Senior part II

 

Kepalaku sekarang sedikit pusing memikirkan nasib Ria. Bagaimana jadinya jika seandainya ia tahu kalau senior itu sudah punya pacar? Dan terlebih lagi ia salah minta nomor hp untuk temannya bukan untuknya. Bahkan si senior sialan itu juga gak bilang apa-apa.

 

Padahal di perjalanan pulang mengantar Ria, dia sudah curhat panjang lebar tentang ketertarikannya pada senior itu sejak pandangan pertama berjumpa.

 

Kacau, semuanya benar-benar kacau, padahal itu urusan si Ria tapi entah kenapa aku jadi merasa agak bersalah, mungkin karena ada sedikit keterlibatan namaku di dalamnya.

 

Sekarang semua pemikiranku buyar karena chat yang masuk ke hp-ku.

Si asing : Del, nanti aku chat lagi ya

  Aku ada sedikit urusan

 

"Peduli apa gue sama urusan lo bocah!" gumam batinku keras.

Aku : iya, lanjutkan saja urusan kamu

dulu

Si asing : oke

 

Begitu selesai melihat chat Vero, aku pun langsung mematikan data seluler agar tak ada lagi yang menggangguku. Jujur saja, aku masih sedikit tidak percaya jika itu Vero, cowok yang bersama senior Brahman di kantin tadi.

 

Gaya chat-nya benar-benar gak sesuai sama wajah dan sikapnya. Kalaupun iya itu orang yang sama, agak aneh saja rasanya. Masa iya wajah dan sikapnya kalem, tapi chat-nya kakak orang cerewet.

Pikiranku buyar untuk kedua kalinya saat mama memanggilku untuk makan. Aku pun segera keluar kamar dan menuju ruang makan.

 

"Loh kakak pulang ke sini?" tanyaku penasaran saat melihat kakakku membantu mama meletakkan hidangan di meja makan.

"Kenapa? Memangnya gue gak boleh pulang?!" tukas kakakku dengan nada kesal.

"Apaan sih aku kan cuma tanya!" balasku dengan ekspresi kesal.

 

"Sudah-sudah! Kalian itu mau makan atau tidak?! Hal sepele dibesar-besarkan!" sahut mama jengkel untuk mendamaikan kami.

 

"Tahu tuh, sensitif amat jadi orang," sambungku.

"Adel!" sela mama dengan nada sedikit keras.

Kakakku hanya menatap jengkel padaku, lagi pula aku hanya bertanya baik-baik tapi dia saja yang terlalu sensitif. Mungkin karena sering tinggal di rumah nenek, jadi kayak kekurangan kasih sayang orang tua.

 

Papa pun datang dari kamar sehingga kami berempat langsung makan bersama. Selesai makan aku pun balik ke kamar, sedangkan kakak membantu mama beres-beres.

 

Di kamar aku hanya tiduran saja, lagi pula gak ada juga yang mau dikerjakan. Belajar pun enggak, padahal ada pr matematika yang bisa dikerjakan. Tapi memang aku tipenya pemalas kelas kakap ya mau bagaimana lagi.

 

Tak lama pintu kamarku pun terbuka dan tampaklah sosok kakakku yang masuk kamar dengan lancang. Kalau bersaudara itu hal yang biasa dan wajar, untungnya belum punya pasangan saja di dalam kamar.

 

Kakakku langsung membaringkan badannya di ranjang, sementara aku hanya menatap tingkahnya dengan pandangan tak acuh.

"Kenapa?" tanyaku.

"Gue sedang bosan, pacar gue gak bisa dihubungi, sakit kepala nih gara-gara tuh bocah menghilang begitu saja," balas kakakku sambil memainkan ponselnya.

"Apaan sih, aku kira tadi kakak diusir dari rumah nenek!"

"Gila! Lo kira nenek tega usir gue?!

"Mana tahu nenek bosan lihat muka kakak!" ocehku tak mau kalah.

"Sudahlah, jangan bahas nenek lagi, gue ke sini mau bahas yang lain!"

"Bahas apa?" tanyaku sambil bangun dan duduk manis.

"Apaan sih, gak usah menatap kayak begitu juga!" oceh kakakku sambil memukul pahaku.

"Gimana sih mau cerita atau gak?! Kalau gak keluar saja!" ucapku dengan nada mulai kesal.

"Iya-iya! Gue mau cerita, lo dengar saja!

"Hmm," balasku datar sambil merebahkan badanku lagi.

Kakakku mulai bercerita ....

"Pacar gue itu jarang gak bisa dihubungi. Kalaupun gak bisa dihubungi berarti hp-nya mati, tapi itu palingan cuma sebentar saja. Tapi sekarang seharian ini hp-nya gak aktif, sudah berkali-kali gue hubungi tapi tetap saja gak aktif. Padahal hubungan kita baik-baik saja."

Ia pun melanjutkan, "tadi malam terakhir gue chatting sama dia jam 20.00 karena dia ada urusan. Tapi sampai sekarang dia gak bisa dihubungi, aneh bangetkan?! Padahal hubungan kita baik-baik saja."

Begitulah curhatan panjang lebar kakakku. Tentu saja sebagai pendengar yang baik aku tidak sedikit pun memotong kalimatnya.

"Menurut lo gimana Del?" tanya kakakku.

"Mungkin dia gak ada kuota," balasku seadanya.

"Bullshit banget, 3 hari yang lalu gue sendiri yang temani dia isi kuota!"

"Terus gak kakak tanya sama teman-temannya?" tanyaku makin penasaran.

"Sudah gue tanya, tapi pada gak tahu jawabannya! Mau gak mau gue labrak juga dia ke sekolah!" balas kakakku sambil membanting hp-nya. Untung dibanting ke kasur, kalau gak pasti ganti hp baru dia.

"Memang kakak gak satu sekolah?"

"Gak, dia sekolah di SMA Medika. Ah! Lo kan juga di SMA Medika?! Kok gue bisa lupa sih sama lo!"

 

"Di SMA-ku?! Memang siapa orangnya?! Mana tahu aku kenal," jujur saja sekarang aku benar-benar penasaran siapa pacar kakak. Walau tahu dia punya pacar tapi kakak gak pernah kasih tahu siapa orangnya dan kayak gimana pacarnya.

 

"Dia senior lo, gue gak yakin lo kenal karena masih anak baru, tapi cowok gue anak basket populer namanya Brahman. Gimana? Pernah dengar gak lo namanya di sekolah?!"

 

"Anjrit! Ini cowok bukannya senior yang minta nomor Ria dan tolong kami tadi? Cowoknya kakakku? Aku harus bilang apa?! Nanti dikira Ria atau aku cewek kecentilan lagi. Padahalkan cowok senior itu yang mendekat sendiri. ******-******!" oceh batinku merana.

 

"Aku gak tahu, tapi biar besok aku cari tahu yang mana orangnya. Kalau ketemu sekalian aku intai mana tahu dia dekat sama cewek lain," sumpah aku gak tahu harus jawab apa. Tapi setidaknya ini jawaban terbaik agar kakakku gak datang ke sekolah.

 

"Serius lo ya! Cari tahu tuh cowok, kalau ketahuan selingkuh, lihat saja! Habis keduanya! Berani-beraninya main-main di belakang gue. Memangnya pacaran dua tahun itu sebentar sampai berani-berani selingkuh! Jangan lupa lo cari ya!" tukas kakakku panjang lebar.

 

"Iya kak, tenang saja aku tolongin kok!" aku pun mengacungkan jempol. Padahal dalam hatiku merana tak rela menolongnya.

 

Gimana seandainya kalau kak Brahman itu memang selingkuh? Kalau iya gak masalah toh gak ada urusannya denganku. Tapi gimana seandainya sikap Brahman itu berubah pada kakakku karena ada hubungannya dengan Ria atau aku yang terburuknya?!

Sekarang aku benar-benar penasaran dan berharap itu gak ada hubungannya dengan kami berdua. Walaupun Vero mengaku dia sendiri yang sebenarnya pengen minta nomor hp-ku, tapi tetap saja hatiku gak tenang.

Sekarang kepalaku benar-benar pusing memikirkan Ria, takutnya ia benar-benar berhubungan dengan senior kacau itu. Aaah, hati dan otakku sekarang mengoceh tak karuan.

 

"Ya sudah, gue balik ke kamar dulu," sahut kakakku lalu bangun dari tidur damainya sambil memainkan hp. Terlihat wajahnya lebih tenang dari sebelum dia cerita. Kalau gak wajahnya ya ampun, coba saja kalau marah mirip inun (hantu film The Nun).

Aku berencana menghubungi Ria, tapi gagal karena sepertinya akan lebih baik cerita langsung padanya di sekolah. Karena jika lewat hp takutnya kakakku tiba-tiba mendengarnya dan naik pitam.

Gak ada yang lebih buruk selain kakakku yang marah-marah cuma karena hal konyol seperti masalah cowok. Jelas banget bakalan bikin malu, apalagi kalau ada yang tahu aku ini adiknya. Cukup Andin saja yang tahu, anak sekelas aku gak perlu ikutan tahu juga.

Terpopuler

Comments

KIA Qirana

KIA Qirana

Jangan beli kuota, mahal
beli jaringan aja 🤣🤣🤣♥️♥️♥️💕💕❤️❤️🌷🌷💕💕♥️♥️

2021-10-14

1

Dania

Dania

Eka Sapta

2021-09-14

0

Qirana

Qirana

Like This

2021-09-13

0

lihat semua
Episodes
1 Kenangan abu
2 Debutku
3 Menyontek
4 Senior
5 Senior part II
6 Vero
7 Diantar pulang
8 Senang?!
9 Senang?! Part II
10 Traktir makan
11 Digoda
12 Menonton
13 Menonton part II
14 Jalan-jalan
15 Kebun binatang
16 Putus
17 Wisata berdua
18 Vero & Tommy
19 Vero & Tommy part II
20 Aku dan Vero
21 Maaf
22 Pergi bersama
23 Tatapan Sabina
24 Hiatus
25 Bertengkar
26 Ke rumah Ria
27 Kamar Ria
28 Andi dan mulutnya
29 Pengakuan
30 Jawaban
31 Bertengkar lagi
32 Pemberitahuan pacaran
33 Ravi
34 Kepulangan Ravi
35 Trauma
36 Hasutan otak depan dan belakang
37 Pengumuman
38 Kedatangan tiba-tiba
39 Bisa baca pikiran
40 Setan di antara kita
41 Rebahan
42 Mengoceh tanpa henti
43 Anjing dan kucing
44 Tertidur
45 Antara aku dan kak Tommy
46 Peringatan
47 Tak ada kabar
48 Memanggil namanya
49 Rencana menginap
50 Dikeroyok
51 Gangguan si asing
52 Senior Davi
53 Masalah sepele
54 Bertengkar hebat
55 Penjelasan yang digantung
56 Menonton oppa-oppa
57 Mantannya
58 Pertemuan kakak
59 Pengkhianatan Vero
60 Pacar tak peka
61 Penghiburan darinya
62 Dia atau aku, kamu atau dia
63 Di rumahnya
64 Mama dan Ravi
65 Pengganggu
66 Berdebat minum dan makan
67 Berisiknya dua anak manusia
68 Menangis
69 Curhat Vero
70 Donatur permen
71 Kisruh
72 Pemanggilan orang tua
73 Amarah Mama
74 Atasan Pak Donatur
75 Sakit hati
76 Tampang horor
77 Ketos sialan
78 Disuruh pulang
79 Pembelaan Ravi
80 Pembullyan
81 Pertengkaran di UKS
82 Dihukum
83 Dimulai
84 Dimulai
85 Kelakuan anehnya
86 Pertemuan tak terduga
87 Bibit Pelakor
88 Tidak akur
89 Ke tempat si kembar
90 Teman curhat
91 Bercerita
92 Ide
93 Rumah Senior Davi
94 Duo ringkih
95 Pak tua dan anaknya
96 Sepupu tanpa basa basi
97 Sepupu edan
98 Kesakitan
99 Perhatian
100 Ocehan bijak Andi
101 Pernyataan Ravi
102 Jessica VS Kevin
103 Debat tanpa henti
104 Bukan barang taruhan
105 Pacaran
106 Ada apa
107 Sepupu hedon
108 Tontonan
109 Menunggu
110 Kehilangan
111 Canggung
112 Perkenalan
113 Bingkisan tak terduga
114 Fans sarap
115 Jelek
116 Tergoncang
117 Hujan
118 Mual
119 Campur aduknya perasaan
120 Komitmen seorang laki-laki
121 Satu tahun kemudian
122 Mimpi kita
123 Mematahkan hati yang bahagia
124 Cerita kita
Episodes

Updated 124 Episodes

1
Kenangan abu
2
Debutku
3
Menyontek
4
Senior
5
Senior part II
6
Vero
7
Diantar pulang
8
Senang?!
9
Senang?! Part II
10
Traktir makan
11
Digoda
12
Menonton
13
Menonton part II
14
Jalan-jalan
15
Kebun binatang
16
Putus
17
Wisata berdua
18
Vero & Tommy
19
Vero & Tommy part II
20
Aku dan Vero
21
Maaf
22
Pergi bersama
23
Tatapan Sabina
24
Hiatus
25
Bertengkar
26
Ke rumah Ria
27
Kamar Ria
28
Andi dan mulutnya
29
Pengakuan
30
Jawaban
31
Bertengkar lagi
32
Pemberitahuan pacaran
33
Ravi
34
Kepulangan Ravi
35
Trauma
36
Hasutan otak depan dan belakang
37
Pengumuman
38
Kedatangan tiba-tiba
39
Bisa baca pikiran
40
Setan di antara kita
41
Rebahan
42
Mengoceh tanpa henti
43
Anjing dan kucing
44
Tertidur
45
Antara aku dan kak Tommy
46
Peringatan
47
Tak ada kabar
48
Memanggil namanya
49
Rencana menginap
50
Dikeroyok
51
Gangguan si asing
52
Senior Davi
53
Masalah sepele
54
Bertengkar hebat
55
Penjelasan yang digantung
56
Menonton oppa-oppa
57
Mantannya
58
Pertemuan kakak
59
Pengkhianatan Vero
60
Pacar tak peka
61
Penghiburan darinya
62
Dia atau aku, kamu atau dia
63
Di rumahnya
64
Mama dan Ravi
65
Pengganggu
66
Berdebat minum dan makan
67
Berisiknya dua anak manusia
68
Menangis
69
Curhat Vero
70
Donatur permen
71
Kisruh
72
Pemanggilan orang tua
73
Amarah Mama
74
Atasan Pak Donatur
75
Sakit hati
76
Tampang horor
77
Ketos sialan
78
Disuruh pulang
79
Pembelaan Ravi
80
Pembullyan
81
Pertengkaran di UKS
82
Dihukum
83
Dimulai
84
Dimulai
85
Kelakuan anehnya
86
Pertemuan tak terduga
87
Bibit Pelakor
88
Tidak akur
89
Ke tempat si kembar
90
Teman curhat
91
Bercerita
92
Ide
93
Rumah Senior Davi
94
Duo ringkih
95
Pak tua dan anaknya
96
Sepupu tanpa basa basi
97
Sepupu edan
98
Kesakitan
99
Perhatian
100
Ocehan bijak Andi
101
Pernyataan Ravi
102
Jessica VS Kevin
103
Debat tanpa henti
104
Bukan barang taruhan
105
Pacaran
106
Ada apa
107
Sepupu hedon
108
Tontonan
109
Menunggu
110
Kehilangan
111
Canggung
112
Perkenalan
113
Bingkisan tak terduga
114
Fans sarap
115
Jelek
116
Tergoncang
117
Hujan
118
Mual
119
Campur aduknya perasaan
120
Komitmen seorang laki-laki
121
Satu tahun kemudian
122
Mimpi kita
123
Mematahkan hati yang bahagia
124
Cerita kita

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!