Kania melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda. Sampailah dia didepan sebuah rumah super mewah bergaya moderen, dengan pagar dan pintu gerbang yang sangat tinggi membatasi bagian luar dan area dalam rumah.
Rumah tersebut merupakan kediaman keluarga Sanjaya Wicaksono.
Pemilik perusahaan Bintang sejahtera corp.
Seorang Satpam muda dengan sigap membukakan pintu. Setelah Kania membunyikan bel di depan Gerbang.
Satpam itu dapat memantau Area luar gerbang dari kamera Cctv yang terpasang di sana.
" Eh, Mba Nia cantik, Tumben terlambat??"
" Iya, Pak. Ada sedikit gangguan di jalan tadi" jelas Kania asal
" Mba baik- baik saja?" Satpam itu meneliti Kania dari ujung kaki hingga rambut.
Sedikit mencemaskan nya.
" Alhamdulillah, pak.."
Kania tersenyum dan mengangguk.
Di rumah ini hanya Kania, pelayan yang tidak menginap.
Karena dia harus menjaga Ibu. Karena itu Ia di ijinkan pergi pagi dan pulang menjelang sore.
"Oh, ya. Pak saya masuk dulu, makasih udah di bukain gerbangnya..." Kania berbasa- basi sebelum pergi.
"Tunggu!. Mba Nia... Udah tahu belum!?. Hari ini Putra Tuan Sanjaya tiba di tanah air dan kita semua di minta siap- siap menyambut kepulanganya" jelas pak Satpam tanpa di minta menghentikan Kania.
Dengan kening berlipat Kania melihat ke arah satpam itu penasaran sekaligus bersemangat dengan kabar yang baru ia dengar.
Siapa pun pelayan di rumah ini amat penasaran dengan Sosok Aran Maheswara. Putra tunggal Tuan Sanjaya.
Pemuda tampan yang hanya bisa mereka kenali lewat foto keluarga yang di pajang di ruang keluarga. Sudah sembilan tahun Aran tinggal di London, Inggris.
"Duh! yang benar, Pak!?"
Satpam menganggukan kepala nya.
"Tuan muda Aran akan datang bersama kekasihnya dari London."
"Oh, ya!? Makasih infonya, pak. Kalau begitu saya harus bergegas sebelum Bi Mala menegur karena aku terlambat."
"Silahkan, Mba. Semangat kerjanya!"
"Terima kasih,pak!"
Kania menaiki sepeda dan mengayuhnya cepat hingga hijab yang ia pakai berkibar- kibar di tiup angin seiring laju sepeda.
Sepeda Kania menyusuri halaman seluas sebuah lapangan bola, dengan dekorasi taman yang sejuk, indah dan asri.
Lokasi gerbang dan pintu utama Cukup jauh. Bila di tempuh dengan jalan Kaki cukup melelahkan.
Kediaman keluarga Sanjaya merupakan Rumah termewah dan terluas yang di bangun di komplek perumahan Bintang sejahtera. Tuan Sanjaya sendiri merupakan pemilik semua properti yang ada di lahan 1000 hektar itu.
Bisa di bilang dia Tuan tanahnya atau induk semangnya.
Tak terbayangkan berapa banyak jumlah kekayaan yang di miliki oleh mereka. Yang pasti membuat Jiwa miskin Kania
meronta- ronta.
Sebuah Kemoceng, gagang kain pel, sapu, lengkap dengan kain lap, menempel di bahu ringkih Kania. Pelengkapan alat tempurnya setiap hari.Untuk membersihkan seluruh ruangan yang terdapat di rumah mewah berlantai tiga tersebut.
Selama bekerja Kania seringkali terlihat melamun.
Kania memikirkan Mang Jaja yang terus menerornya.
Rasanya lelah sekali
Tanpa di sadari seseorang memperhatikannya dengan seksama.
Pertemuan dengan Jaja benar- benar merusak moodnya.
Kania yakin Jaja belum menyerah dengan niatnya. Kania takut sekali Jika akan ada hal buruk menimpanya kelak.
Plok!
Kania terkejut saat seseorang menepuk bahunya pelan, tersadar dari lamunannya.
"Juliana! Kamu? bikin kaget saja!" seru Kania kesal sambil memegang dada,menetralkan jantung yang berdetak dua kali lebih cepat.
Juliana salah satu pelayan di rumah Sanjaya, Tugasnya sama sepeti Kania. Usia yang sebaya membuat keduanya cepat akrab.
Ana terkekeh pelan melihat ekspresi Kania.
"Makanya jangan suka melamun."
Kania diam saja, enggan menanggapi.
"Kenapa?, Ibumu sakit lagi?"
Kania jadi merasa bersalah pada Ana karena terus melamun.
" Maaf, kamu pasti cape, kerja sendiri, sementara aku lalai dan sibuk melamun"
Ana menarik Kania menghadapnya Dan menatapnya serius .
"Mau curhat?" tanya Ana.
" Eh, apa!?"
" Curhat?"
" Hmmmm.." Ana memainkan alisnya naik turun.
"Kalau ada masalah jangan di pendam- pendam, nanti jadi kentut"
Ana terkikik geli setelah mengatakan hal demikian.
" Apa an, sih. kamu?"
"Gimana jadi curhat? atau masih mau melamun? ke sambet baru tahu!"
Kania langsung cemberut
"Nyebelin kamu!" Sungut Kania
Ana kembali tertawa.
"Bi Sumi, baik- baik saja, bukan?" Ana mengulang pertanyaannya kali ini dia terlihat serius.
Kania mengangguk lemah.
"Trus, apa dong, yang bikin kamu murung?"desak Ana.
"Tadi pagi, aku sempat ketemu Mang Jaja di jalan..."
"Jadi... Dari tadi, Kamu ngelamunin dia?"
"jangan bilang... kamu mulai jatuh cinta padanya."
"Juliana..! Jangan mulai, deh!." pekik Kania keki.
Ana menahan senyum.
"Apa yang dia lakukan? coba melamar kamu lagi?"
Kania mengangguk
"Iya, nyebelin banget, Kan ..!"
"kambing bandot itu, kapan kapoknya, sih?"
Ana memegang gagang Pel erat sampai tangannya memutih.
"Kamu kenapa sewot gitu, An? Cemburu?
" Najis....!! Aku itu justru paling benci sama laki-- laki model begini. udah peot, genit, serakah, nggak tahu diri, sok ganteng, sok hebat.
Istri sudah dua, anak banyak kayak anak tangga, masih mikir mau nikah lagi!?.
Ana melihat Kania geram. Lalu lanjut berkata.
"Cuma modal dengkul doang sok- sok an. Mau nya cari gadis perawan yang cantik pula. Pengen tak kasih pelajaran tuh orang!! " sewot Ana dengan mata berapi- api.
"Caranya? Dia itu mantan preman, loh!. Emangnya, kamu berani?" Ledek Nia geli dengan reaksi Ana.
"Iya Nih! macam master kungfu saja, mau ngasih pelajaran ke mantan preman..."
Tiba- tiba pelayan lain yang bernama Eli ikut nyeletuk. .
"Ish...! Siapa itu? Nyamber aja macam listrik. Ngapain ke sini?" tanya Ana pada Eli yang baru datang. usianya juga tak jauh berbeda dengan Ana dan Kania
"Aku di suruh Bi Mala untuk bantuin kalian..." Sahut Eli cuek.
Dia Mengambil penghisap debu dan menyalakan mesinnya.
Terdengar suara mesin yang sangat halus.
Mengabaikan Ana yang mencibirkan bibirnya dengan mata menyorot tajam padanya.
Setiap bertemu kedua gadis kerap berdebat dan saling mengolok. Tapi tak ada benci atau dendam antara keduanya.Mereka melakukan hanya untuk bersenang- senang mengusir jenuh saat bekerja.
Sebenarnya ketiganya bersahabat cukup dekat.
"Kenapa mesti master kungfu. mau ngasih pelajarann ke Jaja nggak mesti pakai kekarasan juga kali..."
sahut Ana.
"Memangnya ada cara lain ngasih pelajaran ke Jaja?selain pakai kekerasan. Emangnya kamu mau kasih pelajaran IPA, Matematika, Agama gitu. Aduh! Ana. SD Aja kamu nggak tamat. Gimana mau ngajarin dia hahaha.." Olok Eli seraya tertawa keras.
" Asem ya kamu Eli...!!"l pakai acara menghina" Eram Ana gusar dan mengejar Eli
Terjadilah adegan kejar- kejaran dua pelayan labil itu.
Kania yang sedang pusing semakin pusing menghadapi tingkah keduanya yang ke kanak- kanakan.
" Stop! Hentikan!!! Kalian jangan kayak anak kecil, dong!" Seru Kania melengking.
Ana dan Eli spontan berhenti.
" Kamu sih!" Kata Ana
" Mana ada! Kamu!"Sahut Eli.
" Ish, Kamu!!"
" Kam.."
"Eli...!!" Bentak Kania dongkol melihat kedua nya dengan tatapan tak bersahabat
Eli spontan terdiam. Sembari menunduk malu.
Dalam hening ketiganya lanjut bekerja.
" Ehemmm!" Ana berdehem mengusir sunyi.
Kania dan Eli menoleh kompak padanya
"Aku ada ide buat bikin Jaja kapok, dijamin nggak akan gangguin Kania lagi..."
Kania dan Eli tampak tertarik
" Caranya??' Tanya Eli tak sabar.
"Caranya, kasih tahu saja istri- istrinya,! Biar mereka yang ngasih pelajaran ke Mang Jaja.
"Memang itu burung gatal, enaknya di garuk pakai gergaji kali, biar kapok!" Ana menggerutu.
Terdengar gelak tawa kompak dari Kania dan Eli..
.
"Biar sekalian digoreng, di sambelin dibikin jadi burung geprek" Lanjut Eli
" Ih serem Amat!" Seru Ana pura- pura merinding.
"Apanya yang seram? Di goreng atau di gerjgaji?
"Burungnya yang seram. Hahaha" Ana kembali tergelak.
Kania mencibir.
Siapa juga yang mau makan burung keramat si jaka.
Membayangkan saja NIa tak tega.
Bukannya tak tega pada Jaja. Tapi tak tega mengotori otaknya dengan bayangan milik Amang yang tak pantas di bayangkan..
Gara- gara Ana, otak kania ikut berselancar kemana- mana.
" Udah, dong! Ketawanya. Dari pada ngelantur nggak jelas, mending kalian lanjut kerja, deh!" pukas kania cepat.
Namun Ana dan Eli masih tak bisa berhenti tertawa. Merasa konyol sendiri.
Ada alasannya mengapa Ana menyarankan agar mengadukan sikap Jaja pada kedua istrinya.
Jaja memang preman yang terkenal garang dan menakutkan. Tetapi sebenarnya pria itu termasuk golongan suami- suami takut istri.
"Aku nggak nyangka, akhirnya kita bisa ketemu lansung dengan Tuan muda Aran yang ganteng dan pintar itu. Awalnya aku berpikir Tuan muda, selamanya akan menetap di London." Kata Ana mengalihkan Topik
Wajah Eli seketika berubah cerah, matanya di penuhi bintang- bintang.
Membayang kan sosok Aran Asli. Selama ini Eli hanya melihat fotonya saja yang di pajang di ruang keluarga. Diam-diam sering ia pandangi sampai air liurnya menetes. Selama ini Eli begitu mengidolakan Aran.
Kania sama sekali tak tertarik membahas Aran. Dia masih penasaran bagaimana caranya menghindari Jaja.
Yang di sarankan Ana sangat tidak masuk akal, menurut Kania.
Jika dia mengadu pada Istri Jaja, pastilah Kania yang di tuduh sudah menggoda suami mereka. Ujung- ujungnya Kania yang disalahkan sebagai wanita penggoda.
Saat ini Jaja masih menjaga sikap. Terlihat normal dan Baik. Tapi tak menutup kemungkinan pria itu akan bertindak kasar jika bosan dengan penolakan Kania.
"Semoga tidak terjadi apa- apa padaku.." Kania berdoa dalam hati.
Eli langsung menanggapi perkataan Ana.
" Menurut Bi Mala, Tuan dan Nyonya, sudah tiga hari berada di London. Menjemput Tuan Aran dan pacarnya."
"Ternyata..Tuan Aran sudah punya pacar. Patah hati aku, nih...." kata Eli sedih.
" Sarap..sadar, woiiiy!!. Ngehalunya ketinggian. Biar Jomblo juga, mana mau dia sama kamu." Ana mencebik bibirnya ke arah Eli yang memasang wajah datar.
"Ih. Sirik aja, deh! Ngehalu kan Bebas...Nggak ada hukum yang melarang,bukan?? Siapa tahu jadi kenyataan. Sirik kamu! Sirik itu, tanda tak mampu!" sungut Eli cuek.
" Dih! Siapa yang sirik, ngapain juga sirik. Sampean yang suka berhalusinasi" Ana berkata sengit.
'Kalau nggak kesampaian halunya, jatuhnya sakit jiwa." Lanjut Ana mencemooh Eli.
kania hanya tertawa, melihat dua sahabat tengilnya. kebiasaan memang tidak bisa dirubah.
Ada saja topik untuk di perdebatkan.
" Kalian tidak cape, berantem terus?" Tanya Kania tak sabar, tak lupa memasang ekspresi sedingin mungkin.
" Mau sampai kapan saling mencela terus. Kapan selesai kerjaannya kalau begini. Kita bertiga bisa kena tegur Bi Mala!"
" ups..!" Maaf Kania.
"Ayo! kerja lagi. Makanya jangan kebanyakan menghayal." Tegur Ana pada Eli.
Eli tak membalas karena keburu di pelototi Kania.
Keduanya langsung mingkem, seperti anak TK yang di marahi gurunya. Keduanya manut dan mulai bekerja kembali dalam diam.
Tak butuh waktu lama tugas mereka akhirnya selesai juga.
Rumah mewah milik keluarga Sanjaya sudah bersih mengkilap. Tak ada satu pun butiran debu yang terlihat. Seluruh ruangan di beri pengharum beraroma lemon.
Setiap kamar mandi sudah di sikat juga di pel bersih- bersih., seluruh Gorden dan seprai di ganti dengan yang baru dan bersih.
Intinya Rumah itu sudah siap menyambut sang pengeran dan kekasihnya pulang.
Bu Mala memuji kerja ketiga pelayan itu.
Lalu beliau meminta mereka membantu koki menyiapkan makanan bagi para tamu yang turut datang menyambut Aran.
Rekan- rekan bisnis serta kenalan Tuan Sanjaya.
Tentunya berasal dari kelas menengah ke atas.
Mereka sangat penasaran dengan Aran. Sebagai pewaris tunggal perusahan Bintang Sejahtera sosoknya begitu di nantikan oleh pihak yang berkepentingan.
Seluruh pelayan di rumah itu berjumlah delapan orang. Bi Mala sebagai kepala pelayan,
Dua Koki wanita, Tiga petugas kebersihan, Dua lagi, yang bertugas mengurusi pakaian keluarga Sanjaya.
Istilahnya tukang cuci gosok.
.
Bintang sejahtera Company, merupakan sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang Otomotif, suku cadang kendaraan bermotor, Pt.Sawit, hotel berbintang, properti dan perumahan mewah, pabrik minuman kalengan dan makanan, sektor pariwisata dan kuliner, serta banyak usaha lain yang tidak bisa di rinci satu persatu.
Karena perusahaan tersebut sudah di wariskan secara turun menurun dari generasi ke generasi.
Perusahaan itu semakin meluaskan diri di tiap generasinya.
Menancapkan cakarnya hingga sulit di goyah kan oleh perusahaan- perusahaan lain. Justru saingan mereka yang akan menempelkan diri pada Sanjaya wicaksono.
Waktu menunjukan pukul lima sore.
Satu persatu mobil- mobil mewah mengkilap memasuki bangunan kokoh dua lantai itu.
Penumpangnya rata- rata adalah pengusaha, dosen, pejabat dan orang- orang kalangan atas terkenal.
Memakai pakaian terbaik mereka, menggandeng istri- istri cantik masuk ke dalam rumah Sanjaya.
Kelihatan sekali mereka saling berlomba memamerkan barang- barang mewah yang mereka miliki.
Rumah Sanjaya riuh oleh
Tawa dan percakapan mereka.
Kania bertugas mengantarkan makanan dan cemilan ringan untuk para tamu.
Setelah segalanya siap, mereka menata hidangan di meja prasmanan dengan indah.
Seorang Gadis cantik melambai pada Kania, Gadis itu memakai gaun mahal warna merah yang sangat terbuka di bagian punggung dan dada.
" Kania di panggil, tuh!" Kata Eli berbisik.
" Cantik banget..." Eli Memandang gadis itu takjub,sangat kagum padanya
Gadis itu masih muda, Wajahnya cantik sekali dengan bentuk tubuh yang sangat seksi, dengan lekukan indah di bagian pinggul, bokong, dan dada. Kulitnya putih mulus tanpa cacat cela. Sungguh menggoda iman laki- laki yang melihatnya, menimbulkan rasa iri wanita yang tidak memiliki body seindah dirinya.
Terbukti wanita itu langsung menjadi pusat perhatian dari pertama kemunculannya di pesta.
" Ada yang bisa saya bantu, Nona?" Tanya Kania sopan.
"Berikan saya minuman ber Alkohol, kenapa semua minuman disini tidak ada Alkoholnya?" Ia bertanya tak suka
" Maaf, Non. tapi kami dilarang menyediakan minuman ber Alkohol untuk tamu oleh Tuan Sanjaya." kania menyahut sopan tapi tegas.
Wanita itu tertawa dengan anggun.
Meski Kania bingung apa yang sedang ia tertawakan.
" Paman Sanjaya tak akan keberatan jika aku yang meminta nya. Lekas ambilkan satu untuk ku di basement. Paman banyak menyimpan koleksi minumannya disana.Ingat! ambil yang kualitas terbaik. Ambil yang paling tua tahunnya, makin Lama tahun nya, maka makin enak rasa anggurnya"
Rupanya wanita itu tipikal wanita keras kepala yang tidak mau mendengar penolakan.
Tetap saja Kania tak akan berani melanggar pesan dari Bi Mala.
" Maaf, Non. Saya tidak bisa.."Tolak Kania ramah.
Wajah wanita itu berubah merah padam tersinggung dengan penolakan Kania.
" Kamu tahu siapa aku!!?" dia bertanya dengan nada cukup tinggi,terkesan membentak. Menjadikan kania dan diri nya pusat perhatian.
" Sa..saya hanya menjalani perintah. Maafkan saya, Nona.." sahut Kania gugup.
di bentak di depan semua orang pastilah membuat dirinya malu dan gugup.
Mata- mata itu melihat ke arahnya dengan sinis.
Melawan wanita cantik memang merepotkan ditambah Posisi Kania yang seorang pelayan makin menyudutkan Kania.
Saat ini pastilah dia yang di anggap salah.
Gadis cantik itu bertambah emosi campur gemas karena Kania tak begeming dan hanya menunduk pasif didepanya.
Gadis itu mengambil segelas minuman bersoda warna merah, dalam sekali gerakan menyiramkan seluruh isinya di kepala Kania.
Kania kaget bukan kepalang.
Dalam sekejap kepalanya Basah kuyup.
Gadis itu mempermalukan Kania.
keadaan menjadi gaduh.
Pelayan lain yang melihat kejadian mendekati Kania. Terutama Bi Mala dan kedua teman sejawat Kania, Ana dan Eli.
Raut iba terpancar di wajah mereka.
Sebelum Bi Mala sempat bicara, seorang laki- laki tampan, bertubuh jangkung sudah mencekal kasar lengan gadis bergaun merah dan berteriak padanya.
"Celine...!!mengapa kamu suka sekali membuat masalah pada orang- orang!!!?"Dia menghardik wanita bergaun Merah itu.
Gadis itu bungkam tapi sama sekali tidak terlihat takut padanya.
Menghentakan kaki jenjangnya kesal, gadis bernama Celine itu pergi tanpa rasa bersalah.
Pria itu memilih mengabaikan berfokus pada Kania
" Kamu, baik- baik saja?" tanyanya prihatin.
Mengambil tissue dan mulai membersihkan baju serta Hijab Kania.
" Maafkan Celine.ya?" Ucapnya tak enak hati.
Kania menjadi sungkan.
Seorang pria kelihatan kaya juga tampan bersikap sangat ramah padanya yang hanya seorang pelayan.
"Celine itu saudara kembar saya. Dia memang sedikit arogan dan kasar menjadi anak Perempuan satu- satunya dalam keluarga Adam sentosa, Membuat papa dan Mama sangat memanjakan, makanya sifatnya suka se enaknya. Oh. Ya...Namaku Charles Adam sentosa."Mengulurkan tangan mengenalkan diri.
" Tidak apa- apa Tuan. Saya bisa sendiri..Maaf saya ke toilet dulu."
Kania pamit dan menolak ukuran tangan Charles.
"Sepertinya noda ini, akan sulit untuk di bersihkan..." Guman Kania memperhatikan noda berwarna kemerahan yang terpantul di cermin. Hampir 15 menit dia menggosok noda itu tapi tak hilang sepenuhnya.
l
Ck..!
"Ada- ada saja kelakuan orang kaya.." desahnya kesal.
Begitu keluar dari toilet, Kania terkejut mendapati Charles sedang berdiri di luar. Tubuh kokohnya ia sandarkan di dinding, matanya terpejam dengan tangan mendekap dada.
Kania terkejut sekali dan bertanya sopan,
"Tuan, mau ke toilet juga?'
Pria itu membuka mata tersenyum manis pada Kania.
" Tidak! Saya menunggu kamu, takutnya kamu kenapa- napa didalam." Kata pria itu dengan wajah lega.
" Saya hanya ketumpahan Minuman, Bukan kena Bom, Tuan. Saya baik- baik saja" jawab Kania asal.
" Saya pikir kamu akan menangis di Toilet, karena perbuatan Celine"
Pria itu menatap wajah Kania lekat.
Menjadikan Kania salah tingkah.
Kania menilai pria itu dalam hati.
Pria itu bukanlah pria biasa, kelihatan dari penampilanya yang di balut setelan jas mahal, Kulit putih bersih, wajah tampan memikat. Ia merupakan salah satu pemuda kaya.
Wajah Klimis, bentuk rahang tegas. di padu kulit wajah yang sangat putih dan halus, mata sipit berwarna hazel, hidung mancung, bibir tipis dengan senyum nya yang memikat.
Kania merasa kagum sekaligus terpesona padanya.
" Ehem..!" Deheman Charles menyadarkan Kania dari keterpanaan.
Kania merasa salah tingkah kepergok memandangi Charles tanpa Ijin.
Matanya kini bergerak gelisah menghindari menatap Charles karena malu.
"Saya permisi, harus bekerja kembali, Tuan." pamit Kania tergesa, karena tak ingin berlama- lama berduaan dengan Charles di sana.
Charles tak lepas memandangi kepergian Kania hingga berbelok di ujung lorong yang membatasi Kamar mandi dan ruang keluarga milik keluarga Sanjaya.
Bibirnya menyunggingkan senyum...
"Gadis itu sangat menarik..."
Dia berkata pada Diri sendiri.
Menetralkan debaran di dadanya karena berada di dekat Kania.
" Sayang sekali, aku lupa menanyakan namanya."
Menyurai Rambutnya dia pun keluar dari Lorong itu menuju pusat pesta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments