Presdir Diranta - lima.

Sudah selama satu bulan Naya bekerja di Diranta. Di waktu itu juga Naya juga sering menghabiskan waktunya dengan Stev—direktur tim marketing.

Hingga sekarang kedekatan mereka sudah menjadi sahabat. Keduanya seperti teman yang sudah berteman lama, tidak ada lagi omongan formal walaupun Stev adalah direkturnya karena Stev yang meminta sendiri untuk tidak memandang dia sebagai atasan tapi anggap dia teman dan sebagai Stev yang Naya kenal saja.

Bahkan saat ini Stev sedang main di ruangan Naya. Mengganggu Naya bekerja.

"Bagaimana jika kapan-kapan kita ke festival?" ajak Stev, biasanya pria itu menawari beberapa tempat hiburan dan permainan untuk mereka kunjungi.

Yuni pun kadang ikut bergabung. Jadi mereka seperti sahabat bertiga, Stev pria sendiri.

"Kau sebagai direktur sepertinya sangat santai ya? Apa kau tidak memiliki pekerjaan?" tanya Naya, karena wanita ini sering sekali diganggu dan ditelpon jika jauh.

"Bisa dibilang aku bekerja di sini itu bukan untuk bekerja, aku dimasukkan ke perusahaan keluarga Diranta oleh Ibu Negara karena posisi direktur tim marketing kosong. Sepertimu," alasan Stev, dengan santai pria itu duduk di sofa ruangan milik Naya dan memakan cemilannya.

Naya tidak ingin terlalu jauh untuk mengetahui keluarga sahabatnya ini. Tentang Ibu Negara yang sering Stev panggil Naya tidak ingin tahu.

Sofa? Sebelumnya tidak ada sofa di ruangan Naya. Stev yang melakukannya, pria itu tiba-tiba mengirim orang dan mengisi ruangan Naya dengan sofa, walaupun tidak terlalu panjang.

Ternyata alasannya adalah karena Stev akan sering main, mengganggu dan merecoki Naya seperti yang pria itu lakukan sekarang.

Tok. Tok. Tok.

"Masuk," yang menjawab adalah Stev padahal ruangan ini adalah ruangan Naya.

Pintu terbuka dan muncullah seorang pria dengan setelan jas rapi.

"Ah. Pria itu sudah kembali?" Stev berdiri begitu saja dari duduknya.

Naya yang tadinya juga sedang berkutat dengan komputernya juga mengangkat kepalanya menatap pria yang baru datang.

"Tuan, datang ke ruanganmu dan menunggu di sana karena kau tidak ada jadi tuan menyuruhku mencarimu dan ternyata kau sedang menggoda seorang pekerja di sini?" Pria itu berbicara dengan Stev tidak menggunakan bahasa formal. Seperti mereka memang sangat dekat.

"Tuan? Siapa?" Ini Naya yang bertanya, ia menengok ke pria itu dan Stev secara bergantian.

Pria yang belum diketahui namanya itu menatap Naya heran. Tidak mungkin tuannya tidak dikenali oleh pegawainya sendiri. Ya walaupun tuannya itu sering keluar kota untuk berbisnis.

Tanpa menjawab pertanyaan dari Naya yang bertanya, pria itu langsung menyuruh Stev untuk cepat pergi. "Ayo,"

"Kau duluan," Stev menyuruh pria itu pergi lebih dulu.

"Tidak. Aku sudah menemukanmu setelah membuang-buang waktu hanya untuk mencarimu. Jadi kau sekarang ikut denganku." Pria itu tidak ingin Stev pergi darinya dan sepertinya pria itu tidak mempercayai Stev.

Stev menepuk pundak pria itu. "Baiklah, baiklah. Kau sangat patuh pada tuanmu itu ya."

"Naya, selamat bekerja." Stev dengan santai memberi kecupan jauh untuk berpamitan.

Naya hanya membalas dengan senyuman. Kemudian ia kembali melanjutkan pekerjaannya.

Waktu berlalu sangat cepat hingga Naya tidak sadar sudah saatnya jam makan siang, karena biasanya Stev yang mengajak duluan tapi sepertinya pria itu masih berurusan dengan orang penting tadi. Jadi Naya langsung mengirim pesan pada Yuni untuk makan siang bersamanya.

Dan di sinilah mereka, di restoran ujung jalan tidak jauh dari perusahaan mereka. Sebuah restoran sederhana pilihan Yuni yang katanya sangat terkenal akan kelezatan menu utama restoran itu.

Yuni mengambil satu buah garpu dan mulai menggulung spaghetti nya.

"Tumben sekali Stev tidak mengajakmu makan bersama?" tanya Yuni sambil mengambil orange juice nya dan meminumnya.

"Tadi ada seorang pria yang mencarinya dan Stev juga mengatakan," Naya berhenti untuk menelan makanan yang ia kunyah kemudian melanjutkan. "Dia sudah kembali."

Yuni sedikit berpikir sejenak, "tadi siapa yang mencari Stev?"

"Aku tidak tahu namanya. Aku baru melihatnya pertama kali." Mungkin karena Naya adalah pegawai baru jadi ia belum tahu sepenuhnya orang-orang yang berada di perusahaan Diranta.

Yuni jadi ingin tahu, "ciri-cirinya? mungkin kau bisa menjelaskannya kepadaku?"

Naya sedikit menimbang, bagaimana mendeskripsikan pria itu. "Aku tidak tahu pasti, tapi dari pakaiannya formal lalu rambut disisir rapi ke belakang."

"Yang benar saja, itu kau menjelaskan pria pada umumnya?" Yuni sulit menebak jika Naya tidak menjelaskannya secara detail.

"Mungkin ada sesuatu yang berbeda dari pria pada umumnya?" tanya Yuni masih ingin tahu.

Naya mencoba mengingat-ingat, pria itu memang terlihat seperti pria pada umumnya. Dari pakaian maupun cara pria itu berdandan. Tapi jika tidak ingat pria berbicara dengan Stev dengan bahasa non formal. "Tidak tahulah. Intinya pria itu mengatakan, tuannya mencari Stev di ruangannya tapi Stev tidak ada di sana dan pria itu berbicara dengan Stev menggunakan bahasa non formal."

Yuni membelalakkan mata. Kabarnya kenapa tidak sampai di timnya. Yuni kehilangan start, Naya sudah mengetahui duluan.

"Kenapa kau melotot begitu?" tanya Naya dengan wajah heran kenapa Yuni seakan-akan baru mengetahui sesuatu yang penting.

"Kau bodoh ya? Dia adalah orang kepercayaan Presdir." Yuni berucap dengan menggebu-gebu.

Bagaimana bisa Naya tidak sadar tentang hal ini, ia bahkan tidak tahu Presdir Diranta. Walaupun saat masuk ke perusahaan itu karena paksaan Yuni setidaknya Naya mencari tahu siapa pemimpin utama tempatnya bekerja.

"Dan tadi, apa yang kau katakan? Presdir sudah kembali. Berarti memang sudah selesai perjalanan bisnisnya ke Kanada?!”

“ danOh ternyata begitu. Pantas saja Stev yang juga bermarga Diranta malah hanya sebagai direktur marketing.” Naya berucap dengan santai.

Sedangkan Yuni sudah menatap wanita di depannya ini dengan tajam, ia sangat gemas dengan perilaku tidak peduli Naya ini. Pantas saja sampai hari ini temannya itu tidak pernah menjalin hubungan apapun dengan seorang pria. Dia tidak peka.

“Kau! Jangan bilang kau bertanya pada Ludwig siapa itu tuan yang dia ucapkan?” Yuni menunjuk Naya dengan garpunya.

“Pria itu bernama Ludwig?” tanya Naya kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya.

“Huft,” Yuni meletakkan garpunya kasar di atas meja.

Yuni menutup wajah dengan kedua tangannya kemudian melipat di atas meja. “Semoga saja Ludwig tidak mengadukanmu pada Presdir.”

Naya dengan santai menghabiskan spaghetti miliknya. Tanpa mereka sadari seorang pria dengan kemeja putih lengan yang tergulung itu menghampiri mereka yang sedang membicarakannya.

“Apa yang kalian perbuat sehingga harus takut jika Ludwig memberitahuku?”

Suara beratnya terdengar di belakang Yuni. Langsung Yuni berbalik untuk melihat ke belakang dan Naya mengangkat kepalanya.

Mata Naya menangkap manik hitam tajam milik pria tampan yang berdiri menjulang. Bahkan Naya sedikit mendongak. Jantungnya sedikit berdetak lebih kencang saat aroma tubuh pria itu semakin mendekat berjalan ke meja mereka, aromanya mengalahkan aroma makanan di depan mereka.

2021©IKKD

Terpopuler

Comments

Septy Cweet

Septy Cweet

yang penting naya jangan sampe tersakitti ya kak author....kasihan

2021-11-22

5

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!