Spanyol.
Terlihat seorang pria gagah dan tampan menuruni tangga pewasat satu per satu dengan tatapan tajam dan dinginnya, semua orang yang ada di bawah dengan kompak membungkukkan badannya untuk menyapa bos besar mereka.
“Tuan,” sapa Priston dengan sopan.
“Bagaimana para tikus itu?” tanya Achiles dengan nada yang terdengar mengerikan.
“Mereka sudah ada di tempat yang seperti biasa tuan dan sudah selesai dibereskan,” jawab Priston.
Achiles mengangguk dan merasa puas akan kinerja Priston yang sangat bisa diandalkan. Bukan sekali dua kali mereka berulah, sekarang batas kesabaran Achiles sudah habis, mari kita selesaikan hal ini sampai ke akarnya. Achiles kemudian melanjutkan langkahnya untuk masuk mobil yang sudah disiapkan oleh bawahannya.
Setelah memastikan tuannya sudah aman berada di mobil, barulah Priston dan para bawahannya yang lain masuk ke dalam mobil yang berbeda.
Mobil pun melaju dengan 2 mobil bawahan di depan, mobil Achiles di tengah dan 2 lagi di belakang mobil Achiles. Pengamanan Achiles benar – benar sangat ketat karena musuh Achiles bisa kapan saja menyerangnya.
Tak lama mobil Achiles sampai di sebuah mansion yang dikelilingi oleh kebun anggur. Achiles turun dengan penuh wibawa lalu dia berjalan masuk untuk menemui seseorang yang menjadi akar masalah ini.
“Hola, senor Nadellio.” Achiles tersenyum miring kepada orang yang ada di hadapan itu.
“Oh Achiles, realmente sorprendente,” jawab Nadellio dengan senyum culasnya.
Nadellio sudah bisa menebak jika Achiles akan datang ke mansionnya, bawahannya semua sudah tidak bisa dihubungi, Nadellio menduga jika dirinya sudah tertangkap dan benar saja, tak lama Achiles mendatangi dirinya. Sebenarnya Nadellio sudah cukup lama memancing Achiles supaya datang ke sini tetapi baru sekarang pancingannya berhasil.
“Realmente te atreves a inmiscuirte en mi territorio, que buscas alli?” geram Achiles pada Nadellio.
Nadellio dengan berani mengganggu dan mengusik wilayahnya dengan menyelundupkan mata – mata beberapa kali dan sekarang tanpa rasa bersalah si tua bangka itu malah tersenyum lebar. Benar – benar membuat amarah Achiles membumbung tinggi.
“Solo quiero tierra que esta en la ciudad de dilli,” jawab Nadellio dengan santai.
Achiles menaikkan sebelah alisnya, tua bangka ini menginginkan tananhnya di dilli? oh bermimpi sajalah dia.
“May bies, que tal si intercambiamos tierras? me das tu mansion y tu vinedo y yo te dare mi tierra en dili,” jawab Achiles membuat Nadelio mengerutkan keningnya tidak setuju.
“No, y si te casas con mi hijo?” tawarnya lalu tak lama datanglah seorang wanita berusia sekitar 28 tahun dengan pakaian yang sangat seksi.
Achiles hanya memandang acuh pada wanita yang saat ini tengah tersenyum menggoda padanya itu.
“Tu hijo no es emocionante,” acuh Achiles tidak berminat.
“Que tal si pasas la noche con el primero?”
“No me gustan las cosas de segunda mano, crees que no lo ose, te has follado a tu propia hija?”
Mendengar itu baik Nadellio dan putrinya terlihat terkejut dan tidak bisa tidak merasa malu. Achiles hanya tersenyum miring lalu dia berdiri dan merapikan sedikit jasnya.
“Te lo adverti en el pasado, ahora estas repitiendo el mismo error. Asi que mi sorpresa,” kata Achiles lalu dia berlalu pergi.
Tetapi Nadellio sepertinya tidak akan membiarkan Achiles lolos, Nadellio langsung mengambil pistol dan hendak menembakkannya pada Achiles, jika Achiles mati maka dia akan dengan mudah mendapatkan tanah di dili tanpa perlu mengeluarkan banyak uang, tetapi dengan cepat tubuh Nadellio luruh ke lantai karena Priston sudah siap terlebih dahulu.
“Papa,” teriak wanita tadi dengan histeris dan wajah pucatnya.
Bawahan Nadellio dengan sigap langsung mengarahkan tembaknya ke bawahan Achiles dan terjadilan aksi adu tembak.
Mendengar suara tembakan, Achiles berhenti melangkah dan menoleh ke belakang di mana mayat Nadellio tergeletak.
“Dasar bodoh, kamu salah memilih lawan,” umpat Achiles lalu dia berlalu dengan santai tanpa memperdulikan suara adu tembakan yang terjadi.
Setelah Achiles keluar dari mansion terdengar sebuah ledakan hebat dan diikuti oleh api yang berkobar di sekitaran kebuh anggur, tetapi Achiles hanya berjalan santai dengan wajah dinginnya.
Tak lama terdengar suara helikopter di atas, Achiles mendongak dan tak lama ada sebuah tali yang diturunkan tepat di hadapannya.
“Priston apakah semua sudah aman?” tanya Achiles pada Priston melalui sebuah benda yang dia selipkan di jam tangannya.
“Sudah tuan,” jawab Priston dari sebrang.
Achiles mengangguk dan dia langsung berpegangan pada tali itu, tak lama tubuh Achiles tertarik ke atas. Barulah setelah Achiles berada diketinggian, tempat Achiles berdiri tadi meledak dan api dengan cepat melahap apapun yang bisa lahap.
Achiles tersenyum miring, melambaikan tangannya pada anak nadellio yang terlihat panik itu lalu helikopter membawa tubuh Achiles pergi dari sana. Itulah sebuah hukuman dan kejutan dari seorang Achiles untuk orang yang dengan berani mencoba mengambil, mengusik dan masuk dalam wilyahnya tanpa ijin darinya.
Setelah membereskan masalahnya, Achiles langsung datang ke sebuah pesta yang diadakan oleh salah satu rekan bisnisnya di sebuah hotel bintang lima.
“Enhorabuena por tu boda,” kata Achiles seraya menjabat tangan rekan bisnisnya yang baru saja melangsungkan pernikahan itu.
“Gracias, cuando te casaste?” tanya rekan bisnisnya berbasa – basi.
“Luego,” jawab Achiles seraya tersenyum tipis.
Rekan kerjanya tergelak, lalu mereka mengobrol sebentar sebelum Achiles pamit untuk undur diri. Achiles langsung memutuskan untuk pulang saja dan setelah berada di mobilnya, Achiles merenungkan pertanyaan dari rekan bisnisnya itu mengenai kapan dirinya menikah?
Apakah Achiles akan menikah dan bisa mempunyai keluarga yang bahagia dengan statusnya yang menjadi incaran para musuhnya itu? Achiles juga sangat ingin memiliki keluarga bahagia, tetapi memikirkan kembali musuhnya membuat Achiles mendesah lelah.
Mengingat tentang itu, Achiles jadi merindukan kedua putranya itu. Bagaimana kabar mereka? apakah mereka akan marah padanya karena tidak pernah menemui mereka sama sekali? Semoga jika mereka bertemu nantinya, mereka akan mengerti kenapa dia lebih memilih untuk tidak bertemu dengan mereka selama ini. Achiles sudah tahu jika dia memiliki dua orang putra.
Ponsel Achiles bergetar dan melihat siapa yang menelponnya, senyum Achiles melebar dan dia dengan cepat menerima panggilan itu.
“....”
“Baiklah, besok. Aku berjanji.”
“.....”
“Kali ini aku akan menepatinya,” yakin Achiles.
“....”
“Baiklah, see you,” balas Achiles lalu dia mematikan sambungannya dan menelepon Priston.
“Priston, siapkan pesawat ke Indonesia sekarang. Kita ke Indonesia sekarang juga!” titah Achiles lalu dia memutuskan panggilan sebelum Priston menjawab.
Dalam hati Achiles berdoa semoga nanti di Indonesia, Achiles akan bertemu dengan kedua anaknya dan mungkin memang ini sudah waktunya untuk dia memperkenalkan dirinya sebagai daddy kandung dari kedua anaknya yang menggemaskan itu.
Restoran Seafood.
Dengan segala kekuasaan yang dia miliki, Achiles telah sampai di Indonesia atau lebih tepatnya Yogyakarta dengan selamat dan saat ini Achiles tengah duduk menanti kedatangan orang yang dia tunggu, mereka sudah lama sekali tidak bertemu. Mungkin satu atau dua tahun ini?
Tak lama orang yang dia tunggu akhirnya datang juga. Mereka tidak lain dan tidak bukan adalah Aelia sahabat sedari kecil dan kekasih Aelia yang merupakan teman dekatnya juga.
“Ach, aku sangat merindukanmu. Bagaimana kabarmu?” tanya Aelia seraya hendak memeluk Achiles tetapi dengan cepat Achiles menghindar.
Melihat itu Aelia menjadi malu sendiri dan berdehem lalu tertawa dengan sumbang.
“Kamu masih sama seperti dulu ya Ach, tidak suka disentuh tetapi suka menyentuh ahaha,” kata Aelia pada akhirnya.
Achiles hanya tersenyum dan mengangguk, lalu pandangannya beralih pada Reo kekasih Aelia.
“Halo bro, lama gak ketemu kamu makin tampan aja,” kata Reo seraya memeluk singkat Achiles.
“Haha, masih gantengan kamu. Buktinya Aelia masih menempel padamu dan mengikutimu sampai ke sini,” balas Achiles ramah dan tidak ada aura mengerikan yang menguar dari Achiles.
“Dia memang sungguh bucin padaku,” kata Reo seraya mengedipkan sebelah matanya pada Aelia.
Wajah Aelia memerah malu dan langsung menampar pelan lengan Reo untuk tidak melanjutkan ucapannya.
“Baiklah mari duduk dan berbicara,” kata Achiles.
Mereka berdua pun duduk dan mulai memesan makanan.
“Oh ach, aku lupa menanyakan hal ini. Bagaimana hubunganmu dengan tamara?” tanya Aelia seraya menompang dagunya.
“Aku tidak tahu sekarang di mana dirinya, kami hanya seperti itu dan kamu tahu sendiri aelia,” jawab Achiles dengan malas.
“Kamu sudah bertahun – tahun berhubungan dengannya tetapi apakah tidak ada kemajuan? kamu mau kredit rumah atau berpacaran?” gurau Reo seraya tertawa.
Achiles tidak menjawab dan dirinya hanya diam saja, dia melakukan ini semua karena merasa dia harus. Tamara tidak boleh lepas dari genggamannya, wanita itu harus menderita di bawah kuasanya karena Tamara dengan beraninya mengkhianati dirinya.
“Aku ingin ke toilet terlebih dahulu,” kata Achiles dan diangguki oleh Aelia dan Reo.
Setelah memastikan jika Achiles sudah tidak terlihat, Reo langsung memandang Aelia dengan penuh arti.
“Apakah kamu yakin tidak mau memperkenalkan wanita lain untuk sahabat kita Achiles, sayang? aku menjadi kasihan dengannya jika harus menghadiri pesta pertunangan kita seorang diri,” kata Reo dengan nada bercanda.
“Achiles tidak semengenaskan itu sayang, hentikan ocehan tidak bermutumu itu jika kamu tidak ingin kepalamu berlubang,” balas Aelia dengan jengah.
Reo langsung menutup mulutnya dan saat ini Reo baru ingat jika Achiles bukan sembarang orang yang mudah disinggung.
Toilet
“Bagaimana bisa aku memiliki anak yang begitu hmmm luar binasah seperti itu? apakah jika aku tukar tambah akan laku?” gerutu Sha seraya berkaca di kaca toilet perempuan.
Tadi setelah memarahi dan sedikit menceramahi kedua anaknya, Sha langsung membawa keduanya ke restoran seafood kesukaan mereka sebagai rasa permintaan maaf karena kelepasan membentak mereka tadi.
“Hmm aku selalu cantik. Baiklah mari kita keluar sebelum duo kj berulah kembali,” kata Sha seraya melangkah keluar dari kamar mandi.
Sha berjalan sambil menunduk membenarkan roknya yang sedikit kusut itu, karena tidak memperhatikan jalan akhirnya Sha menabrak seseorang di depannya.
“Awshh, kenapa ini sakit sekali?” ringis Sha
Achiles yang ditabrak pun mengerutkan keningnya dan hanya menatap seorang wanita yang wajahnya tertutup rambut itu.
Sha langsung mendongak hendak memarahi orang yang bertabrakan dengannya tetapi alangkah terkejutnya Sha ketika dia tahu jika orang yang dia tabrak adalah orang yang sudah membuat Keannu dan Keanno lahir ke dunia ini.
Karena kaget Sha sontak langsung mundur tetapi Sha kembali melakukan sebuah kecerobohan, Sha terpeleset dan hendak terjungkal kebelakang tetapi dengan cepat Sha menarik dasi Achiles hingga membuat Achiles jatuh menimpa Sha.
Mata Sha melebar kala tubuh Achiles menimpa dirinya dan bukan hanya itu saja, bibir Achiles dan bibirnya bertemu. Achiles pun sedikit terkejut tetapi saat bibirnya menempel di bibir Sha, Achiles merasa sangat familiar akan hal ini.
“Bangun bodoh,” umpat Sha seraya mendorong dada Achiles sekuat tenaga.
Sekali lagi Achiles merasa kejadian ini sedikit deja vu, tetapi di mana dia pernah mengalami hal yang seperti ini ya?
Setelah Achiles bangun, Sha langsung berdiri dan hendak kabur. Dirinya tidak boleh sampai tertangkap mumpung lelaki di depannya ini sepertinya sedang tidak mengingat dirinya.
“Tunggu!” kata Achiles seraya memegang lengan Sha.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments