Setelah duduk berkelompok, kami pun mulai membahas materi yang akan didiskusikan.
Di samping kiriku Ria dan di kananku Iqbal. Kayaknya jodoh gak bakalan ke mana, kami muda-mudi belang tiga duduk berdampingan.
“Jadi siapa nih yang bakalan menulis? Tulisan gue jelek,” sahut Iqbal memulai percakapan.
“Yang cewek saja, biasanya juga cewek tukang tulis,” sambung Roy.
“Yang bener saja, masa kita! Lo itu cowok, lo yang menulis kita cewek cari bahan!” celoteh Ria.
"Hitung-hitungan amat sih!" balas Roy padanya.
“Ya sudah, lo saja yang menulis Del,” tukas si Iqbal padaku.
“Iya,” aku pun mengeluarkan pena dan kertas. Aku malas menulis sebenarnya, capek banget apalagi materinya banyak. Tapi karena gak enak buat menolak si Iqbal ya terpaksa aku setuju saja.
Tanganku sudah lumayan lelah dan si Ari pun menggantikanku menulis jadinya.
“Wah, tulisan kamu rapi ya Ri! Sudah kayak buku cetak,” sahutku padanya.
“Biasa saja kali,” ucap Ari tanpa menoleh padaku.
“Dasar, ini cowok dingin amat,” begitulah kalimat yang muncul di hatiku.
Pandanganku pun selanjutnya teralihkan menatap Iqbal. Tanpa sadar aku menatapnya lama. Ya wajar saja, dia ganteng dan radius wajahnya dekat jadi gak salah dong kalau kagum lihatnya. Kayaknya si Iqbal sadar kalau aku perhatikan.
“Ngapain kamu lihat aku? Suka?” sela Iqbal dengan percaya dirinya.
Anj*y ini cowok bikin aku malu saja, “siapa yang lihat kamu? Sombong amat sih jadi cowok!” balasku mencoba menutupi kenyataan.
“Ya kamulah, memang siapa lagi!”
“Apaan sih kalian berdua, berisik! Mengganggu orang menulis tahu gak!” tukas Ari spontan. Aku dan Iqbal sama-sama terdiam. Jujur saja, dalam hati aku sangat berterima kasih pada Ari, jadi pembahasanku dan Iqbal gak berlanjut.
Tanpa terasa tugas sudah selesai dan dikumpulkan tepat saat bel istirahat berbunyi.
Aku, Ria dan si kembar kopi susu sama-sama jalan ke kantin. Gak ada banget ya teman aku selain mereka.
Sesampainya di kantin, kami sama-sama memesan soto. Sudah bareng berempat selera juga sehati. Bedanya aku dan Riri suka pedas sementara Ria dan Rere tidak. Bukan tidak suka, tapi mereka lagi gak mau makan pedas.
Pesanan kami pun akhirnya datang, pas sedang sibuk makan tiba-tiba ada dua orang cowok yang mendekati meja kami.
“Hai,” sapa salah satu cowok.
“Hai,” balas Rere dan Ria.
Cowok yang menyapa kami itu spontan langsung menyodorkan hp miliknya pada Ria. “Boleh minta nomor hp-nya?" tanya cowok itu tanpa basa-basi pada Ria.
Ria pun terdiam tak bisa berkata-kata. Untung cuma terdiam, kalau teriak-teriak histeris girang bikin malu, mungkin pura-pura salah orang cowok ini jadinya.
Ria pun dengan senang hati memberikan nomor hp-nya pada cowok itu. Kalau diperhatikan cowok yang meminta nomor hp Ria lumayan juga sih tapi bukan tipeku. Kalau harus memilih mending cowok yang menemani orang ini, kelihatan lebih kalem dibanding yang minta nomor.
Mereka berdua langsung pergi begitu mendapatkan nomor Ria. Aku bisa mendengar bisik-bisik murid di meja lain tentang dua cowok tadi. Kayaknya mereka iri karena Ria bisa di dekati cowok itu.
“Eh, kamu tahu gak sih kalau yang minta nomor kamu itu senior kita, apalagi dia anggota tim basket,” celetuk Rere.
“Hah? Yang benar?” sahut Ria sambil tersenyum. Kelihatan wajahnya bangga karena di dekati cowok-cowok itu.
“Iya, tapi yang seorang lagi itu angkatan kita dari kelas 10-3,” lanjut Rere.
"10-3, berarti itu kelas si Andin, tapi itu bukan urusanku. Toh hatiku sudah kepentok sama wajah murid-murid di kelasku," batinku.
Selesai makan, kami pun langsung masuk ke kelas. Tak lama bel pun berbunyi dan kami mengikuti pelajaran seperti biasa.
Saat sudah waktunya pulang, Ria minta tolong padaku untuk mengantarkannya. Dia tidak membawa kendaraan ataupun dijemput.
Sebagai teman yang baik dan benar walau masih dipertanyakan, tentu saja aku dengan senang hati mengantarnya pulang karena sekalian diajak main ke rumahnya.
Kami berdua langsung menuju parkiran tempat motorku berada. Kami menunggu cukup lama karena motorku terparkir di bagian depan. Jadi terpaksa harus antri mengeluarkan motornya.
Sudah hampir 4 menit kami menunggu dan tak lama ada orang yang datang menyapa. Tak disangka orang itu adalah senior tadi yang meminta nomor hp Ria.
"Belum pulang?" tanya senior itu.
"Belum kak, motor kami belum bisa keluar," balas Ria.
"Motornya yang mana?" tanyanya.
"Itu yang di depan," sahutku sambil menunjuk ke arah motorku.
"Mana kunci motornya? Biar aku tolong keluarkan," sahut sang senior.
Aku pun memberikan kunci motor dan senior itu langsung mengambilnya sambil berjalan menuju tempat motorku bertengger.
Terlihat dia berusaha mengeluarkan motorku sebisanya. Walaupun jalan keluar sedikit sempit, tapi dia mampu meloloskan motorku dari parkiran. Padahal kalau aku sendiri, tidak bakalan bisa karena takut menggores motor lain.
Dia menyerahkan motor itu pada kami berdua. "Ini, amankan?" ia pun tersenyum pada kami.
"Makasih kak," ucapku dan Ria secara bersamaan.
Tapi saat kami akan naik motor, "kita belum kenalan loh," tukas senior itu.
Aku dan Ria sama-sama terdiam. Memang benar sih kami belum berkenalan terlebih lagi Ria, karena tadi senior itu cuma meminta nomor hp-nya saja.
Spontan Ria langsung mengulurkan tangan pada senior itu, "namaku Ria kak," sambil tersenyum.
Senior itu membalas uluran tangan Ria dengan senyuman juga. "Brahman," jawabnya singkat. Lalu setelah berkenalan dengan Ria, senior itu mengulurkan tangannya padaku.
"Aku Adel kak," balasku menjabat tangannya.
"Kalau begitu kami pulang dulu ya kak," sambung Ria dengan sedikit malu-malu.
"Iya, hati-hati di jalan ya," balasnya diiringi senyum ramah. Aku dan Ria pun meninggalkan senior itu untuk pulang.
Sesampainya di tempat Ria, kami langsung masuk ke rumah. Ini pertama kalinya aku ke sana, di rumahnya tidak ada siapa-siapa.
"Ri, orang di rumahmu pada ke mana?" tanyaku.
"Ibu sama ayahku lagi kerja, kapan-kapan aku ajak kamu ke sana."
"Memang kerja apa?"
"Buka rumah makan," sahutnya padaku.
"Wuih! Kenyang dong! Berarti kamu bisa masak?"
"Lumayan, tapi aku jarang masak sebab sudah beres semua sama nyokap, heheheh ..." balasnya.
Sesampainya di kamar, Ria langsung mengganti pakaiannya di hadapanku. Dia sepertinya tidak peduli karena kami sama-sama perempuan. Aku hanya menatapnya, menatap lekuk tubuhnya yang menggoda. Untung aku cewek, kalau cowok sudah gak kebayang gimana gilanya mataku melihatnya.
Selesai ganti baju, Ria mengajakku makan di rumah bersamanya. Lagi pula gak ada juga alasanku menolaknya, aku belum makan dan hari juga sudah menunjukkan pukul 14.00 siang. Jujur aku sangat lapar begitu melihat makanan yang tersaji di meja makan Ria.
Kami berdua pun makan, selesai makan kami langsung balik lagi ke kamarnya. Aku lupa mengabari mamaku kalau aku main dulu setelah pulang sekolah. Tanpa pikir panjang aku pun menghubungi mama dan panggilanku langsung diangkat.
"Halo ma," sahutku memulai percakapan.
"Iya Del, ada apa?" tanya mama.
"Ma, Adel bakalan telat pulang sebab main dulu ke rumah teman."
"Temanmu, siapa Del?"
"Ria, dia teman sekelasku Ma, aku main ke rumahnya."
"Ya sudah nak, jangan lama-lama pulangnya nanti," tukas mama dengan nada lembut.
"Iya Ma," sambungku lalu memutuskan panggilan.
"Jadi kita bakalan ngapain?" tanyaku pada Ria. Terlihat Ria sedang menghidupkan playstationnya.
"Main game?" ia pun tertawa.
"Game?" aku masih tak percaya dengan kicauannya.
"Iya, lagian cuma ini yang ada," Ria menjawabku dengan ekspresi cengengesan layaknya bocah SD.
"Okelah kalau begitu," balasku diiringi tatapan malas yang penuh kebosanan.
Kami berdua main game dynasty warriors yang tidak kumengerti. Kayaknya Ria niat banget mainnya sampai mengajarkan aku dengan sabar dan ketawa gak jelas. Makin lama aku pun makin gak sabaran sampai akhirnya kesenangan sendiri. Sepertinya memang sudah ketularan penyakit Ria main game ini.
Tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul 16.30. Kami pun berhenti main karena aku harus pulang, terlebih lagi mama juga sudah chat aku.
Ria pun mengantarku keluar rumah, "Ria, kamu gak apa-apa sendiri di rumah?" tanyaku padanya sebelum pulang.
"Iya gak apa-apa, sudah biasa kok. Lagi pula sebentar lagi mama aku juga pulang," jawabnya.
"Ya sudah, kalau begitu aku pulang dulu ya."
"Iya, hati-hati di jalan loh," balasnya sambil melambaikan tangan.
"Iya-iya aman," aku pun langsung mengendarai motor dan meninggalkan rumah Ria.
Seperti biasa, aku mengendarai motor dengan kecepatan sedang, karena ingat pesan mama. Gak boleh bawa motor ngebut kecuali dikejar perampok, begal, atau orang aneh. Pesan orang tua, ya ampun kalo gak dituruti nanti bisa kena karma, bayangan batinku masih sukar tuk percaya.
Begitu sampai di rumah, mama itu cerewet interogasi aku ke mana saja sama siapa, padahal tadi sudah dijelaskan.
Akhirnya aku pun memperlihatkan foto Ria, karena mama penasaran wajahnya itu kayak gimana. Lalu aku pun masuk ke kamar dengan langkah lambat seperti mau tumbang.
Selesai ganti baju, aku pun tidur-tiduran sambil memainkan hp. Gak lama ada chat orang asing yang masuk membuatku penasaran.
Isi chat nya,
Si asing : hai, ini Adel ya
Aku : iya, ini siapa ya?
Si asing : aku yang tadi minta nomor hp
ingat gak? 😅
Aku : yang mana? Aku gak tahu
"Ini siapa sih, seingat aku gak ada yang minta nomor hp, tukang bohong nih orang," ocehku sambil bangun dan duduk. Lalu chat-nya masuk lagi ....
Si asing : aku cowok yang di kantin tadi
Aku : senior Brahman?
Si asing : bukan, cowok yang satu lagi ingat?
"Gila! Gue pikir kak Brahman, gila amat itu cowok kalau sampai iya."
Aku : oh iya, maaf aku kira kak Brahman
Si asing : iya gak apa kok, lagi pula aku juga
salah, ngomong gak jelas
Aku : dapat nomorku dari mana?
Si asing : dari teman kamu Ria
Aku : ooh, terus ada apa?
Si asing : cuma mau kenalan sama kamu
bolehkan?
Aku : boleh sih
Si asing : aku Vero kelas 10-3
salam kenal 😊
Aku : Adel 10-2, salam kenal juga ☺️
"Gila! Gak kusangka cowok tadi chat aku. Padahal tadi dia diam saja, malahan kak Brahman yang minta nomor Ria, tak tahunya ini cowok ikutan juga. Padahal dia kayaknya kalem banget!" ocehku bicara sendirian.
Chat pun masih berlanjut.
Si asing : lagi apa Del?
Aku : tiduran, kak Brahman anak
basketkan?
Si asing : iya memang kenapa?
Aku : kamu gak ikutan basket juga?
Si asing : iya rencananya.
Kok adel tahu kak Brahman ikut
basket?
Aku : temanku di kantin bilang, tadi kok
gak ikutan langsung minta nomor?
Si asing : aku gugup jadi Brahman yang bantu
minta nomor kamu 😅
Aku : bukannya tadi minta nomor Ria? 🙄
Si asing : Brahman salah kira kalau aku minta
nomor Ria
Aku : terus Ria sama kak Brahmannya
gimana?
Si asing : gak tahu, memang kenapa?
Aku : gak ada, lupakan saja
"Anj*yy kok kayak begini sih! Padahal tadi si Ria sudah senang banget pas ditanya kak Brahman, ya ampun kacau ini kacau!!!" sahutku sambil garuk-garuk kepala.
Si asing : teman Adel suka Brahman?
Aku : kok kamu tanya begitu?
Si asing : gak aku penasaran saja sama
pertanyaan kamu.
Brahman sudah punya cewek loh
Aku : begitu ya, terus kalau kamu gimana?
Si asing : rahasia
"Sial ini gak benar ini! Aku jawab apa dong kalau ditanya Ria. Ini cowok pakai tanya nomorku ke Ria segala, terus Ria sama kak Brahman gimana?! Itu cowok sudah ada yang punya lagi!" gerutuku sambil tiduran kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
KIA Qirana
Eh ria geer
🤣🤣🌷🌷🌷💙💙💜💜♥️♥️♥️💕💕💕❤️❤️🌷🌷💙💙💜💜
2021-10-14
1
Dania
Sapta Eka
2021-09-14
0
Qirana
🖤🖤🖤🖤🖤🖤🖤
2021-09-13
0