinggung." Panjang lebar Aran memberi pengertian pada kekasihnya.
Sejak Hubungan Aran dan Silvia tidak di restui oleh keluarga bangsawannya, Silvia memilih pergi menyusul Aran ke london.
Tidak apa jika Romo mencoretnya dari daftar keluarga.
Yang penting dia bisa bersama Aran.
"Tidak, Aran! Tidak Mungkin mereka akan mengubah keputusan. Aku sudah di jodohkan sejak masih di dalam kandungan. Kumohon..Aku tidak mau berpisah darimu, aku sangat mencintaimu." Mata Silvia berkaca- kaca saat mengatakannya
"Jika mereka tahu keberadaanku mereka akan membawaku dan memisahkan kita, Aran Aku tidak mau..."
Silvia terisak dan memeluk Aran erat.
Cukup lama Silvia hanyut dalam dekapan hangat kekasihnya.
Aran juga sangat mencintai Silvia, tak bisa kehilangan Dirinya.
Silvia gadis baik dengan pikiran sederhana yang mencintai Aran dengan Tulus tanpa modus.
Bahkan Rela menentang orang tua dan melepaskan status kebangsawanannya demi mengejar Aran.
Padahal Aran mengenalnya sebagai gadis penurut dan lemah lembut.
Banyak pria yang terpikat padanya. Namun Silvia justru menjatuhkan hatinya pada Aran.
Saat Silvia ikut ke London Usianya masih delapan belas tahun, Aran sendiri masih mengejar gelar Masternya disana.
Keduanya menunggu selama empat tahun, sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah.
Atas permintaan Silvia Keluarga Aran melakukan segala cara agar Keberadaan Silvia di london, tak di ketahui oleh orang tuanya.
Bukan hanya faktor cinta kaburnya Silvia.
Tetapi dia merasa muak dengan Aturan rumah yang sangat ketat ,keras serta tidak Adil.
Di jaman secanggih ini keluarga Silvia masih memegang teguh prinsip- prinsip yang kolot.
Salah satu masalah perkawinan dan perjodohan dengan Alasan klasik.
Rakyat jelata tak pantas menikah dengan Keluarga Silvia karena akan merusak silsilah.
" Aran,Kumohon... ? Jangan pernah punya Niat melibatkan Keluargaku dalam pernikahan kita.." Kata Silvia memelas.
" Baiklah..Sayang. Lagi pula setelah menikah kita akan kembali ke london" Aran kembali memeluk Silvia di dadanya.
"Kalian yakin ingin melanjutkan hubungan kalian ke jenjang yang lebih serius?" tanya Papi melihat tajam pada pasangan sejoli yang duduk di depannya..
Mereka baru selesai sarapan bersama
" Iya..Aran serius, Pi. Makanya kita minta dukungan Mami dan papi.." Sahut Aran mantap
Sanjaya dan istrinya terlihat gembira mendengar keputusan putranya.
Mereka memang sangat menyukai Silvia.
Gadis cerdas, sopan beratitude tinggi, cantik, serta pandai menempatkan diri.
Mungkin karena dirinya merupakan keturunan Bangsawan yang sudah di ajarkan tata krama sejak kecil
Aran juga sudah dewasa. sudah pantas bila dia menikah.Ditambah usia pacaran keduanya yang tak bisa di bilng singkat.
Empat tahun.
" Perlukah kita melakukan Lamaran pada keluarga Silvia?" Tanya Mami melihat Silvia hati- hati.
Tidak! Tante. Silvia mohon jangan katakan apa pun pada mereka" Silvia berkata sungguh- sungguh.
Ikut sedih dengan kondisi yang dihadapi Silvia.Tapi dalam hati tersirat rasa tak enak bila
menikahkan anak gadis orang tanpa sepengetahuan keluarganya rasanya tidak etis saja.
"Kami mengerti dengan kondisi kalian. Tapi Papi dan Mami khawatir, akan menjadi masalah kelak. Orang tua Silvia bukan orang biasa. Mereka adalah salah satu orang yang sangat berpengaruh di kota ini." Ingat Mami hati- hati.
"Kita siap dengan konsekuensinya." jawab Aran lugas.
Aran dan Silvia sudah sama- sama dewasa..Pastinya punya cara mengatasi masalah nya sendiri.
"Apa sudah ada rencana kapan hari H nya. Papi dan Mami pasti mendukung sepenuhnya."
" Setelah Administrasi siap, dan rencananya setelah menikah kami akan kembali ke london."
Papi dan Mami terhenyak..
" Tapi, Sayang..." Terlihat sekali Mami dan papi kecewa dengan putusan dadakan Aran.
Terutama Tuan Sanjaya yang berharap Aran bisa segera menggantikan posisinya di perusahaan.
Aran dan Silvia sadar keduanya kecewa.
"Hanya untuk sementara waktu, sampai Silvia hamil. Siapa tahu orang Tua Silvia terbuka hatinya saat mereka memiliki cucu kelak. Setelah itu Aran akan kembali untuk mengelola perusahan menggantikan Papi,"
Sanjaya dan Istri mangut- mangut.
Ternyata Aran dan Silvia ingin menghindari keluarga Silvia.
" Baik...Papi dan Mami hanya bisa mendoakan.."
Mereka menutup obrolan pagi dengan hati lega.
"Baiklah , semoga semuanya berjalan lancar" ucap sanjaya sambil menepuk bahu Aran.
***"
Kania sangat ketakutan saat tiba dirumah.
Kondisi rumah semua gelap gulita.
Pikiran buruk melintas di kepala
"Ibu..!!" Panggil Kania cemas bercampur panik.
Melempar sepeda asal, lekas masuk ke dalam menghidupkan lampu.
" Ya Allah, Ibu.!.Ibu..kenapa?" Kania memekik melihat ibunya yang tergeletak di lantai ruang tamu tak sadarkan diri.
" Bu..Ibu kenapa? bangun,Bu.Jangan bikin Nia takut..." Ibu tak merespon sama sekali
Kania berlari keluar sambil berteriak minta tolong.
"Tolong...tolong.."
Teriakannya di dengar oleh tetangganya. Bu Rosdiana tergopoh-gopoh datang, di susul Ratna, putrinya.
"Nia..! ada apa!?"tanya Bu Ros ikutan panik
" Ibu,...Tolong! Ibu saya pingsan di ruang tamu..."
Kania menarik tangan Ibu Ros, memaksa ikut ke rumah.
Ratna tetap setia mengekor dari belakang.
" Ada apa, Ribut-ribut ..!" Tetangga lain yang kebetulan melintas di jalan ikut bertanya, penasaran melihat Kania panik dan menangis histeris didepan rumah ibu Ros..
"Katanya, Ibu Sumi pingsan di ruang tamu." Sahut Bu Ros menjelaskan
Dibantu para tetangga kania memindahkan Bu Sumi ke atas sofa usang di ruang tamu.
putri Bu Ros, Ratna. Meraba leher dan pergelangan tangan untuk memeriksa denyut nadi serta detak jantung Ibu.
"Lebih baik, Lekas panggil ambulance" saranya pada Kania.
Karena kania terus menangis dan tak bisa berpikir dengan jernih, akhirnya para tetangga berinisiatif membantu Kania memanggil ambulance.
Didalam Ambulance yang membawa Ibu kerumah sakit Kania tak mampu membendung kesedihannya.
Air matanya terus menetes tanpa bisa ia cegah dengan tangannya pernah lepas menggenggam tangan Ibu. Kania sangat ketakutan Ibu akan pergi untuk selamanya.
" Berdoa saja, semoga Ibu mu baik- baik saja.." Hibur Bu Ros mengusap bahu Kania.
Tak lama kemudian Ambulance itu tiba dirumah sakit.
Petugas medis segera mengambil Alih tubuh Bu sumi dan melakukan tIndakan medis yang diperlukan.
"Ibu, wali pasien?" Tanya salah satu perawat yang bertugas.
" Iya, Sus." Jawab Kania.
"Silahkan menuju kebagian Administrasi agar pasien bisa segera kami tangani."
"Ibu Saya kenapa, dok?"Tanya Kania makin ketakutan melihat wajah dokter sangat serius.
" ibu anda terkena radang usus buntu, sepertinya membutuhkan operasi segera..." Jelas Dokter
" Operasi dok?" Potong kania kaget sebelum dokter selesai bicara.
"Iya, tapi kami akan melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Apakah Ibu anda sering mengeluh sakit perut?"
" Iya, dok, ibu enggan bila di ajak berobat."
" Saat ini Kita tunggu hingga beliau sadar..Operasi bisa di lakukan setelah 8 sampai dengan sembilan jam setelah beliau berpuasa."
" kamu urus Administrasinya dahulu agar operasinya bisa segera dilakukan," perintah dokter meninggalkan kania dan memeriksa pasien lain
Sementara ibu Kania ditangani perawat dia bergegas kebagian Administrasi untuk mengurus segala sesuatunya.
"Apakah anda punya BPJS atau semacamnya mbak?" tanya si Adm ramah.
Kania menggeleng menyesal mengapa dia tak pernah mau mengurus hal- hal seperti itu dulu.
"Wah? sayang sekali, berarti kami tidak bisa membantu Mbak mengenai keringanan biaya berobat" jelasnya dengan wajah menyesal.
" Anda harus membayar penuh biaya operasi, obat- obatan, juga biaya menginap."
Hati Kania galau.
" Kira - kira berapa biayanya ya, bu?"
Petugas menyondorkan selembar kertas untuk di baca kania
"50 juta rupiah?!!???" .Kania terpana.
"Maaf, Apa nggak ada cara lain bu? Saya nggak punya uang sebanyak ini.."
Wanita itu menggeleng.
" Tidak, mbak. Itu susah ketetapan rumah sakit"
"Maaf, Mbak. Sebelum operasi dilaksanakan saya sarankan segera mencari biayanya."
" Baiklah, Bu. Terima kasih."
Kania Kembali dengan wajah lesu.
Bu Ros dan Mbak Ratna, Putri beliau, masih setia menunggu di ruang tunggu pasien.
" Gimana, Nia ?? tanya mbak Ratna tak sabar.
Melihat kania murung.
" Saya bingung, Bu. Kata dokter Ibu harus di operasi dan Biaya operasinya sangat mahal. 50 juta rupiah. Darimana Kania dapetin uang sebanyak itu..."
Ibu Ros dan Ratna saling memandang.
" Ibu ingin sekali membantumu , tapi, kondisi kami sama hal nya sepertimu"
" Iya,Nia. Mbak Ratna juga, gimana ya??" Ratna menimpali. sungguh ia merasa tak enak hati.
kania tahu,Ibu Ros dan Putrinya tidak berbohong, Ekonomi Mereka tak jauh berbeda dengan Kania.
Uang lima puluh juta terlalu banyak bagi orang- orang seperti mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments