Hari ini aku akan pergi ke sekolah dengan bawa motor sendiri. Begitu selesai meminta uang pada papa dan berpamitan, aku pun langsung berangkat.
Aku mengendarai motor dengan kecepatan sedang. Begitu sampai di sekolah, tanpa basa-basi aku pun memarkirkannya di parkiran depan karena aku lumayan cepat datang dari murid-murid yang lain.
Di perjalanan ke kelas aku berpapasan dengan si kembar kopi susu, kami pun berjalan bersama.
“Del, wajahmu mulus, pake bedak apa?” tanya Rere padaku.
“Bedak bayi, tapi yang wangi strawberry,” jawabku seadanya.
“Masa iya, sekarang udah gak jaman bedak bayi yang serius dong Del!”
“Lah aku serius kok!” sambil menggosok wajahku dan membuat bedak yang mempercantik wajahku pun memudar.
“Minggir! lelet amat!” teriak si Davi cebol pada kami bertiga.
“Apaan sih! Sabar dong! Jadi cowok ngalah lah!" ocehku.
“Ngalah?! Mimpi! Huh!” balas Davi sambil menoleh sombong masuk ke kelas mendahului kami.
“Iiihhhh dasar cebol!” umpat Rere pelan.
Dalam hatiku, “dasar cebol! Muka oke, sikap enggak banget ....”
Lalu sekilas aku menatap ke pintu masuk kelas si Andin dan ternyata, cowok kemarin yang memberi info padaku itu juga berdiri di depan pintu bersama temannya.
Ia juga melihatku. Sekilas kami saling bertatapan dan pandangan pertama awal aku berjumpa pun berlantunan merdu dalam bayangan kita. Sayang sekali, tapi aku pun langsung masuk tanpa mengindahkan tatapan normal begitu.
*******
Pelajaran pertama pagi itu yaitu matematika dimulai. Setelah selesai belajar, kami lalu diberi tugas latihan dan si guru pergi keluar meninggalkan kelas entah ke mana.
Jujur saja, otakku berkabut kalau belajar matematika. Jadi pilihan terbaik adalah menunggu sambil mengintai siapa yang terlihat cerdas dan mencontoh tugasnya.
Ria yang duduk di depanku menunduk sambil mengerjakan tugas dengan rajin.
"Aha! Ini kesempatan emas bagiku untuk menyontek padanya," teriak batinku senang.
Tanpa basa-basi aku pun langsung berdiri mendekatinya dan ternyata! Semua tak sesuai bayanganku ....
Jeengg! Jeenggg! Jeng! Jreeeenggggg ...!
Ternyata dia tidak bikin tugas melainkan membuat gambar. Aku benar-benar bingung dengan ulahnya. Dia ke sekolah untuk apa?! Kalau begini mending tidur di rumah, tapi harus kuakui gambar buatannya lumayan bagus.
“Ria! Kamu menggambar? Emang tugas kamu dah siap?!” tanyaku sambil mengagetkannya.
“Aku gak ngerti, mau gimana lagi,” jawabnya polos tanpa dosa sambil tetap menggambar.
Dalam hatiku, “haduh ... Apes banget nasib dapat teman otaknya dodol!”
Padahal aku sendiri juga sama dodolnya kayak dia. Tapi entah kenapa aku gak sadar, mungkin karena itulah kami jadi serasi sekali kalau berteman.
Aku pun melirik ke kiri dan kanan. Perlahan berjalan mendekati si kembar Riri, “Ri kamu ngerti bikinnya?” tanyaku penasaran.
“Lumayan, tapi ada juga yang gak ngerti."
“Kasih tau caranya dong, aku ambil buku dulu ya," tukasku. Padahal dalam hatiku sudah berbunga-bunga bisa menyontek kerja keras otak orang.
Aku pun menghasut si otak dodol, “Ria, si Riri udah ada yang selesai tuh, mau bikin sama-sama? Daripada nanti guru datang tapi tugas kita masih kosong.”
Padahal niatku mengajaknya agar kalaupun ketahuan dan diledek anak lain gak masalah, toh kita sama-sama melakukannya.
“Iya, ayo!” mukanya tampak senang sentosa.
Kami berdua pun melangkah menuju meja Riri. Riri pun sedikit kesusahan diakibatkan ulah kami yang menyampah ke tempatnya. Bagaimanapun juga, itu terjadi karena kami berdua sama-sama meletakkan buku di atas meja Riri sehingga membuatnya repot.
Padahal di kelas Andin dan juga sebagian kelas lain duduknya berdua-dua, tapi kenapa di kelasku hanya sendiri-sendiri saja?
Semuanya masih menjadi misteri.
“Kalian berdua tugasnya masih kosong?! Terus dari tadi ngapain aja?!” tanya Riri terheran-heran.
“Menggambar,” jawab Ria jujur.
“Ya ampun sudah SMA otak kok kosong gini isinya?! Ya udah lah, menyontek aja padaku.” Riri pun menggeser tangannya agar kami bisa melihat dan mencontoh dengan mudah.
Memang langka teman yang begini, aku dan Ria pun menyontek semua tugas Riri sambil berdiri. Tapi ada juga beberapa soal yang kosong karena Riri tidak mengerti materinya, jadi pilihan terbaik adalah ke tempat Rere untuk menyonteknya bersama-sama.
Aku pun menoleh ke tempat duduk Rere, tapi posisinya ia sedang berbalik ke belakang.
Dibelakang Rere ada Davi si cebol, singkatnya dia cowok paling mini ukurannya di dalam kelas. Sepertinya Rere menyontek tugas Davi. Akan tetapi mereka terlihat damai berdua, mungkin saja Davi menyukainya. Kami bertiga pun menghampiri kediaman Rere dan Davi cebol.
"Sudah isi semua nih!” sela Riri sambil mencoba duduk di pangkuan Rere.
“Berat Ri, berdiri aja kalau mau menyontek,” tukas Rere instan.
Davi yang sibuk menulis pun mengangkat kepalanya dan menoleh pada tamu tak diundang seperti kami bertiga yang berdiri di sampingnya.
“Apa? Mau menyontek, iya? Enak banget ya?” oceh Davi cebol dengan tatapan meledek. Sumpah, raut wajahnya kayak minta ditonjok tau gak.
“Apaan sih, lo pelit amat! Mana ada yang mau sama lo kalau macam begini jadi manusia!" oceh Ria.
"Ya ampun Ria, padahal kita datang karena memang butuh otak si cebol yang kelihatan cemerlang, tapi mulut manismu mengacaukannya," gerutu hatiku.
“Mau menyontek gak tahu di untung lagi, aduh cewek zaman sekarang, ya ampun.” Ia pun geleng-geleng kepala. Tapi Ria tidak mempedulikannya dan tetap menyontek tugas Davi. Aku dan Riri juga mengikuti langkahnya.
Ria memang gak tahu diri, sudah mengoceh tapi masih saja tetap menyontek. Untung Davi gak melarang kami, tapi ia kerjanya cuma menulis lalu melirik, menggeleng dan menulis lagi melihat tingkah kami.
Padahal itu bukan hal besar, karena berbagi otak yang pintar pada otak pemalas adalah sedekah. Itu sih prinsip utama bagi sebagian murid mungkin dan aku adalah salah satu suporternya.
Setelah selesai menyontek kami kembali ke tempat masing-masing. Sampai jam pelajaran pertama habis, gurunya masih belum kembali. Entah di mana dirinya berada. Tak lama sekitar 5 menit jam pelajaran hampir berakhir, guru pun datang dan menyuruh kami mengumpulkan tugas ke depan di mejanya.
Ia juga memberikan pr. Ya ampun, matematika itu benar-benar enggak banget buatku.
Pelajaran pertama selesai dan berganti ke pelajaran kedua Sains.
Di pelajaran kedua ini kami disuruh kerja kelompok dan satu kelompok terdiri dari lima orang. Di kelasku cuma ada 30 murid, jadi pas ya kalau dibuat enam kelompok. Kelompok terdiri dari barisan depan ke belakang. Itu berarti aku sekelompok dengan Ria.
Tiga orang tambahan yang lain adalah cowok. Aneh banget gak sih kalau cowok duduk di bangku satu, dua, tiga, sedangkan cewek di bangku empat dan lima?!
Ternyata cowok yang bergabung di kelompokku adalah Ari, Iqbal dan Roy.
Wah ... itu dua orang adalah cowok yang bikin pandanganku tersungkur padanya. Sudah bisa dibayangkan seperti apa hatiku dikelilingi cowok-cowok yang mencuci mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
KIA Qirana
😱😱😂😂 aku juga pernah nyontek 🤣🤣😂😂♥️♥️🌷🌷🌷💙💙💜💜💜♥️♥️
2021-10-14
1
Dania
Kami ada untuk anda
2021-09-14
0
Qirana
💓💓💓💓💓💓💓💓
2021-09-13
0